Gambar 29. Hubungan dermal absorption orto-fenilfenol dengan waktu pada beberapa jenis kulit
Supaya bisa digunakan sebagai membran sel difusi Franz, tikus yang telah dikorbankan dicukur bulunya dengan hati-hati. Hal ini bertujuan untuk
mencegah robeknya kulit yang akan digunakan. Selanjutnya lemak subkutan dihilangkan karena lemak dapat mempengaruhi penetrasi obat melalui kulit.
Kulit yang telah dihilangkan lemak subkutannya dicuci terlebih dahulu dengan larutan ringer laktat selanjutnya dapat langsung digunakan atau bisa disimpan
dalam freezer. Berdasarkan Organization for Economic Co-operation Development
OECD Guideline for The Testing of Chemicals Skin Absorption: in vitro Method,
kulit hewan yang akan digunakan dapat disimpan selama beberapa bulan pada suhu -20
C dan telah dilaporkan tidak menunjukkan perubahan permeabilitas dibandingkan dengan kulit segar.
3. Pemasangan alat Sel difusi Franz FDC
Sebelum kulit digunakan sebagai membran difusi, kulit perlu dihidrasi terlebih dahulu dengan Phospate Buffer Saline pH 4 selama kurang
lebih 30 menit pada suhu ruang. Proses hidrasi ini ditujukan untuk
mengkondisikan kulit ke kondisi semula sebelum disimpan dalam lemari pendingin sampai sebelum digunakan.
Membran yang digunakan diletakkan antara kompartemen donor dan kompartemen akseptor, di mana membran harus kontak langsung dengan
cairan akseptor supaya sediaan yang diaplikasikan pada membran dapat terpenetrasi menembus kulit dan masuk dalam cairan akseptor. Selama proses
berlangsung, suhu tetap dijaga dengan thermostat sebesar 31
o
C – 33
o
C di mana pada suhu tersebut menggambarkan kondisi suhu tubuh. Untuk
menghomogenkan bahan aktif yang terpenetrasi ke cairan akseptor, maka pada cairan akseptor perlu adanya pengadukan dengan magnetik stirrer dengan
kecepatan 300 rpm selama proses berlangsung. Semakin tinggi kecepatan pengadukan maka akan menimbulkan gelembung udara pada perbatasan
antara membran kulit dengan kompartemen cairan akseptor sehingga akan menghalangi kontak langsung antara membran kulit dengan kompartemen
cairan akseptor, sedangkan semakin rendah kecepatan pengadukan maka akan sulit untuk menghomogenkan bahan aktif yang terpenetrasi ke kulit.
4. Penetapan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam
multiemulsi AMA dan dalam suspensi liposom pada kompartemen akseptor dan kompartemen donor
Tujuan penetapan ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi dan suspensi liposom dalam kompartemen akseptor FDC
yaitu untuk mengetahui kemampuan penetrasi sediaan multiemulsi dan suspensi liposom yang mengandung ekstrak metanol kelopak bunga rosella
yang dapat menembus kulit selama interval waktu tertentu sedangkan tujuan penetapan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan
multiemulsi dan suspensi liposom pada kompartemen donor yaitu untuk mengetahui seberapa banyak sediaan multiemulsi dan suspensi liposom yang
mengandung ekstrak metanol kelopak bunga rosella yang tidak dapat terpenetrasi ke dalam kulit.
a. Perbandingan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam
sediaan multiemulsi AMA dan dalam suspensi liposom pada
kompartemen donor
Tujuan membandingkan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi AMA dan dalam suspensi liposom
pada kompartemen donor yaitu untuk mengetahui jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella antara sediaan multiemulsi AMA dengan sediaan
suspensi liposom yang tidak dapat terpenetrasi ke dalam kulit di mana selanjutnya akan digunakan untuk menghitung mass balance.
Gambar 30. kurva multiemulsi AMA dan suspensi liposom pada kompartemen donor
10 20
30 40
50 60
70 80
2 4
6 8
ju m
la h
e k
str a
k r
o se
ll a
waktu jam
liposom multiemulsi AMA
Gambar 30 menunjukkan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella baik dalam sediaan multiemulsi dan suspensi liposom pada
kompartemen donor mengalami penurunan. Namun penurunan yang terjadi telah sesuai teori di mana semakin bertambahnya waktu jumlah
ekstrak metanol kelopak bunga rosella yang tertinggal pada kompartemen donor berkurang. Laju penurunan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga
rosella pada kompartemen donor ditunjukkan dengan nilai slope pada persamaan regresi yang didapat. Persamaan regresi yang didapat pada
sediaan multiemulsi AMA yaitu y = 29,474 – 1,7704x, sedangkan pada
sediaan suspensi liposom yaitu y = 74,47 – 3,6762x. Berdasarkan nilai
slope yang diperoleh, nilai slope pada sediaan multiemulsi AMA lebih
kecil yaitu 1,7704 daripada nilai slope pada sediaan suspensi liposom yaitu 3,6762. Hal ini menunjukkan bahwa laju penurunan jumlah ekstrak
metanol kelopak bunga rosella dalam multiemulsi AMA lebih kecil daripada sediaan suspensi liposom sehingga dapat diduga bahwa ekstrak
metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan suspensi liposom lebih cepat masuk ke dalam kulit dibandingkan dengan ekstrak metanol kelopak
bunga rosella dalam sediaan multiemulsi AMA. b.
Perbandingan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi AMA dan suspensi liposom pada kompartemen
akseptor
Tujuan membandingkan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi AMA dan suspensi liposom pada
kompartemen akseptor yaitu untuk mengetahui jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella antara sediaan multiemulsi AMA dengan sediaan
suspensi liposom yang masuk ke kompartemen akseptor di mana selanjutnya akan digunakan untuk menghitung mass balance.
Gambar 31. Kurva sediaan multiemulsi AMA dan suspensi liposom pada kompartemen akseptor
Gambar 31 menunjukkan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella baik dalam sediaan multiemulsi dan suspensi liposom pada
kompartemen akseptor mengalami kenaikan. Kenaikan yang terjadi telah sesuai teori di mana semakin bertambahnya waktu jumlah ekstrak metanol
kelopak bunga rosella yang masuk pada kompartemen akseptor bertambah. Namun hal ini tidak diinginkan pada penelitian ini karena efek antosianin
sebagai antioksidan dalam menangkal radiasi sinar UV ditujukan pada lapisan epidermis dan dermis kulit. Radiasi sinar UV hingga menembus
lapisan dermis akan memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh terutama kulit sehingga dapat berdampak buruk bagi kulit yaitu pigmentasi
kulit, kerutan penuaan dini, kerusakan kulit, serta kanker kulit. Jika
10 20
30 40
50
2 4
6 8
ju m
lah e
k str
ak r
o se
ll a
waktu jam
liposom multiemulsi AMA
antosianin dapat menembus kulit tikus hingga terdeteksi dalam kompartemen akseptor, diasumsikan bahwa antosianin tidak tertahan di
kulit dan efektivitas sebagai antioksidan berkurang. Laju kenaikan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella pada kompartemen akseptor
ditunjukkan dengan nilai slope pada persamaan regresi yang didapat. Persamaan regresi yang didapat pada sediaan multiemulsi AMA yaitu y =
5,8347 + 0,3766x sedangkan pada sediaan suspensi liposom yaitu y = - 2,2796 + 6,1409x.
Berdasarkan nilai slope yang diperoleh, nilai slope pada sediaan multiemulsi AMA lebih kecil daripada nilai slope pada sediaan suspensi
liposom. Hal ini menunjukkan bahwa laju kenaikan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam multiemulsi AMA lebih kecil yaitu
0,3766 daripada sediaan suspensi liposom yaitu 6,1409 sehingga dapat diduga bahwa ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan
suspensi liposom lebih cepat masuk kedalam kompartemen akseptor dibandingkan dengan ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam
sediaan multiemulsi AMA. Hal ini dimungkinkan karena komponen penyusun yaitu lipid
bilayer pada suspensi liposom menyerupai komponen penyusun pada
membran sel plasma, sehingga ketika suspensi liposom menempel pada membran sel plasma maka akan melakukan fusi pada membran sel dengan
menyisipkan lipid bilayer ke membran plasma kemudian akan menstimulasi pelepasan ekstrak metanol kelopak bunga rosella yang
terkandung pada suspensi liposom seperti yang ditunjukkan pada gambar 12.
Multiemulsi dimungkinkan dapat menembus stratum korneum karena adanya surfaktan nonionik yaitu Tween 80 sebagai penetration
enhancer . Surfaktan sendiri memiliki dua mekanisme dalam meningkatkan
penetrasi senyawa melalui kulit yaitu 1 menembus stratum korneum dengan cara meningkatkan fluiditas, melarutkan, serta mengekstraksi
komponen lipid; 2 surfaktan masuk ke dalam matriks interselular dan berinteraksi dengan mengikat filamen keratin sehingga korneosit
mengalami gangguan dan akhirnya senyawa dapat masuk Tyagi, Chandra, Singh, dan Rahman, 2011.
Pelepasan obat pada multiemulsi dapat terjadi melalui mekanisme transport difusi dengan cara 1 solubilisasi secara langsung dan difusi
senyawa hidrofilik melalui minyak; 2 permeasi melalui lapisan cairan yang tipis dan 3 solubilisasi senyawa yang terenkaplusasi dalam
surfactant reverse micelles dan difusi misel melalui fase minyak Bonnet,
Cansell, Berkaoui, Ropers, Anton, Leal-Calderon, 2007.
5. Perhitungan mass balance ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam