Statistik Uji T penetrasi ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam

dimungkinkan karena ukuran partikel pada suspensi liposom yang lebih kecil daripada multiemulsi AMA sehingga lebih mudah menembus membran kulit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari 2015 didapatkan IC 50 ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi AMA lebih kecil yaitu sebesar 22457,24 TE100 gram daripada suspensi liposom yaitu 84528,39 TE100 gram. Penelitian entrapment efficiency EE ekstrak rosella dalam multiemulsi AMA dan suspensi liposom yang dilakukan oleh Li 2015 menunjukkan bahwa multiemulsi AMA memiliki EE yang lebih besar dibandingkan suspensi liposom namun kemampuan multiemulsi AMA dalam melindungi zat aktif rosella yang rendah menyebabkan penurunan aktivitas antioksidan dibuktikan dengan laju penurunan EE yang lebih tinggi pada multiemulsi AMA dibandingkan liposom. Walaupun IC 50 pada multiemulsi AMA lebih kecil, EE multiemulsi AMA lebih besar dan kemampuan melindungi ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam multiemulsi AMA lebih kecil, namun kemampuan penetrasi multiemulsi AMA ke dalam kulit yaitu lapisan epidermis dan dermis lebih baik daripada suspensi liposom.

I. Statistik Uji T penetrasi ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam

multiemulsi AMA dan suspensi liposom Tujuan statistik uji T dalam penelitian ini yaitu untuk memastikan apakah rata-rata jumlah ekstrak rosella yang tertahan dalam kulit berbeda signifikan untuk 2 bentuk sediaan suspensi liposom dan multiemulsi AMA. Peneliti menggunakan statistik uji T karena dalam penelitian ini membandingkan rata-rata jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam 2 populasi sampel yang berbeda yaitu sediaan multiemulsi AMA dan suspensi liposom. Sebelum melakukan uji T perlu dilakukan uji F terlebih dahulu untuk mengetahui apakah standard deviasi pada kedua populasi tersebut berbeda signifikan atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam tabel 6 dapat disimpulkan standard deviasi kedua populasi berbeda signifikan. Tabel 6. Uji F standar deviasi suspensi liposom dan multiemulsi AMA Populasi Rata- rata Standard deviasi F hitung Α F tabel kesimpulan Multiemulsi AMA 1,3938 1,70129 7,6436 0,05 2,723 berbeda signifikan Suspensi liposom - 2,71664 4,70357 Tahap selanjutnya dilakukan uji T. Hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam tabel 7 dapat disimpulkan rata-rata jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella yang tertahan di dalam kulit dalam sediaan multiemulsi AMA berbeda signifikan terhadap rata-rata jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella yang tertahan di dalam kulit dalam sediaan suspensi liposom. Tabel 7. Uji signifikasi rata – rata jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella yang terpenetrasi kekulit dalam suspensi liposom dan multiemulsi AMA Populasi Rata- rata Standard deviasi T hitung Α T tabel kesimpulan Multiemulsi AMA 1,3938 1,70129 3,4866 0,05 2,09 berbeda signifikan Suspensi liposom -2,71664 4,70357 \

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Formula optimum multiemulsi yang terbentuk bertipe AMA, homogen, memiliki pH yang sesuai dengan kulit, dan stabil selama 28 hari, pada suhu penyimpanan -4 , dan pemberian gas nitrogen ditandai dengan tidak adanya pemisahan fase. 2. Sediaan multiemulsi AMA yang telah optimal mempunyai kemampuan sebagai pembawa ekstrak metanol kelopak bunga rosella yang lebih baik dari pada suspensi liposom dalam berpenetrasi ke dalam lapisan epidermis dan dermis

B. Saran

1. Perlu adanya optimasi lebih lanjut terkait formulasi multiemulsi supaya sediaan yang dihasilkan bisa lebih optimum. 2. Perlu adanya pertimbangan penggunaan ukuran FDC yang lebih besar untuk mengurangi variabel tak terkendali yaitu ketebalan membran. 3. Perlu adanya penelitian penetrasi lebih lanjut dengan menggunakan kulit hewan uji lainnya misalnya kulit telinga babi atau kulit manusia, supaya dapat menggambarkan penetrasi yang sebenarnya 4. Perlu adanya pembanding dengan zat yang telah diketahui penetrasi dan efeknya 5. Perlu adanya uji kebocoran FDC dan uji TEER sebelum dilakukan penetrasi dengan FDC.