30.00 70.00
11 Positif
1 14
15 3.33
46.67 50.00
0.00 50.00
50.00 12
Negatif 1
2 21
6 3.33
6.67 70.00
20.00 10.00
90.00 13
Negatif 3
4 17
6 10.00
13.33 56.67
20.00 23.33
76.67 14
Positif 1
12 14
3 3.33
40.00 46.67
10.00 43.33
56.67 Hasil persentase di atas menunjukkan bahwa pada pernyataan yang
positif terdapat 75,56 siswa yang setuju dan 24,44 yang tidak setuju. Itu berarti bahwa lebih banyak siswa yang setuju terhadap pembelajaran TAPPS
disbanding yang tidak setuju. Sementara itu, untuk pernyataan yang bersifat negatif, didapat 27,78 siswa yang setuju dan 72,22 siswa yang tidak
setuju. Hal ini menunjukkan ketertarikan siswa pada pembelajaran dengan metode TAPPS cukup besar.
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa persentase terbesar ada pada pernyataan yang bersifat negatif yaitu pernyataan no.4 dan no.12. Pernyataan no.4
menyatakan bahwa siswa menganggap pembelajaran dengan menggunakan metode TAPPS tidak ada bedanya dengan pembelajaran konvensional.
Sedangkan pernyataan no.12 menyatakan bahwa poin-poin dalam LKS tidak membantu dalam memahami materi trigonometri. Sebanyak 90 siswa
memberikan sikap tidak setuju terhadap pernyataan no.4 dan no.12. Hal ini memperlihatkan bahwa siswa merasa bahwa pembelajaran dengan metode
TAPPS berbeda dengan pembelajaran biasanya karena membuat mereka lebih aktif. Disamping itu, siswa juga terbantu dengan adanya LKS yang disajikan
pada setiap pertemuan.
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Persyaratan Analisis
Penelitian ini menggunakan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas Tes Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik Siswa
Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi square �
2
. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak, dengan kriteria �
2
�
2
diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. 1
Uji Normalitas Kelompok Eksperimen Hasil perhitungan uji normalitas pada kelompok eksperimen,
diperoleh harga
2 hitung
= 4,53, sedangkan dari tabel harga kritis uji Chi-Square
�
2
diperoleh
2 tabel
untuk jumlah sampel 30 dan banyak kelas 6 pada taraf signifikansi α = 5 adalah 7,82. Karena
2 hitung
kurang dari sama dengan
2 tabel
4,53 ≤ 7,82, maka H
diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok eksperimen berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. 2
Uji Normalitas Kelompok Kontrol Hasil perhitungan uji normalitas pada kelompok kontrol
diperoleh harga
2 hitung
= 9,33, sedangkan dari tabel harga kritis uji Chi-Square
2
diperoleh
2 tabel
untuk jumlah sampel 33 dan banyak kelas 7
pada taraf signifikansi α = 5 adalah 9,49. Karena
2 hitung
kurang dari sama dengan
2 tabel
9,33 ≤ 9,49, maka H
diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok kontrol berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Uji Normalitas Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelompok
N Taraf
Signifikan
hitung
tabel
Kesimpulan
Eksperimen 30
0,05 4,53
7,82 Berdistribusi
normal Kontrol
33 0,05
9,33 9,49
Karena
2
hitung
pada kedua kelas kurang dari
2
tabel
maka dapat disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Tes Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik Siswa.
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama homogen atau
berbeda heterogen. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji F. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua
kelompok dikatakan homogen apabila
hitung tabel
diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen diperoleh varians = 186,58 dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians = 212,78, sehingga
diperoleh nilai = 1,14 lampiran 21. Dari tabel distribusi F dengan
taraf signifikansi α = 5 dan db pembilang = 32, db penyebut = 29, diperoleh
= 1,84 karena 1,14
≤ 1,84, maka Ho diterima atau dengan kata lain varians kedua populasi homogen.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Karena F
hitung
kurang dari F
tabel
1,14 1,84 maka H
diterima, artinya kedua varians homogen.
2. Hasil Pengujian Hipotesis
Dari hasil perhitungan uji prasyarat menunjukan bahwa data kemampuan penalaran adaptif matematik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t.
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji t maka diperoleh t
hitung
= 4,45 menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan db = 61, diperoleh harga t
tabel α=0.05
= 2,00. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel 4.9
Tabel 4. 9 Hasil Uji Hipotesis
Dari tabel 4.9 terlihat bahwa t
hitung
t
tabel
4,45 2,00 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H
1
diterima, dengan taraf signifikansi 5, berikut sketsa kurvanya:
Kelas Jumlah
Sampel Varians
s
2
F Kesimpulan
Hitung Tabel
05 ,
Eksperimen
30 186,58
1,14 1,84
Terima H Kontrol
33 212,78
Kelas t
hitung
t
tabel α=0.05
Kesimpulan
Eksperimen 4,45
2,00 Tolak Ho
Kontrol
Gambar 4.5 Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Berdasarkan gambar 4.5, dapat terlihat bahwa nilai t
hitung
yaitu 4,45 lebih besar dari t
tabel
yaitu 2,00. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa �
ditolak, sedangkan
�
1
diterima. �
1
menyatakan bahwa rata-rata kemampuan penalaran adaptif matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran metode thinking aloud pair problem solving TAPPS lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan metode konvensional dengan taraf
signifikans 5.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif matematik Siswa
Dari hasil pengujian hipotesis terdapat perbedaan rata-rata kemampuan penalaran adaptif matematik siswa antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode konvensional. Ini dikarenakan metode TAPPS memuat beberapa langkah dalam pelaksanaannya
yang mengharuskan siswa untuk menyampaikan dan mengembangkan ide matematikanya dalam memerani tugasnya sebagai problem solver dan
listener. Temuan penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lia Kurniawati 2006 tentang
“Pembelajaran Dengan
2,00 4,45
= 0,05