kurang terlaksana secara berkelanjutan. Petani sangat membutuhkan dukungan pemerintah khususnya dalam pembinaan dan pendampingan pemerintah langsung
kepada petani agar dapat mengembangkan produktivitas kopi.
4. Pemasaran Kopi
Pemasaran kopi di Aceh Tengah pada umumnya kopi diperdagangkan dalam bentuk kopi beras dengan kadar air 13, baik di dalam negeri maupun
untuk ekspor. Pemasaran kopi dalam bentuk segar kemungkinan besar akan memberikan nilai tambah yang kecil dibandingkan dengan menjual produk olahan
skunder atau olahan akhir. Disini petani hanya mendapat margin keuntungan yang sedikit dibandingkan dengan dengan pedagang atau pengusaha menengah
pengusaha besar skala industri yang menjual kopinya dalam bentuk olahan akhir. Mata rantai pemasaran kopi yang dihasilkan petani yang dikenal sebagai
kopi asalan pada umumnya belum memenuhi standar mutu kopi ekspor, kadar airnya masih tinggi yaitu berkisar antara 16-20. Kopi asalan ini tidak langsung
dijual kepada eksportir, tetapi dijual ke pedagang perantara sebelum dijual ke eksportir. Dengan kata lain, pemasaran kopi di Kabupaten Aceh Tengah masih
terbatas, yakni dikuasai pedagang pengumpul.
Dilihat dari rantai pemasaran yang panjang serta keuntungan yang sedikit diperoleh petani menyebabkan pemasaran menjadi salah satu kelemahan dalam
pengembangan agribisnis kopi di Aceh Tengah.
5. Kemitraan Usaha
Pada umumnya budidaya kopi dilakukan sendiri oleh petani dengan lahan yang telah diwariskan oleh orang tua turun temurun, diolah sendiri dan hanya
mengandalkan kesuburan tanah. Kemitraan usaha di Aceh Tengah yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
masih terbatas dengan pedagang pengumpulpengusaha industri kopi dengan pihak eksportir. Akibatnya petani hanya bisa menerima harga yang telah
ditentukan oleh pengumpul.
6. Pengendalian Hama Penyakit dan Pemeliharaan
Penyakit kopi yang sering dihadapi oleh petani kopi di Aceh Tengah adalah penyakit jamur akar kopi JAK menjadi masalah utama yang dihadapi
petani kopi. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Aceh Tengah penyakit ini telah tersebar di 14 kecamatan di Aceh Tengah dengan intensitas serangan 10-35,
sehingga dikhawatirkan dapat menurunkan produktivitas kopi mencapai 40-60,
dalam mengendalikan JAK petani kopi masih menggunakan cara tradisional yaitu
dengan membuka tanah pada bagian leher akar dengan membuat lubang berjarak 30 cm disekeliling akar. Lalu benang-benang jamur yang masih menempel pada
akar dikerok atau akar yang diserang berat dipotong dan dimusnahkan, selanjutnya diolesi dengan aspalt ter kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Selain JAK hama penggerek buah kopi PBKo yang awalnya ditemukan pada ketinggian 800 m dpl namun saat ini buah kopi telah terserang pada tanaman
ketinggian 1.600m dpl. Tanaman kopi yang terserang ditandai daun menguning, kering dan langsung mati, belum ada cara pengendalian yang efektif,
pengendalian selama ini yang dilakukan petani hanya secara manual dengan mengisolasi tanaman sakit agar tidak menular.
4.6.2. Faktor Eksternal
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan pengisian kuisioner serta analisis yang dilakukan terhadap sistem agribisnis kopi yang sudah berkembang di
Kabupaten Aceh Tengah, didapatkan faktor-faktor eksternal yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
peluang dan ancaman terhadap pengembangan agribisnis kopi di Aceh Tengah dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Penentuan Skor Faktor Eksternal
No Parameter
Rataan skor
Hasil Penilaian
Responden Jumlah
Responden
1 Otonomi daerah
4 Peluang
Aparatur 6
2 Tumbuhnya assosiasi
3 Peluang
Pedagang 7
3 Pasar terbuka baik domestik dan luar negeri
4 Peluang
Pedagang 7
4 Pertumbuhan CU
3 Peluang
Petani 30
5 Perkembangan tek.komunikasi dan
informasi 3
Peluang Petani
30 6
Pertumbuhan ekonomi 3
Ancaman Aparatur
6 7
Ketidakpastian iklim global 3
Ancaman Aparatur
6 8
Keamanan berusaha 3
Ancaman Aparatur
6 9
Fluktuasi harga kopi 2
Ancaman Aparatur
6 Sumber : Nilai rataan parameter peluang dan ancaman, Lampiran 11,12,13
A. Peluang
Faktor peluang adalah bagian dari faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut dianggap sebagai suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan
agribisnis kopi di Aceh Tengah. Potensi tersebut harus dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, peluang tersebut terdiri dari :
1. Otonomi Daerah