Gambaran Inflasi Kabupaten Karo Gambaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Karo

pekerja laki-laki juga mendominasi sektor ini yaitu 1.946 jiwa dibanding pekerja perempuan 1.453 jiwa. Pada kelompok sektor jasa S, pekerja laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pekerja perempuan yaitu masing-masing sebanyak 27.922 jiwa dan 16.803 jiwa. Sebaliknya khusus pada sektor perdagangan, pekerja laki-laki yang lebih dominan dibandingkan pekerja perempuan, yaitu masing-masing 10.609 jiwa dan 9.824 jiwa. Selengkapnya penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha utama dan jenis kelamin pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2007 Lapangan Pekerjaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Laki- Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan 1 2 3 4 Pertanian A 64.776 52.584 117.360 Industri M 1.946 1.453 3.399 Jasa S 27.922 16.808 44.730 Total 94.644 70.845 165.489 Sumber: BPS Kabupaten Karo, Susenas 2007

4.4. Gambaran Inflasi Kabupaten Karo

Secara umum selama periode tahun 2003 sampai tahun 2008, inflasi tahunan secara kumulatif di Kabupaten Karo berfluktuasi dengan kecenderungan terus meningkat. Dari keadaan tahun 2003 dengan tingkat inflasi 6,76 persen dan meningkat menjadi 7,55 persen di tahun 2004. Bahkan pada tahun 2005 seiring adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bahan bakar minyak, dengan Universitas Sumatera Utara menaikkan harga BBM sebanyak 2 dua kali di bulan Maret dan Oktober mengakibatkan inflasi melonjak hingga 19,36 persen. Kondisi di tahun 2006 kembali stabil dan angka inflasi turun sampai 6,27 persen. Hal ini diyakini karena kebijakan pemerintah dalam mengatasi dampak dari kenaikan harga BBM tahun sebelumnya. Namun demikian ternyata pasar kembali tidak stabil dan daya beli masyarakat kembali melemah dan inflasi kembali melonjak menjadi 8,71 persen di akhir tahun 2007, dan 12,80 persen pada tahun 2008. Berikut ini disajikan grafik laju inflasi tahunan Kabupaten Karo Tahun 2003-2008. Tingkat Inflasi Kabupaten Karo Tahun 2003 - 2008 6,76 7,55 19,36 8,71 12,8 6,27 5 10 15 20 25 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun T in g k a t In fl a s i Inflasi Sumber: BPS Kabupaten Karo Gambar 4.1. Laju Inflasi Tahunan Kabupaten Karo Tahun 2003-2007 2002 = 100 Universitas Sumatera Utara

4.5. Gambaran Kesehatan Penduduk Kabupaten Karo

4.5.1. Angka Kesakitan

Angka kesakitan morbidity rate merupakan salah satu indikator kesehatan penduduk. Semakin banyak penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan, menunjukkan bahwa derajat kesehatan di daerah tersebut semakin rendah, demikian juga sebaliknya. Angka kesakitan ini mencerminkan banyaknya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan dalam sebulan berdasarkan jenis penyakit yang diderita. Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Karo pada tahun 2008 persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan sebesar 26,68 persen.

4.5.2. Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Karo dari tahun ketahun mengalami perbaikan, hal ini dapat dilihat dari tahun 2006 sebesar 72,8 tahun menjadi 72, 9 tahun pada tahun 2007 dan tahun 2008.

4.5.3. Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi infant mortality rate di Kabupaten Karo terlihat ada perubahan kearah yang lebih baik, hal ini terlihat dari semakin banyaknya proses kelahiran yang ditolong oleh bidan atau dokter dibandingkan yang ditolong oleh dukun dan juga semakin baiknya gizi balita dan ibu hamil. Pada tahun 2006 IMR Kabupaten Karo sebesar 16,21 yang artinya ada sekitar 16 kematian bayi dari 1000 kelahiran, pada tahun 2007 angka IMR ini membaik menjadi 16,07 dan lebih baik lagi pada tahun 2008 yakni 15,89. Universitas Sumatera Utara

4.6. Gambaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Karo

Anggaran pendapatan dan belanja Kabupaten Karo dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan penerimaan dan pengeluaran. Realisasi APBD Kabupaten Karo tahun anggaran 2007 terdapat pendapatan sebesar Rp. 516.302.467.590,27,- yang bersumber dari dana perimbangan, pendapatan asli daerah dan pendapatan lain- lain yang sah yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan; baik berupa belanja operasi maupun belanja modal, dengan besar belanja operasi sebesar Rp. 313.296.968.578,00,- dan belanja modal senilai Rp. 169.695.225.416,00,-. Pada tahun 2007 realisasi pengeluaran untuk bidang pendidikan Rp. 153.651.359.625,00, bidang kesehatan Rp. 55.893.866.134,00 dan bidang pekerjaan umum Rp. 128.685.483.022,- Realisasi APBD Kabupaten Karo tahun 2008 terdapat peningkatan pendapatan menjadi Rp. 520.287.440.279,49,- yang dipergunakan untuk belanja operasi sebesar Rp. 369.426.131.027,71 dan belanja modal sejumlah Rp. 103.946.169.139,00,- Pada tahun 2008 realisasi pengeluaran untuk bidang pendidikan Rp. 196.471.247.452,00, bidang kesehatan Rp. 41.712.640.174,80 dan bidang pekerjaan umum Rp. 76.733.935.131,- Sesuai dengan arah kebijakan umum anggaran Pemerintah Kabupaten Karo di dalam rencana strategis daerah maka sebagian besar anggaran di atas adalah diarahkan dalam rangka pengurangan angka kemiskinan di Kabupaten Karo. Berikut ini disajikan tabel Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Karo tahun 2007-2008. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Karo Tahun 2007-2008 Uraian Tahun Anggaran 2007 Tahun Anggaran 2008 Anggaran Rp Realisasi Rp Anggaran Rp Realisasi Rp Pendapatan 527.539.065.880,00 516.302.467.590,27 513.981.107.890,00 520.287.440.279,49 Pendapatan Asli Daerah 20.697.835.214,00 24.020.346.215,01 21.497.347.800,00 32.005.171.399,82 Pendapatan Transfer 483.095.002.070,00 482.838.889.210,26 484.733.760.090,00 487.643.244.557,67 Lain-Lain Pendapatan yang sah 23.746.228.596,00 9.443.232.165,00 7.750.000.000,00 639.024.322,00 Belanja 570.273.327.649,85 482.992.193.994,00 595.366.545.055,01 473.372.300.166,71 Belanja Operasi 379.122.843.197,85 313.296.968.578,00 450.548.919.119,01 369.426.131.027,71 Belanja Modal 189.650.484.452,00 169.695.225.416,00 142.817.625.936,00 103.946.169.139,00 Belanja Tak Terduga 1.500.000.000,00 0,00 2.000.000.000,00 0,00 Pembiayaan Penerimaan Daerah 57.972.690.041,00 57.972.690.041,84 89.689.063.638,11 89.689.063.638,11 Pengeluaran Daerah 15.238.428.271,15 1.593.900.000,00 8.303.626.473,10 1.000.000.000,00 Pembiayaan Netto 42.734.261.769,85 56.378.790.041,84 81.385.437.165,01 88.689.063.638,11 Sisa Lebih Pembayaran Anggaran SILPA 0,00 89.689.063.638,11 0,00 135.604.203.750,89 Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Karo, 2007-2008 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Karo Tahun Anggaran 2008 adalah sebesar Rp. 520.287.440.279,49 atau mencapai 100,23 persen dari anggaran sebesar Rp. 513.8981.107.890, kinerja positif ditunjukkan oleh penerimaan dari pajak daerah dengan nilai Rp. 11.100.000.000,- dari sebelumnya 10.700.000.000,- pada tahun 2007. Berikut ini disajikan tabel Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo Tahun 2007-2008. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo Tahun 2007-2008 Uraian Pendapatan Tahun Anggaran 2007 Tahun Anggaran 2008 Anggaran Rp Realisasi Rp Anggaran Rp Realisasi Rp Pajak Daerah 9.622.648.125 10.700.000.000 10.069.347.800 11.110.000.000 Retribusi Daerah 7.610.500.000 7.265.126.821 8.030.750.000 9.482.718.125 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 821.900.000 655.202.713 762.250.000 854.495.725 Lain-Lain PAD yang Sah 2.642.787.089 5.400.016.681 2.635.000.000 10.557.957.550 Jumlah 20.697.835.214 24.020.346.215 21.497.347.800 32.005.171.400 Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Karo, 2007-2008 Dari data di atas dapat kita lihat bahwa pendapatan asli daerah Kabupaten Karo mengalami peningkatan, dan pajak daerah memberikan kontribusi yang signifikan, ada dua jenis pajak daerah Kabupaten Karo yang berkaitan dengan penduduk miskin yakni pajak penerangan jalan dan pajak rumah makan dan kedai kopi. Pajak Penerangan Jalan dikenakan juga untuk penduduk miskin, sementara penerimaan tersebut dipergunakan untuk membayar pemakaian listrik penerangan jalan yang sebagian besar dinikmati masyarakat mampu yang tinggal di perkotaan. Pajak rumah makan dan kedai kopi juga dikenakan, padahal pengenaan pajak tersebut terkait langsung dengan usaha kecil yang dimiliki masyarakat.

4.7. Analisis Pembahasan Pengujian Hipotesis