Larutan 10mM Phospate Buffer Saline PBS pH 4 Preparasi kulit tikus betina galur wistar sebagai membran difusi

berbeda signifikan dari blanko dan dapat dideteksi oleh instrumen. LOQ merupakan kadar terkecil dari sampel yang masih bisa dikuantifikasi. Berdasarkan data persamaan kurva baku yang diperoleh dari Powerfit v.6.05, didapatkan nila Sa = 1,87650x10 -2 apabila nilai Sa dimasukkan ke dalam rumus LOD dan LOQ maka didapatkan nilai LOD sebesar 0,0319 mgmL dan nilai LOQ sebesar 0,0966 mgmL. Nilai slope dari persamaan kurva baku yaitu 1,9416.

H. Uji penetrasi ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan

multiemulsi dan suspensi liposom Uji penetrasi secara in vitro pada penelitian ini menggunakan sel difusi Franz FDC. Uji penetrasi ini untuk mengetahui jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella yang terpenetrasi ke kulit selama kurun waktu 6 jam pada ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi AMA dan dalam suspensi liposom.

1. Larutan 10mM Phospate Buffer Saline PBS pH 4

Tujuan dibuatnya Phospate Buffer Saline pH 4 sebagai sebagai medium pada kompartemen akseptor FDC. Larutan yang hendak digunakan sebagai medium pada kompartemen akseptor tidak boleh menggangu sistem kulit karena dapat mempengaruhi difusi zat.

2. Preparasi kulit tikus betina galur wistar sebagai membran difusi

Studi penetrasi ini menggunakan kulit tikus sebagai membran dan FDC sebagai aparatusnya. Peneliti menggunakan kulit tikus sebagai membran karena cukup mudah diperoleh, biaya yang murah, dan penanganannya sederhana Godin dan Touitou, 2007. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa koefisien permeabilitas rat galur wistar tidak terlalu berbeda dengan kulit manusia dibandingkan spesies yang lainnya. Tabel 5. Perbandingan koefisien permeabilitas dari beberapa spesies terhadap air Spesies Galur Koefisien Permeabilitas terhadap air cmh x 10 -5 Manusia 93 Rat AlpkAP 103 Hairless mouse 103 Mouse AlpkAP 144 Hairless mouse 350 Guinea pig Dunkin-Hartley 442 Rabbit New Zealdan White 253 Scott, Walker, dan Dugard, 1986 Membran yang digunakan yaitu kulit punggung tikus betina galur Wistar yang berumur 2-3 bulan karena semakin tua umur tikus, maka ketebalan stratum korneum akan semakin besar sehingga permeabilitasnya akan semakin rendah Walters, 2002. Dilihat dari ketebalan struktur kulitnya, kulit tikus memiliki kesamaan secara struktural dengan kulit manusia yaitu 2,09 mm untuk kulit tikus dan 2,97 mm untuk kulit manusia Godin dan Touitou, 2007. Studi absorbsi perkutan ortho-phenylphenol yang dilakuan Cnubben dan colleagues 2002, menunjukkan penetrasi senyawa pada kulit utuh manusia dan tikus epidermis dan dermis lebih lambat daripada bagian epidermis pada manusia dan tikus seperti yang ditunjukkan pada gambar 29. Hal ini menunjukkan bahwa ketebalan kulit berpengaruh terhadap studi absorbsi perkutan. Gambar 29. Hubungan dermal absorption orto-fenilfenol dengan waktu pada beberapa jenis kulit Supaya bisa digunakan sebagai membran sel difusi Franz, tikus yang telah dikorbankan dicukur bulunya dengan hati-hati. Hal ini bertujuan untuk mencegah robeknya kulit yang akan digunakan. Selanjutnya lemak subkutan dihilangkan karena lemak dapat mempengaruhi penetrasi obat melalui kulit. Kulit yang telah dihilangkan lemak subkutannya dicuci terlebih dahulu dengan larutan ringer laktat selanjutnya dapat langsung digunakan atau bisa disimpan dalam freezer. Berdasarkan Organization for Economic Co-operation Development OECD Guideline for The Testing of Chemicals Skin Absorption: in vitro Method, kulit hewan yang akan digunakan dapat disimpan selama beberapa bulan pada suhu -20 C dan telah dilaporkan tidak menunjukkan perubahan permeabilitas dibandingkan dengan kulit segar.

3. Pemasangan alat Sel difusi Franz FDC