4.3. Rantai Tata Niaga
Pada daerah penelitian, rantai pemasaran kopi yang terjadi adalah dapat dilihat pada Tabel 9 :
Tabel 9. Rantai Tata Niaga Pemasaran Kopi di Kabupaten Aceh Tengah
No Rantai Tata Niaga
Rata-rata Harga yang Diterima RPKg
1. Petani Pedagang Pengumpul 20.764
2. Pedagang Pengumpul Pengusaha Industri Kopi 25.000
3. Pengusaha Industri Kopi Eksportir 70.000
Sumber : Lampiran 4 dan 5
Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat 3 tiga rantai tata niaga pemasaran kopi di Kabupaten Aceh Tengah. Petani yang langsung menjual kopi ke pedagang
pengumpul menerima harga rata-rata 20,764 RpKg, pegagang pengumpul menjual kopi ke pengusaha industri kopi menerima harga rata-rata 25.000
RpKg,dan pengusaha industri kopi menjual ke eksportir menerima harga rata-rata 70.000 RpKg.
4.4. Prasarana dan Sarana 4.4.1. Jalan dan Transportasi
Kondisi jalan di Kabupaten Aceh Tengah relatif baik. Ruas jalan propinsi maupun kabupaten yang ada di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Isaq dan
batas Kabupaten Aceh Tengah dengan Kabupaten Bener Meriah rawan akan bencana tanah longsor, yang dapat memutuskan hubungan transportasi. Namun
secara keseluruhan kondisi jalan di Aceh Tengah dapat dilalui dengan kendaraan roda empat. Panjang jaringan jalan di Kabupaten Aceh Tengah sampai tahun 2013
Universitas Sumatera Utara
sekitar 1.092,65 Km, yang terdiri dari 189,69 jalan Negara 207,99 Km jalan propinsi dan 694,97 Km jalan kabupaten.
4.4.2. Pasar
Pasar sebagai fasilitas tempat pemasaran barang di wilayah Aceh Tengah ada beberapa pasar dengan hari raya pekan yang berbeda. Pasar dapat mendukung
petani untuk memperoleh sarana dan prasarana pertanian serta mempermudah pemasaran hasil pertaniannya ke berbagai pasar yang masih bisa dijangkau.
Disamping itu pasar juga memberikan kesempatan lebih bagi para pedagang sarana produksi dan pedagang pengumpul.
4.5. Pertanian 4.5.1. Kegiatan Pertanian
Sebagai daerah yang memiliki keadaan geografis yang berbukit- bukit dan ketinggian antara 500-1.400 meter dpl, kurang lebih 80 penduduk Aceh Tengah
bekerja disektor pertanian, keadaan tanah yang subur serta cuaca yang dingin sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan persawahan, perkebunan, peternakan,
maupun kehutanan. Penyumbang terbesar PDRB sektor pertanian 2012 sebesar 45,76 adalah
sub sektor tanaman perkebunan ini dipengaruhi oleh keberadaan tanaman kopi sebagai komoditas utama tanaman perkebunan di Kabupaten Aceh Tengah dan
paling banyak ditanam. Penyumbang terbesar kedua adalah subsektor kehutanan yang juga selalu menempati penyumbang terbesar kedua PDRB sektor pertanian
selama kurun waktu empat tahun terakhir. Kabupaten ini mempunyai potensi lahan yang cocok dijadikan sebagai pengembangan tanaman keras dan
perkebunan.
Universitas Sumatera Utara
4.5.2. Kegiatan Pengusahaan Kopi
Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Aceh Tengah disamping tebu, tembakau, nilam, jahe, kunyit, serewangi. Kopi merupakan
komoditi yang mempunyai prospek yang baik karena kebutuhan kopi dalam negeri, khususnya luar negeri semakin meningkat. Usahatani kopi sudah merakyat
di Kabupaten Aceh Tengah, hampir setiap kecamatan membudidayakan kopi. Terdapat lebih dari 30 varietas kopi arabika yang terdapat di Dataran
Tinggi Gayo. Tiga varietas yang dominan ditanam oleh petani di Aceh Tengah dan Bener Meriah yaitu Borbor Gayo 2, Ateng Super dan Timtim Gayo 1.
Varietas ini umumnya masuk ke Dataran Tinggi Gayo setelah diperkenalkan oleh pemerintah melalui bantuan bibit langsung. Kebanyakan kopi arabika di dataran
tinggi gayo merupakan hasil perbanyakan generative secara alami dari sumber bibit lokal berproduktivitas tinggi yang diseleksi oleh balai penelitian, petani
sendiri atau penangkar teregistrasi atau tidak teregistrasi. Masing-masing varietas dikenal berdasarkan morphologi. Tidak ada yang bisa memastikan kualitas dan
kemurnian genetik dari bibit yang berasal dari pemerintah maupun penangkar lokal.
Produktivitas kopi arabika per hektar sangat bervariasi mulai dari kurang dari 250 kg per hektar hingga hampir mencapai 2000 kg per hektar. Disamping
varietas, produktivitas kopi arabika sangat tergantung pada intensitas perawatan. Petani yang memiliki produktivitas tinggi umumnya menanam Timtim dan Ateng
Super. Sementara produktivitas Borbor agak kurang karena mungkin usianya masih relatif muda dibanding varietas lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk jangka pendek, program peremajaan tanaman perlu dilakukan terutama bagi pohon-pohon tua serta yang berproduksi rendah. Selain itu, petani
kopi di Gayo harus didukung oleh sistem pembibitan kopi yang bersumber dari tanaman induk berproduksi tinggi terdaftar, bebas penyakit, proses penyilangan
terkontrol yang menjamin kemurnian varietas, dan dari penangkar teregistrasi yang diproduksi sesuai dengan peraturan dan dikontrol oleh instansi yang
berwenang. Bibit yang tidak jelas harus dengan tegas dilarang oleh pemerintah.
4.5.3. Pemasaran Kopi
Kegiatan pemasaran kopi pada umumnya dilakukan saat pekan raya. Petani menjual kopi kepada pedagang pengumpul yang ada di desa, kemudian
pengumpul yang di desa menjual kopi kepada pedagang pengumpul yang ada di kecamatan. Tidak jarang juga ditemui bahwa petani menjual langsung kopi
kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjual kopi ke pengusaha industri kopi atau koperasi yang ada di Aceh Tengah baru dijual ke pihak
eksportir.
Gambar 4. Saluran Pemasaran Kopi Kabupaten Aceh Tengah
Petani Pengumpul di
desa KoperasiPeng
usaha industry kopi
Eksportir
Universitas Sumatera Utara
4.5.4. Asosiasi Kopi
Kopi Gayo Gayo Coffee merupakan salah satu komoditi unggulan yang berasal dari dataran tinggi gayo. Perkebunan kopi yang telah dikembangkan sejak
tahun 1908 ini tumbuh subur di Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues. Ketiga daerah yang berada di ketinggian 1200 m dpl tersebut memiliki
perkebunan kopi terluas di Indonesia yaitu dengan luasan sekitar 94.800 hektar. Masing-masing
Gayo di Kabupaten Aceh Tengah 48.000 hektar yang melibatkan petani
sebanyak 33.000 kepala keluarga KK, Bener Meriah 39.000 hektare 29.000 KK dan 7.800 hektare di Kabupaten Gayo Lues dengan keterlibatan petani
sebanyak 4.000 KK. adalah nama suku asli yang mendiami daerah ini. Mayoritas
masyarakat Gayo berprofesi sebagai Petani Kopi. Varietas Arabika mendominasi jenis kopi yang dikembangkan oleh para petani Kopi Gayo. Produksi Kopi
Arabika yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia Atas dedikasi dan kerjasama dalam menjaga kualitas Kopi Gayo miliknya,
Persatuan Petani Kopi Gayo Organik PPKO di Tanah Gayo telah
mendapat Fair Trade Certified dari Organisasi Internasional Fair Trade dan pada
tanggal 27 Mei 2010, Kopi Gayo menerima sertifikat IG
Kemudian pada Event Lelang Special Kopi Indonesia tanggal 10 Oktober 2010 di Bali, kembali Kopi Arabika Gayo memperoleh score tertinggi
saat Indikasi Geogafis
diserahkan kepada pemda oleh Menteri Hukum dan HAM Indonesia.
Cupping Score. Sertifikasi dan prestasi tersebut kian memantapkan posisi Kopi Gayo sebagai Kopi Organik terbaik di Dunia.
Universitas Sumatera Utara
Assosiasi Produser Fairtrade Indonesia APFI, APFI yang sudah berdiri sejak tahun 2010 memiliki tantangan selain mempromosikan kopi fairtrade juga
bagaimana APFI dapat berperan dalam memfasilitasi produser koperasi dengan pihak buyer dalam perdagangan kopi dunia karena peran kami akan dikurangi
dalam pendampingan koperasi kopi, selain itu tetap mengupayakan harga minimum APFI saat ini memiliki 18 anggota disampaikan oleh Djumhur Ketua
APFI, 15 diantaranya berada di Kabupaten Aceh Tengah, yaitu koprasi KBQ Baburayan, KKGO, KSU Arinagata, KSU Adil Wiladah Mabrur, KSU Bies
Utama, KSU Burni Bies Gayo, Kopepi Ketiara, KSU Sara Ate dan KSU Megah Berseri.
4.6. Hasil Analisis Strategi Pengembangan Kopi 4.6.1. Analisis Faktor Internal
Faktor-faktor internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan dari strategi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Aceh Tengah.Berdasarkan
wawancara dan kuesioner serta masukan dari Kepala Dinas Perkebunan, Kepala Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dosen Perguruan Tinggi,
Ketua Kelompok Tani di setiap kecamatan terpilih, serta pedagang pengumpul maupun pengusaha industri kopi yang ada di Kabupaten Aceh Tengah, diperoleh
faktor-faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Aceh Tengah dapat dilihat pada
Tabel 10.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Penentuan Skor Faktor Internal
No Parameter
Rataan skor
Hasil Penilaian
Responden Jumlah
Responden
1 Sumber daya alam
4 Kekuatan
Aparatur 6
2 Ketersediaan lahan
4 Kekuatan
Aparatur 6
3 Akses transportasi
4 Kekuatan
Aparatur 6
4 Sumber daya manusia
4 Kekuatan
Aparatur 6
5 Dukungan pemerintah
3 Kekuatan
Petani 30
6 Teknologi tradisional
1 Kelemahan
Petani 30
7 Ketersediaan dana
2 Kelemahan
Petani 30
8 Lembaga pembinaan dan litbang
2 Kelemahan
Petani 30
9 Pemasaran kopi
2 Kelemahan
Petani 30
10 Kemitraan usaha
2 Kelemahan
Pedagang 7
11 Pengendalian hama penyakit
2 Kelemahan
Petani 30
Sumber : Nilai rataan parameter kekuatan dan kelemahan Lampiran 11,12,13
Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor internal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis kopi Aceh Tengah terdapat 5 lima
kekuatan yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
A.Kekuatan
Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal yang dianggap sebagai kekuatan yang mempengaruhi pengembangan agribisnis kopi di
Aceh Tengah. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan harus digunakan semaksimal mungkin dalam upaya untuk mencapai tujuan pengembangan agribisnis kopi,
faktor-faktor itu terdiri dari :
1. Keadaan Sumberdaya Alam
Keadaan sumber daya alam menjadi faktor kekuatan antara lain iklim, kesuburan tanah, topografi, ketinggian antara 1000-2.600 m di atas permukaan
laut. Penggunaan lahannya didominasi oleh kawasan hutan seluas 280.647 Ha atau 64,98 dari luas wilayah. Pada umumnya jenis tanah bervariasi 68
diantaranya terdiri dari tanah podsolik coklat dan merah kuning dengan tekstur liar berpasir, struktur remuk, konsistensi gembur permeabilitas sedang, keadaan
tersebut menjadikan Aceh Tengah sebagai daerah yang subur dan menjadi pusat
Universitas Sumatera Utara