peluang dan ancaman terhadap pengembangan agribisnis kopi di Aceh Tengah dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Penentuan Skor Faktor Eksternal
No Parameter
Rataan skor
Hasil Penilaian
Responden Jumlah
Responden
1 Otonomi daerah
4 Peluang
Aparatur 6
2 Tumbuhnya assosiasi
3 Peluang
Pedagang 7
3 Pasar terbuka baik domestik dan luar negeri
4 Peluang
Pedagang 7
4 Pertumbuhan CU
3 Peluang
Petani 30
5 Perkembangan tek.komunikasi dan
informasi 3
Peluang Petani
30 6
Pertumbuhan ekonomi 3
Ancaman Aparatur
6 7
Ketidakpastian iklim global 3
Ancaman Aparatur
6 8
Keamanan berusaha 3
Ancaman Aparatur
6 9
Fluktuasi harga kopi 2
Ancaman Aparatur
6 Sumber : Nilai rataan parameter peluang dan ancaman, Lampiran 11,12,13
A. Peluang
Faktor peluang adalah bagian dari faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut dianggap sebagai suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan
agribisnis kopi di Aceh Tengah. Potensi tersebut harus dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, peluang tersebut terdiri dari :
1. Otonomi Daerah
Pemberlakuan UU No.18 tahun 2001, menimbulkan dampak yang sangat besar bagi pemerintah daerah, karena dengan diberlakukannya undang-undang
tersebut maka pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh dalam mengadakan pembangunan di daerahnya masing-masing. Untuk Aceh Tengah
pemerintah setempat sangat mendukung pengembangan agribisnis kopi dengan pengadaan bibit kopi, diversifikasi lahan, memberikan pelatihan dan penyuluhan
untuk petani dibantu oleh dinas yang terkait, dan tahun 2015 akan dibuat
laboratorium khusus untuk penelitian kopi dengan bantuan dana otsus berpeluang bagi pengembangan agribisnis kopi di Aceh Tengah.
Universitas Sumatera Utara
2. Pertumbuhan Asosiasi
Persatuan Petani Kopi Gayo Organik PPKO di Tanah Gayo telah
mendapat Fair Trade Certified dari Organisasi Internasional
Pihak asing melalui Non Government Organization NGO seperti IOM yang terlibat langsung untuk aktif dan berpartisipasi terhadap dunia perkopian
seperti IOM yang memberi sumbangan terhadap perkopian Gayo baik dari segi pendidikan sarana dan informasi lain yang bertujuan untuk membangkitkan
perkopian Gayo. Lalu Mercy Corp yang memberi sumbangan pendidikan keuangan kepada kelompok tani sehingga petani mampu memanfaatkan uang
ketika panen kopi dan bisa tidak berhutang ketika masa paceklik
.
Asosiasi Produser Fairtrade Indonesia APFI, diharapkan bisa menpromosikan kopi yang
bersertifikat fairtrade di dalam negeri, hal ini akan mampu meningkatkan nilai tambah bagi petani kopi. APFI yang sudah berdiri sejak tahun 2010 memiliki
tantangan selain mempromosikan kopi fairtrade juga bagaimana APFI dapat berperan dalam memfasilitasi produser koperasi dengan pihak buyer dalam
perdagangan kopi dunia karena peran dikurangi dalam pendampingan koperasi
Fair Trade dan pada
tanggal 27 Mei 2010. Dari data penelitian dan amatan tahun 2012 adalah tahun
kebangkitan kopi. Kebangkitan tersebut diawali dengan berhasilnya diperoleh Identifikasi Geografis IG kopi Gayo yang digawangi Masyarakat Petani Kopi
Gayo MPKG dan Forum Kopi Aceh didukung APED-UNDP. Perhatian terhadap kopi dengan segala sisinya dari hulu hingga hilir. Kualitas bibit, teknis
pemeliharaan, panen, pengolahan pasca panen dan bagaimana memasarkan kopi mendapat perhatian lebih dari pelaku kopi dari hulu hingga hilir, termasuk
pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
kopi, selain itu tetap mengupayakan harga minimum minimum price. Dengan demikian, tumbuhnya asosiasi berpeluang meningkatkan pengembangan
agribisnis kopi di Kabupaten Aceh Tengah. 3. Prospek Pasar Domestik maupun Luar Negeri
Pasar yang terbuka baik domestik maupun luar negeri merupakan peluang dalam memasarkan kopi, hal ini juga menuntut petani untuk memperbaiki kualitas
kopi yang dihasilkan. Disamping itu Aceh Tengah telah banyak mempunyai jaringan ekspor dengan beberapa Negara yaitu : USA, Australia,Canada, Inggeris,
Singapura, Mexico, New Zealand. Hal ini memberi peluang besar untuk meningkatkan agribisnis kopi jika petani memperbaiki kualitas kopinya.
Peningkatan permintaan kopi Gayo ditandai oleh angka ekspor kopi Gayo tahun 2013 berdasarkan Surat Persetujuan Ekspor Kopi SPEK yang dikeluarkan
Pemkab Aceh Tengah mencapai 4.604 ton US 276,5 juta atau rata-rata 383,6 ton per bulan
.
Hal ini menunjukkan bahwa kopi Aceh Tengah memberi kontribusi terhadap kopi ekspor Propinsi Aceh. Kopi Aceh Tengah juga dijual untuk wilayah
antar Kabupaten dan juga propinsi di Indonesia. Jumlah harga kopi berfluaktif, hal ini juga memberi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produktivitas kopi
Indonesia.
4. Pertumbuhan Credit Union CU