Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi

H 0 = â 1, â 2, â 3, â 4 = 0 Artinya, variabel-variabel eksplanatori bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel jumlah penduduk miskin. Hipotesis alternatif Ha, parameter penelitian ini â 1, â 2, â 3, â 4 tidak sama dengan nol, atau: Ha : â 1, â 2, â 3, â 4 ≠ Artinya, variabel-variabel eksplanatori merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel jumlah penduduk miskin. Menurut Kuncoro 2006 cara melakukan uji adalah sebagai berikut: 1. Quick look. Bila jumlah degree of freedom df adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5 persen, maka H yang menyatakan b I = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 dalam nilai absolut. Dengan kata lain menerima hipotesis alternatif. 2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis t tabel, apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, maka menerima hipotesis alternatif.

3.7. Uji Asumsi Klasik

Kebenaran spesifikasi model penelitian ini, dideteksi dengan menguji asumsi klasik multikolinearitas dan autokorelasi.

3.7.1. Uji Multikolinearitas

Istilah multikolinearitas mula-mula ditemukan oleh Ragnar Frisch. Multikolinearitas diartikan adanya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti, Universitas Sumatera Utara diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dan model regresi. Untuk regresi k-variabel, meliputi variabel yang menjelaskan X 1 , X 2 …………… .. X k di mana X 1 untuk semua pengamatan yang memungkinkan suatu intersep. suatu hubungan linear yang pasti dikatakan ada apabila kondisi ë 1 X 1 + ë 2 X 2+…… ë k X k = 0 terpenuhi Gujarati, 2003. Menurut Nachrowi dan Usman 2004 tidak mungkin koefisien regresi berganda dapat ditaksir akibat terjadinya multikolinearitas sempurna. Sedangkan bila terjadi multikolinearitas tidak sempurna, koefisien regresi berganda masih dapat dicari, tetapi menimbulkan beberapa akibat, yaitu: a varians besar dari taksiran OLS; b interval kepercayaan lebar; c uji-t tidak signifikan; d R 2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari uji - t; e terkadang taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan.

3.7.2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series. Sehingga terdapat saling ketergantungan antara faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi yang dipengaruhi oleh unsur gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lainnya. Oleh karena itu masalah autokorelasi biasanya muncul dalam data time series, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi dalam data cross sectional. Universitas Sumatera Utara Uji untuk melihat autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson Test. Ada beberapa asumsi penting yang harus dipenuhi agar nilai D-W bisa digunakan; 1 Dalam melakukan regresi harus menggunakan konstanta; 2 Variabel penjelas variabel bebas adalah non-skolastik atau tetap untuk sampel yang berulang; 3 Faktor pengganggu, Ut adalah digeneralisasi dengan skema first order autoregressive; 4 Model regresi tidak meliputi nilai kelambanan lag dari variabel tak bebas sebagai variabel penjelas; 5 Dalam melakukan regresi, tidak boleh ada data atau observasi yang hilang. Uji D-W dilakukan dengan pedoman; 1 Tolak hipotesis nol yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif, bila nilai D-W statistik terletak antara 0 d dl; 2 Ragu-ragu inconclusive tidak ada autokorelasi positif bila dl ≤ d ≤ du; 3 Tolak hipotesis nol yang mengatakan tidak ada autokorelasi negatif, bila nilai D-W statistik terletak antara 4 – dl d 4; 4 Ragu-ragu inconclusive tidak ada autokorelasi negatif bila 4 – du ≤ d ≤ dl; 5 Terima hipotesis nol yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif ataupun autokorelasi negatif, bila nilai D-W statistik terletak antara du d 4 – du. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Karo

4.1.1. Wilayah dan Iklim

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Karo berada pada 2 o 50” – 3 o 19” Lintang Utara, 97 o 55” – 98 o 38” Bujur Timur pada ketinggian 120 – 1400 M di atas permukaan laut. Kabupaten Karo menempati area seluas 2.127,25 Km 2 yang terdiri dari 17 kecamatan dan 252 desa serta 10 kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir Sebelah Barat : Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Karo termasuk daerah yang beriklim tropis. Sehingga daerah ini memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan. Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar daerahnya merupakan dataran tinggi. Universitas Sumatera Utara