64
berpengaruh positif terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori agensi hal ini dikarenakan proporsi
komisaris independen yang semakin besar dalam perusahaan bukanlah faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan pada perusahaan, sehingga
keberadaan Komite Manajemen Risiko tidak bisa didasari pada proporsi komisaris independen yang besar pada perusahaan.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam, et al. 2009 dan
Diani 2013 yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap keberadaan
Komite Manajemen Risiko.
4.6.2. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam, et al
2009 yang menyatakan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Hal ini berarti membuktikan
bahwa ukuran dewan yang lebih besar akan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mencari anggota dengan keterampilan yang diperlukan
untuk mengkoordinasikan dan menjadi terlibat dalam komite-komite yang dibentuk Dewan Komisaris yang ditujukan untuk manajemen risiko
Subramaniam, et al., 2009. Oleh karena itu, akan lebih mudah bagi Dewan Komisaris membentuk Komite Manajemen Risiko, dan tingkat sumber daya
65
yang ditawarkan oleh ukuran dewan yang besar akan membuat Dewan Komisaris lebih menyukai dibentuknya Komite Manajemen Risiko.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diani 2013 yang menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris tidak berhubungan signifikan terhadap keberadaan Komite Manajemen Risiko.
4.6.3. Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa frekuensi rapat dewan berpengaruh negatif terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Hasill
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni 2012 yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif signifikan antara
frekuensi rapat dewan terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Hal ini berarti dengan frekuensi rapat yang semakin tinggi, tidak berarti Dewan
Komisaris lebih memperhatikan risiko dan manajemen risiko yang akan diterapkan semakin besar. Dengan demikian, semakin sering dewan
menyelenggarakan rapat belum tentu akan mendukung keberadaan Komite Manajemen Risiko.
4.6.4. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Keberadaan Komite