dalam sel, sehingga terjadi pembengkakan. Degenerasi hidropik terjadi pada kelompok perlakuan dosis 2,07 gKg BB jantan, kontrol jantan, dan dosis 1,38
gKg BB betina pada hari ke-28, tetapi tidak terdapat pada hari ke-42, sehingga diketahui bahwa degenerasi hiropik yang terjadi sifatnya reversible. Selain itu,
degenerasi hiropik juga terjadi pada kelompok perlakuan dosis 3,105 gKg BB betina pada hari ke-28 dan ke-42, sehingga diketahui bahwa degenerasi hidropik
yang terjadi sifatnya ireversibel. Degenerasi hidropik, merupakan perubahan yang sifatnya reversible jika ditemukan pada kelompok perlakuan dosis 3,105 gKg BB
betina pada hari ke-42 masih terdapat degenerasi hidropik maka dapat disimpulkan bahwa waktu istirahat setelah pemejanan masih belum cukup
sehingga masih terjadi degenerasi lemak. Degenerasi melemak ditandai dengan adanya vakuola-vakuola berbatas
jelas di dalam sitoplasma. Degenerasi melemak terjadi pada kelompok betina dosis 3,105 gKg BB pada hari ke-28, tetapi pada hari ke-42 tidak terdapat
degenerasi melemak. Selain itu, degenerasi melemak juga terdapat pada kelompok kontrol aquadest dosis 15,525 gKg BB betina pada hari ke-42, tetapi tidak
terdapat pada hari ke-28. Sehingga dapat diketahui bahwa degenerasi melemak yang terjadi sifatnya individual dan tidak terpengaruh oleh pemberian infusa daun
sirih merah. Multifokal nekrosis merupakan nekrosis yang terjadi secara
berkelompok, dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri. Nekrosis merupakan kerusakan pada sel hati. Multifokal nekrosis ini hanya terjadi pada kontrol jantan
pada hari ke-28, sehingga dapat disimpulkan bahwa multifokal nekrosis yang
terjadi adalah nekrosis yang bersifat individual dan tidak terpengaruh oleh pemberian infusa daun sirih merah.
Hepatitis, ditemukan adanya infiltrasi limfosit dan sel Kuffer yang bersifat multifokal di parenkim hati. ini dilihat dari adanya sel-sel hepatosit yang
rusak. Hepatitis ini hanya terjadi pada kelompok perlakuan jantan dosis 1,38 gKg BB pada hari ke-42, sehingga dapat diketahui bahwa hepatitis yang terjadi bukan
akibat dari pemberian infusa daun sirih merah. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan hepar sebelumnya selain itu juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor lainnya misalnya faktor stress tikus, pengaruh zat atau penyakit lain, serta faktor internal lain seperti daya tahan tikus.
E. Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian
Infusa Daun Sirih Merah
Pada penelitian penimbangan berat badan tikus percobaan dilakukan setiap hari selama 28 hari, kemudian setiap minggu di rata-rata per kelompok
perlakuan. Tujuannya untuk mengetahui kesehatan hewan uji, karena perubahan berat badan hewan uji merupakan salah satu data pendukung dalam uji toksisitas.
Selain itu, berat badan juga mempengaruhi volume pemberian dari infusa daun sirih merah dan kontrol. Analisis perubahan berat badan tikus jantan dan betina
dilakukan dengan uji General Linear Model dengan metode Multivariate. Hewan uji yang mengalami penurunan dan peningkatan berat badan setelah
terpapar senyawa beracun dapat dikonfirmasi dengan adanya pemeriksaan seperti pemeriksaan bikokimia, pada penelitian ini dilakukan terhadap kadar SGPT darah
tikus jantan dan tikus betina. Hasil penimbangan berat badan tikus disajikan pada Tabel V dan VI.
Tabel V. Purata berat badan ± SE tikus jantan akibat pemberian infusa daun sirih
merah
Kelompok Perlakuan
gkgBB Purata berat badan g ± SE
Hari ke- Hari ke-
7
Hari ke-
14
Hari ke-
21
Hari ke-
28
I IDSM 1,38
151,32 ± 2,71
157,35 ± 2,97
173,755 ± 5,46
194,287 ± 7,00
209,11 ± 7,47
II IDSM 2,07
136,75 ± 3,41
142,36 ± 3,07
164,75 ± 4,53
182,84 ± 6,68
195,68 ± 8,10
III IDSM
3,105 116,51 ±
4,84 130,13 ±
5,62 147,78 ±
5,75 163,46 ±
6,77 177,83 ±
6,56 IV
Aquadest 15,525
148,18 ± 6,28
160,15 ± 4,24
177,49 ± 3,10
188,27 ± 3,90
203,53 ± 3,45
Keterangan : SE = Standar Error of Mean
IDSM = Infusa Daun Sirih Merah
Gambar 6. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun sirih merah
Keterangan : Dosis 1 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 1.38 gKg BB
Dosis 2 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 2,07 gKg BB Dosis 3 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 3,105 gKg BB
Kontrol = kontrol aquadest 15,525 gKg BB
0.00 50.00
100.00 150.00
200.00 250.00
7 14
21 28
B e
ra t B
a d
a n
g
Hari
Kontrol Dosis 1
Dosis 2 Dosis 3
Tabel VI. Purata berat badan ± SE tikus betina akibat pemberian infusa daun sirih
merah Kelompok
Perlakuan
gkgBB Purata berat badan g ± SE
Hari ke-
Hari ke-7
Hari ke-
14
Hari ke-
21
Hari ke-
28
I IDSM 1,38
134,48 ± 4,23
139,57 ± 3,00
149,27 ± 3,88
156,77 ± 6,93
169,25 ± 6,44
II IDSM 2,07
141,71 ± 6,07
144,58± 5,19
151,15 ± 7,90
161,30 ± 5,9
164,27 ± 2,33
III IDSM
3,105 136,77 ±
7,95 141,91 ±
9,48 151,37 ±
11,51 159,77 ±
13,49 170,08 ±
13,25 IV
Aquadest 15,525
119,16 ± 2,20
121,82 ± 2,73
130,83 ± 3,17
141,31 ± 4,29
154,16 ± 5,32
Keterangan : SE = Standar Error of Mean
IDS = Infusa Daun Sirih Merah
Gambar 7. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa daun sirih merah
Keterangan : Dosis 1 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 1.38 gKg BB
Dosis 2 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 2,07 gKg BB Dosis 3 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 3,105 gKg BB
Kontrol = kontrol aquadest 15,525 gKg BB
Dari tabel V dan VI menunjukkan purata berat badan tiap kelompok ± SE, yaitu apabila purata berat badan dikurangi atau ditambah dengan SE maka
0.00 50.00
100.00 150.00
200.00 250.00
7 14
21 28
B e
ra t B
a d
a n
g
Hari
Kontrol Dosis 1
Dosis 2 Dosis 3
nilai ini akan menggambarkan rentang nilai berat badan tikus paling ringan sampai berat badan tikus yang paling tinggi. Hasil analisis dengan uji General
Linear Model metode Multivariate terhadap tikus jantan menunjukkan hasil yang berbeda bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol aquadest
p0,05, sedangkan pada tikus betina menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol aquadest p0,05. Pada
gambar 6 dan gambar 7, dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan berat badan hewan uji selama percobaan.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa infusa daun sirih merah mempengaruhi berat badan tikus jantan tetapi ini hanya karena proses
pertumbuhan dari tikus jantan. Sedangkan, pada tikus betina pemberian infusa daun sirih merah tidak mempengaruhi berat badan tikus betina, peningkatan berat
badan yang terjadi akibat dari pertumbuhan tikus sendiri.
F. Asupan Pakan Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun
Sirih Merah
Asupan pakan tikus juga merupakan salah satu data pendukung dalam uji toksisitas. Pengukuran asupan pakan ini dilakukan setiap hari dan dirata-rata
untuk masing-masing kelompok perlakuan. Pola makan dapat mempengaruhi perubahan berat badan tikus jantan dan betina. Apabila terjadi perbedaan
bermakna pada perubahan berat badan tikus maka kemungkinan hal tersebut disebabkan adanya efek dari pemberian infusa daun sirih merah atau pola makan
tikus. Data asupan pakan tikus jantan dan betina tidak dianalisis menggunakan uji statistik karena bertujuan untuk melihat profil pola makan tikus jantan dan betina.
Hasil pengukuran asupan pakan tikus jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Grafik asupan pakan tikus jantan selama pemberian infusa daun sirih merah
Keterangan : Dosis 1 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 1.38 gKg BB
Dosis 2 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 2,07 gKg BB Dosis 3 = kelompok pemberian infusa daun sirih merah 3,105 gKg BB
Kontrol = kontrol aquadest 15,525 gKg BB
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 M
a k
a n
g
Hari
Kontrol Dosis 1
Dosis 2 Dosis 3