model multiplier, pajak yang lebih tinggi tanpa peningkatan dalam pembelian pemerintah akan cenderung menurunkan GDP nyata. Kilasan Gambar 2.2
menegaskan hal tersebut. Pada gambar ini, kurva CC yang atas menggambarkan tingkat fungsi konsumsi tanpa pajak. Namun kurva di atas tersebut tidak dapat
menjadi fungsi konsumsi karena konsumen pasti membayar pajak untuk pendapatan mereka. Anggap konsumen membayar pajak 300 milyar pada semua tingkat
pendapatan; maka DI adalah tepat 300 milyar kurang dari GDP pada tiap tingkat output. Seperti yang digambarkan tingkat pajak ini bisa digambarkan sebagai
pergeseran ke kanan dalam fungsi konsumsi sebesar 300 milyar. Pergeseran ke kanan ini akan muncul sebagai pergeseran ke bawah; jika MPC
2 3
, maka pergeseran ke kanan 300 milyar akan terlihat sebagai pergeseran ke bawah 200 milyar.
2.10. Peneliti Terdahulu
Usman, Bonar M. Sinaga, Hermanto Siregar 2006 dengan judul penelitian Analisis Determinan Kemiskinan Sebelum dan Sesudah Desentralisasi Fiskal bahwa
Pos anggaran untuk pengeluaran yang sangat erat kaitannya dengan kemiskinan atau menjadi faktor penentu determinan solusi penanggulangan kemiskinan adalah
sektor pertanian, pendidikan, kesehatan keluarga, kesejahteraan keluarga, dan infrastruktur.
Haris Munandar, Ferry Kurniawan, 2007 dengan judul penelitian Mencari Hubungan Antara Kebijakan Moneter dengan Kemiskinan dan Ketimpangan
Pendapatan Kajian menggunakan data regional Indonesia memperoleh kesimpulan
Universitas Sumatera Utara
bertentangan dengan keyakinan umum bahwa kebijakan moneter longgar yang ekspansif adalah cara yang jitu untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
menyelamatkan golongan miskin, penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata kebijakan moneter berhati-hati, yang mengusahakan inflasi yang rendah dan ekonomi
makro yang stabil justru merupakan kebijakan yang menurunkan tingkat kemiskinan dan menghasilkan distribusi pendapatan yang lebih baik.
Cuttler Katz 1991 dalam penelitiannya An Examination of the Impact of Inflation and Unemployment on Poverty memiliki kesimpulan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan dan positif dari pengangguran dan inflasi terhadap kemiskinan.
Powers 1995 dengan judul penelitiannya Inflation, Unemployment, and Poverty memiliki kesimpulan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dan positif
dari pengangguran dan inflasi terhadap kemiskinan. Fahma Sari Fatma 2005 dengan judul Pengaruh Inflasi dan Pengangguran
terhadap Kemiskinan di Indonesia menunjukkan bahwa inflasi, pengangguran, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDRB, dan variabel demografis yaitu
pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan. Riko Marbun 2009 dengan judul penelitian Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, inflasi, berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Halim 2001 dengan judul Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan; pendekatan analisis jalur menunjukkan
kemandirian dan pengelolaan secara ekonomis, efektif, dan efisien suatu daerah atau wilayah akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut yang
selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan pada daerah tersebut.
2.11. Kerangka Pemikiran