ditutup rapat untuk mencegah kontaminasi serta penguraian aktivitas antioksidan karena cahaya.
Proses pembuatan multiemulsi pada penelitian ini menggunakan dua tahap proses emulsifikasi dengan menggunakan dua jenis emulgator. Emulgator
hidrofobik ditujukan untuk menstabilkan antarmuka dari emulsi air dalam minyak, sedangkan emulgator hidrofilik untuk menstabilkan emulsi minyak dalam air.
Pembuatan emulsi primer AM membutuhkan kecepatan pengadukan yang lebih besar dibandingkan dalam pembuatan emulsi sekunder MA. Hal ini bertujuan
untuk mencegah pecahnya droplet internal yang telah terbentuk.
E. Evaluasi Multiemulsi AMA
1. Pengamatan organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan homogenitas sediaan multiemulsi dan suspensi liposom. Berdasarkan hasil
pengamatan, multiemulsi memiliki warna merah muda seperti yang ditunjukkan pada gambar 20. Warna merah muda pada multiemulsi
disebabkan oleh warna ekstrak metanol kelopak bunga rosella sendiri yang berwarna merah sangat dominan mempengaruhi warna sediaan. Multiemulsi
yang dihasilkan berbau khas dan homogen. Uji organoleptis ini sangat penting dikarenakan untuk menilai kenyaman dari sediaan multiemulsi.
Gambar 20. Organoleptis multiemulsi AMA
2. Penetapan pH multiemulsi
Tujuan penetapan pH multiemulsi yaitu untuk mengetahui apakah pH multiemulsi yang dihasilkan telah sesuai dengan pH kulit. Uji pH pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indikator kertas pH. Sediaan multiemulsi yang dihasilkan memiliki pH 4 yang disebabkan karena pH
ekstrak metanol kelopak bunga rosella sendiri yaitu 4. pH multiemulsi yang dihasilkan telah sesuai dengan pH kulit yaitu 4
– 6 Lambers, Piessens, Bloem, Pronk, dan Finkel, 2006. pH sediaan untuk pengaplikasian secara topikal
tidak boleh terlalu asam dan tidak boleh terlalu basa. Apabila terlalu asam dapat mengiritasi kulit dan apabila terlalu basa dapat menyebabkan kulit
bersisik.
3. Uji penentuan tipe emulsi primer AM dan multiemulsi AMA
Langkah pertama yang dilakukan dalam penentuan tipe multiemulsi yaitu menentukan tipe emulsi primer terlebih dahulu kemudian menentukan
tipe multiemulsi. Pengujian tipe emulsi primer dan multiemulsi dilakukan dengan metode kelarutan. Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan
emulsi primer larut dalam minyak, sehingga dapat dikatakan emulsi primer yang dihasilkan merupakan tipe air dalam minyak AM ditunjukkan pada
gambar 21a. Emulsi primer yang dibuat harus tipe emulsi AM karena untuk membuat multiemulsi AMA maka perlu menyiapkan emulsi primer AM
terlebih dahulu. Apabila emulsi primer yang dihasilkan bukan tipe AM maka multiemulsi tidak akan terbentuk. Multiemulsi yang dihasilkan larut dalam air,
sehingga dapat dikatakan bahwa fase luar multiemulsi merupakan air dan tipe multiemulsi yang dihasilkan yaitu AMA ditunjukkan pada gambar 21b.
a b
Gambar 21. Pengamatan uji kelarutan a emulsi primer larut dalam minyak, b multiemulsi larut dalam air
4. Pengukuran mikromeritik