Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS

Gambar 4.6.2  Contoh jawaban problem solver ke-dua dalam memecahkan masalah dan listener ke-dua dalam memberi pertanyaan atau tanggapan pada saat membahas permasalahan II setelah bertukar peran Gambar 4.6.3 Gambar 4.6.4 Gambar 4.6 Cara siswa kelas eksperimen dalam menjalani peran sebagai problem solver dan listener Gambar 4.6.1 memperlihatkan cara siswa yang pertama kali menjadi problem solver dalam menyampaikan gagasan dan pemikirannya. Dalam memecahkan permasalahan I, siswa dapat mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam LKS sehingga siswa tidak terlalu mengalami kesulitan dalam menyampaikan kepada listener. Pada gambar 4.6.2 diperlihatkan tanggapan dari siswa yang berperan sebagai listener. Saat terjadi kebingungan listener diperkenankan memberikan pertanyaan kepada problem solver. Gambar 4.6.3 dan 4.6.4 juga memperlihatkan jawaban siswa dalam menjalani perannya sebagai problema solver dan listener. Bedanya ini terjadi setelah mereka bertukar peran karena permasalahan yang dibahas adalah permasalahan II. Setelah siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan metode TAPPS, siswa sangat antusias dalam mengerjakan LKS yang dibuat oleh peneliti. Mereka sangat tertarik dengan kegiatan menemukan konsep rumus trigonometri. Itu dikarenakan mereka bangga pada diri mereka karena mampu menemukan secara mandiri dan tidak perlu menghafal rumus tetapi memahami penemuannya. Siswa juga tertantang untuk mengerjakan latihan yang ada dalam LKS. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum berpartisipasi aktif dalam mengerjakan LKS-nya, ini merupakan tugas guru untuk selalu memotivasi mereka agar bisa terlibat dalam pembelajaran aktif. Saat mengerjakan LKS, siswa diberikan waktu untuk terlebih dahulu membaca, memahami, dan menyiapkan langkah-langkah penyelesaian dari permasalahan yang didapatnya sebelum dipaparkan kepada listener. Pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan metode konvensional. Sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran adaptif, pembelajaran kelas kontrol didesain lebih interaktif. Berbeda dengan kelas eksperimen yang pembelajarannya bersifat mandiri, pada kelas kontrol siswa tidak secara langsung menemukan konsep tetapi melalui penjelasan guru. Guru sebagai pusat pembelajaran, memudahkan guru dalam mengajak siswa bernalar melalui cara penyampaian guru. Tetapi jika siswa hanya melihat tanpa ikut dalam proses akan sulit melatih kemampuan penalarannya. Maka diperlukan interaksi agar siswa tidak hanya melihat tetapi ikut memberikan gagasan dalam merumuskan konsep walaupun tidak secara langsung. Pada proses interaksi guru dengan siswa ini, diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan penalaran adaptifnya. Tes akhir kemampuan penalaran adaptif matematik untuk kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan soal yang sama yaitu 5 soal essay yang terdiri dari 3 indikator penalaran adaptif. Berikut perbandingan cara menjawab siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

1. Kemampuan memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan

Indikator penalaran adaptif yang pertama adalah mampu memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan, terdapat 3 butir soal yang mengukur indikator ini, yaitu soal nomor 1, 2 dan 5 Soal nomor 1 dan 2

1 Buktikan identitas trigonometri dibawah ini:

a. cos cos cos +cos = tan 1 2 + tan 1 2 b. Sertakanlah alasan yang valid pada setiap langkahnya 2 Diketahui adalah segitiga sebarang dengan + + = 180°. Buktikan bahwa tan + tan + tan = tan tan tan . Sertakan pula alasan pada setiap langkah pembuktianya  Cara menjawab siswa kelas eksperimen  Cara menjawab siswa kelas kontrol Gambar 4.7 Perbandingan Jawaban Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada Indikator Pertama Pada soal nomor 1 dan 2 ini sebagian besar siswa menjawab benar. Pada hasil perhitungan rata-rata, baik kelas kontrol maupun eksperimen memiliki persentase tertinggi yaitu 71,48 untuk kelas eksperimen dan 56,23 untuk kelas kontrol. Ini membuktikan sebagian besar siswa mampu memberikan alasan dalam memberikan jawaban. Rata-rata kelas eksperimen pada indikator ini memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Terdapat perbedaan cara menjawab pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen mampu memberikan alasan yang jelas pada setiap langkah yang diberikan. Langkah dalam pembuktiannya juga lebih terstruktur dibandingkan jawaban siswa kelas kontrol. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa mampu memberikan jawaban tetapi kesulitan dalam memberikan alasannya. Ini dikarenakan siswa hanya mampu mengingat dan menghapal rumus yang diberikan oleh guru tanpa memahami alasan dalam pembuktiannya sehingga tidak mengenal alasan-alasan dalam pembuktian soal matematika. Sedangkan kelas eksperimen yang diajarkan secara mandiri, mereka sudah terbiasa untuk membuktikan rumus sehingga mereka mengenal alasan-alasan yang digunakan dalam membuktikan soal. Sehingga untuk indikator mampu memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan, pada metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS lebih baik diterapkan dari pada metode konvensional

2. Kemampuan menarik kesimpulan dari sebuah pernyataan

Pada indikator yang kedua ini, diukur oleh soal nomor 3 Soal nomor 3 Hitunglah besar sudut A, B, dan C pada suatu jika diketahui: 1 cos cos = sin sin 2 sin cos = cos sin Berdasarkan besar sudut yang kamu dapatkan, tentukan pula jenis dari beserta alasannya  Cara menjawab siswa kelas eksperimen  Cara menjawab siswa kelas kontrol Gambar 4.8 Perbandingan Jawaban Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada Indikator Kedua Dapat dilihat dari gambar 4.8, kelas eksperimen dapat memberikan jawaban yang benar dan kesimpulan yang valid. Siswa kelas eksperimen mampu menemukan nilai dari sudut A, sudut B, dan sudut C. Selain itu kelas eksperimen mampu memberi kesimpulan yang baik. Siswa mampu menyimpulkan bahwa jika sudut A dan B mempunyai nilai yang sama yaitu 45 ° maka segitiganya sama kaki. Dan bila sudut C diperoleh 90° maka segitiganya menjadi segitiga siku-siku sama kaki. Tidak banyak siswa yang mampu menyimpulkan dengan benar dan teliti. Seperti yang terjadi pada kelas kontrol, siswa hanya mampu memberikan jawaban sebatas segitiga siku-siku saja. Untuk indikator ini kelas eksperimen dan kontrol sangat jauh berbeda. Persentase rata-rata pada kelas eksperimen 48,89 dan kelas kontrol 27,27. Selisih rata-rata kemampuan ini adalah 21,62. Selain itu, indikator ini adalah indikator yang paling rendah untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Siswa memang dirasa masih sangat kurang dalam memberikan kesimpulan.

3. Kemampuan menemukan pola dari suatu masalah matematika

Indikator penalaran adaptif yang ketiga terdapat pada soal nomor 4 Soal nomor 4  Cara menjawab kelas eksperimen

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE TAPPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

3 27 213

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Dengan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps)

8 37 157

Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa Di Mts Hidayatul Umam

2 14 203

Pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap kemampuan penalaran adaptif matematis siswa eksperimen di salah satu SMP Negeri di Depok

9 47 208

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery method) dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan penalaran adaptif siswa kelas xi IPA: penelitian quasi eksperimen di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan

6 70 244

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

Pengaruh Model Pembela jaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

1 27 309

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTASI SISWA KELAS XI AK DI SMK NEGERI I PEMATANGSIANTAR TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

0 7 30

PENGARUH STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHDAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP.

6 17 132