Permukaan ini terdiri dari bagian anterior dan prosterior yang kadang-kadang disebut juga sebagai facies tersendiri. Facies visceralis atau prosteroinferior
menghadap viscera sehingga permukaannya ireguler karena berbatasan dengan gaster, duodenum, oesophagus, flexura coli dextra, rend extra, dan vesica fellea.
Facies visceralis menghadap ke bawah dan ke belakang; mempunyai fissure dan fossa ayng bentuknya seperti huruf ‘H’ dengan garis horizontal berupa porta
hepatis. Porta hepatis adalah hilium dari hepar yang merupakan tempat masuk dan keluar pembuluh darah vena porta dan arteria hepatica, saluran empedu
ductus hepaticus, pembuluh getah bening, dan plexus nervorum Wibowo, Daniel, dan Paryana, Widjaya, 2009.
Fungsi hati : 1. Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu
tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan,
2. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urine,
3. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen, 4. Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati, din=bentuk dalam system
retikuloendetelium, dialirkan ke empedu, 5. Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum,
dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urine, 6. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.
Syaifuddin, 2006.
E. Patologi Hati
Hati merupakan organ yang sering mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan antara lain sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem
gastrointestinal, dan setelah diserap toksikan dibawa oleh vena porta ke hati Lu, 2006. Beberapa kerusakan yang dapat ditemui di hati, antara lain :
1. Nekrosis hati Nekrosis hati adalah kematian hepatosit, dapat bersifat fokal sentral,
pertengahan, perifer atau difus. Nekrosis hati merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis karena hati mempunyai
kapasitas regenerasi yang luar biasa Lu, 2006. 2. Sirosis
Sirosis hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar dan hilangnya sebagaian besar fungsi hepar. Yang terjadi adalah
kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotic sel mast, regenerasi sel dan jaringan parut yang menggantikan sel normal Baradero, Dayrit, Siswadi,
2008. Menurut Lu 2006, sirosis ditandai oleh adanya septa kolagen yang tersebar di sebagian besar hati. Kumpulan hepatosit muncul sebagai nodul
yang dipisahkan oleh lapisan berserat ini. 3. Degenerasi hidropik
Cheville 2006 melaporkan bahwa degenerasi sel dalam bentuk hidropis adalah adanya akumulasi cairan pada sitoplasma sel sehingga tampak
membentuk vakuola. Kadang-kadang vakuola kecil bersatu membentuk vakuola yang lebih besar sehingga inti sel terdesak ke tepi. Secara
mikroskopis terlihat bahwa sel mengandung ruang-ruang jernih yang mengelilingi inti.
4. Steatosis perlemakan hatidegenarasi hati Perlemakan hati ini bersifat reversible dan ditandai dengan penimbunan
trigliserida di hepatosit dan dipercaya terjadi pada hingga 90 pecandu alkohol kronis Corwin, 2009. Hati dikategorikan mengalami perlemakan
bila mengandung berat lipid lebih dari 5 Lu, 2006.
F. Serum Aminotransferase
Serum aminotransferase merupakan enzim intraseluler yang dikeluarkan dari hepatosit yang luka dan sangat berguna sebagai penanda dari jaringan hati
yang luka inflamasi atau nekrosis sel. Serum aminotransferase terdiri dari 2 yaitu :
1. Aspartate aminotransferase AST, SGOT [serum glutamic oxaloacetic transaminase], ditemukan di sitosol dan mitokondria. Terdapat di liver,
tulang otot, jantung, ginjal, otak dan pankreas. 2. Alanin aminotransferase ALT, SGPT [serum glutamic pyruvic
transaminase], ditemukan di sitosol. Konsentrasi tertinggi terdapat di liver lebih sensitif dari AST untuk inflamasi liver dan hepatosit nekrosis
Lawrence and Emmet, 2011. Peningkatan aminotransferase merupakan kelainan biokimia yang
pertama kali terdeteksi pada penderita dengan virus, autoimun, atau induksi obat
hepatitis, tingkat peningkatan mungkin berkorelasi dengan tingkat kerusakan hati, tetapi umumnya bukan dari prognosis yang signifikan Lawrence, et.al., 2011.
G. Sediaan Infusa
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90
C selama 15 menit. Pembuatan infus merupakan sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Dapat
diminum panas atau dingin. Serkai selagi panas melalui kain flanel, lalu menambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume
infus yang dikehendaki BPOM RI, 2010.
H. Keterangan Empiris
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk mendapatkan bukti adanya efek toksisitas subkronis dari infusa daun sirih merah Piper crocatum
Ruiz Pav. terhadap kadar SGPT darah serta gambaran mikroskopis hati tikus jantan dan betina.