Implikasi Common Law System Terhadap Sistem Hukum di Indonesia

235 hukum nasional yang berkembang sejak kemerdekaan, selalu mengarah pada sistem kodefikasi sebagaiman dianut dan merupakan karakter utama dalam sistem civil law. Hal ini merupakan suatu kondisi kelemahan hukum tertulis, yang selalu tidak bisa membuat rumusan hukum yang sempurna, yang sesuai dengan nilai kehidupan masyarakat yang dinamik, apalagi dalam masyarakat Indonesia yang susunan masyarakatnya bersipat heterogen. Adapun nilai-nilai moral dan etika serta kepentingan masyarakat, dalam kenyataan-kenyataan sosial di tengah-tengah masyarakat, hanya sebagai pendorong untuk terbentuknya hukum yang baru melalui perubahan, koreksi serta pembentukan peraturan perundang-undangan yang baru yang akan diberlakukan sebagai hukum positif. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa hukum adat dengan bentuknya yang pada umumnya tidak tertulis, yang sifatnya religius magis, kontan dan konkrit, sebagai hukum asli Indonesia semakin tergeser keberadaannya, eksistensi hukum adat ini sebagai hukum yang hidup di tengah-tengah masyarakat, pelan-pelan mulai ditinggalkan dan digantikan oleh paham positivis dari konsep hukum civil law, dan dalam pelaksanaannya juga dipengaruhi oleh konsep common law system. 260

B. Implikasi Common Law System Terhadap Sistem Hukum di Indonesia

260 Menurut Steven Vago, Law is not based on act of parliament, but on case law, yaitu melalui putusan hakim judge made law. Lihat Steven Vago, “Law and Society”, Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs New Jersey, 1994, hal. 10-11. Universitas Sumatera Utara 236 Common Law System 261 berkembang di sebagian besar Inggris sebagai hasil dari kegiatan pengadilan di daerah-daerah Inggris, sehingga hukum yang terbentuk bukan merupakan undang-undang hasil parlemen akan tetapi berdasarkan kasus law is not based on act of parliament, but on case law yang ditangani hakim dalam memutuskan suatu kasus hukum judge made law. Melalui putusan-utusan hakim inilah diwujudkan kepastian hukum, sehingga prinsip-prinsip dan kaedah hukum terbentuk menjadi kaidah yang mengikat umum. 262 Selain putusan-putusan hakim, common law system juga mengakui kebiasaan, peraturan tertulis, undang-undang dan peraturan administrasi negara. 263 Dalam sejarah hukum Inggris, lahirnya Common Law System ini dimulai sejak kedatangan William The Conqueror dari Normandia yang mendarat di Inggris Hanya saja semua itu tidak tersusun dalam bentuk yang sistematik dan hirarkis seperti halnya sistem hukum Eropa Kontinental Civil Law System yang menekankan pentingnya kodifikasi. 261 Sebagaimana sistem Civil Law, Sistem Common Law juga mempunyai tiga karakteristik, yaitu: Yurisprudensi dipandang sebagai sumber hukum yang terutama, dianutnya doktrin stare decisis dan adanya adversary system dalam proses peradilan. Ketiga hal tersebut merupakan pembeda antara sistem Common Law dengan sistem Civil Law. Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., hal. 294. 262 Common Law System yang dikembangkan dalam keputusan-keputusan hakim ini mempunyai kedudukan yang sangat kuat, karena di Inggris berlaku asas stare decisis atau asas the binding force of precedents. Asas ini mewajibkan hakim untuk mengikuti keputusan hakim yang ada sebelumnya. Oleh karena itu, pada asasnya kekuatan mengikat ini berlaku bagi keputusan pengadilan yang lebih tinggi, namun dapat juga berlaku untuk keputusan pengadilan yang setingkat, asal tidak ada preseden yang saling bertentangan dan preseden itu tidak terjadi secara per incuriam, artinya tidak terjadi karena kekeliruan dalam hukum. Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 23. 263 Sama seperti sistem civil law, sistem hukum Inggris dilahirkan melalui rentetan peristiwa bersejarah, serangkaian sumber hukum, ideologi, doktrin, institusi yang berbeda dan moda pemikiran hukum yang berbeda yang secara kolektif membentuk tradisi common law Inggris. Lihat Peter de Cruz, Perbandingan Sistem Hukum Common Law, Civil Law dan Socialist Law, Jakarta: Nusa Media, 2010, hal. 141. Universitas Sumatera Utara 237 pada tahun 1066 dan berhasil menempatkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Inggris. Pada saat itu, kehidupan masyarakatnya hanya berdasarkan hukum yang beraneka ragam yang disebut Anglo Saxon yaitu campuran antara hukum Germania dan Skandinavia. Oleh karena itu, penaklukan William telah mewarnai sejarah hukum yang sangat berarti bagi Inggris, sebab kondisi tersebut telah mengakhiri periode hukum adat dan mulai terbentuknya sistem feodalisme dan sistem hukum yang akan diberlakukan di seluruh wilayah Inggris. Pembentukan sistem hukum tersebut dimulai dengan unifikasi hukum di bidang administrasi dan hukum kekayaan yang mengakibatkan terjadinya pemerintahan yang bersifat terpusat atau sentralisasi dan tanah di seluruh Inggris menjadi milik raja dan raja-raja muda. Selain itu, Common Law System adalah sistem hukum yang juga dipakai di banyak negara seperti Irlandia, Amerika Serikat dan negara-negara bekas koloninya. 264 Sedangkan karakteristik dari sistem common law, sebagaimana sistem civil law, sistem common law juga mempunyai tiga karakteristik, yaitu: 265 264 Pada awalnya, penerimaan terhadap hukum Inggris adalah sebagai akibat dari kolonialisasi Inggris, misi perdagangan dan dominansi Kerajaan Inggris selama periode-periode penting dalam sejarah dunia. Akan tetapi, beberapa bekas koloni jauh setelah era pasca kolonial mereka, dan setelah tahap perkembangan nasionalis mereka masih terus menggunakan pendekatan common law dan filsafat hukum Inggris dalam sistem hukum mereka. Lihat Frans Maramis, Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994, hal. 34. 265 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., hal. 294. yurisprudensi dipandang sebagai sumber hukum yang utama, dianutnya doktrin Universitas Sumatera Utara 238 stare decisis, 266 dan adanya adversary system 267 Meskipun demikian tidak berarti, bahwa yurisprudensi tidak mempunyai arti dalam sistem civil law. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri, bahwa suatu landmark decision dalam proses peradilan. Ketiga hal tersebut merupakan pembeda antara sistem common law dengan sistem civil law. 268 Selain itu, sistem hukum common law ini lebih menonjolkan nilai-nilai keadilan, ketimbang nilai kepastian hukum. Sistem ini tidak mengenal kodifikasi seperti sistem civil law, pedoman hukum sistem ini bertumpu pada keputusan- badan peradilan tertinggi dalam sistem civil law masih dapat bertahan dan menjadi acuan bagi pengadilan yang mengadili lama setelah landmark decision itu dibuat, sehingga seolah-olah menjadi ketentuan yang sederajat dengan undang-undang. Sebagai contoh Hoge Raad Arrest pada 1919 tentang onrechtmatige daad perbuatan melanggar hukum hingga saat ini masih bertahan dan seakan-akan sudah menjadi undang-undang. Namun demikian, dalam sistem civil law tidak ada keharusan untuk mengikuti putusan hakim terdahulu. Sebaliknya, proses peradilan dalam sistem common law juga mengenal adanya sistem inkuisitorial sebagaimana yang berlaku dalam sistem civil law. Hanya saja lazimnya terutama di Amerika Serikat adversary system lebih diutamakan. 266 Doktrin stare decisis atau selengkapnya stare decisis et quieta non movere, yang berarti putusan tetap dan tidak diganggu gugat. 267 Adversary sistem adalah salah satu sistem hukum dalam common law sistem. Dimana dalam sistem ini kedua belah pihak yang bersengketa yang masing-masing menggunakan lawyer-nya berhadapan di depan seorang hakim. Selanjutnya masing-masing pihak menyusun strategi sedemikian rupa dan mengemukakan sebanyak-banyak alat bukti di pengadilan untuk meyakinkan hakim. 268 Landmark decision artinya adalah suatu putusan yang berisi konstruksi hukum baru sesuai dengan situasi yang ada dan yang berbeda dari putusan-putusan pengadilan sebelumnya untuk kasus serupa. Putusan semacam itu menjadi acuan bagi pengadilan berikutnya dalam perkara yang serupa. Universitas Sumatera Utara 239 keputusan hakim terdahulu, hal ini membuat sistem hukum common law menjadi sangat kaya dan responsif dengan setiap permasalahan hukum yang ada, karena banyaknya keputusan hakim terdahulu yang terbukukan. Ini berbeda dengan sistem hukum civil law, yang harus mencari rujukannya pada hukum yang sudah terkodifikasi dan harus mencari interpretasi hukumnya terlebih dahulu. Pada pelaksanaannya proses persidangan tidak hanya mengambil hakim dari aparat penegak hukum, namun juga mengambil beberapa hakim dari masyarakat umum seperti, pekerja, pedagang, olahragawan, akademisi dan lain-lain secara acak. Cara seperti ini membuat setiap orang merasa mendapat perlakuan yang sama, karena dalam pelaksanaannya tidak hanya aspek hukumnya saja yang dipedomani, akan tertapi aspek-aspek moral juga turut dipertimbangkan. Sistem hukum common law merupakan suatu sitem hukum yang didasarkan pada yurispudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem ini cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat. Pembentukan hukum melalui lembaga peradilan dengan sistem jurisprudensi, dianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan dengan rasa keadilan dan kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata. Sumber hukum dalam sistem hukum common law ialah putusan hakim. Dalam sistem hukum ini peranan yang diberikan kepada seorang hakim sangat luas. Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja, akan tetapi hakim juga berperan besar dalam Universitas Sumatera Utara 240 membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat, hakim mempunyai wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku. Selain itu, hakim juga bisa menciptakan hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk menyelesaikan perkara sejenis. Sistem hukum ini menganut doktrin yang dikenal dengan nama ”the doctrine of precedent”. Doktrin ini pada intinya menyatakan bahwa dalam memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus mendasarkan putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada, dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya. Dalam perkembangannya, sistem hukum common law mengenal pembagian hukum publik dan hukum privat. Hukum privat dalam sistem hukum common law lebih ditujukan pada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik, hukum tentang orang, hukum perjanjian dan tentang perbuatan melawan hukum. Sedangkan hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa, serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara. Sistem hukum ini mengandung kelebihan dan kekurangan, kelebihannya memiliki sifat yang fleksibel dan sanggup menyesuaikan dengan perkembangan zaman, karena hukum- hukum yang diberlakukan adalah hukum tidak tertulis common law. Kelemahannya, unsur kepastian hukum kurang terjamin dengan baik, karena dasar hukum untuk menyelesaikan perkara diambil dari hukum kebiasaan masyarakat atau hukum adat yang tidak tertulis. Universitas Sumatera Utara 241 Berbeda dengan sistem hukum civil law yang sekarang dipakai oleh Indonesia di mana yang ditonjolkan adalah kepastian hukum. 269 Bila kepastian hukum telah dicapai maka kasus selesai, walaupun mungkin oleh beberapa orang dinilai tidak adil, namun tidak bisa dipungkiri, sistem ini memiliki aspek-aspek positif yang perlu dijaga serta telah membentuk karakter kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, untuk menjaga kepastian hukum, maka peran pemerintah sangat penting. Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan pelaksanaan yang tidak diatur oleh undang-undang atau bertentangan dengan undang-undang. 270 Apabila hal tersebut terjadi, maka Mahkamah Agung 271 ataupun Mahkamah Konstitusi 272 harus menyatakan bahwa peraturan demikian batal demi hukum. 273 269 Berdasarkan Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 hasil Amandemen Kedua telah menentukan, bahwa: Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 270 Berdasarkan Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan telah menentukan, bahwa: Materi muatan Peraturan Perundang-Undangan harus mencerminkan beberapa asas antara lain: pengayoman, kemanusiaan, keadilan, ketertiban dan kepastian hukum. 271 Lihat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung. 272 Lihat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi jo Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. 273 Berdasarkan Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan juga telah menentukan, bahwa: Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan tersebut. Sehingga berdasarkan penjelasan Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tersebut menentukan, bahwa: Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “hierarki” adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-Undangan yang didasarkan pada asas, bahwa Peraturan Perundang-Undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi. Artinya, jika ada Peraturan Perundang- Undangan yang lebih rendah bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi, maka Peraturan Perundang-Undangan yang lebih rendah tersebut BATAL DEMI HUKUM. Artinya dianggap Universitas Sumatera Utara 242 tidak pernah ada, sehingga akibat yang terjadi karena adanya peraturan itu harus dipulihkan seperti sediakala. Akan tetapi, apabila pemerintah tetap tidak mau mencabut aturan yang telah dinyatakan batal itu, maka hal tersebut akan berubah menjadi masalah politik antara pemerintah dengan pembentuk undang-undang. Yang lebih parah lagi adalah apabila lembaga perwakilan rakyat sebagai pembentuk undang-undang tidak mempersoalkan keengganan pemerintah untuk mencabut aturan yang telah dinyatakan batal oleh Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi tersebut. Sudah barang tentu hal semacam itu tidak memberikan kepastian hukum dan akibatnya hukum tidak mempunyai daya prediktibilitas. Hanya saja menghadapi era globalisasi sekarang ini, kekakuan dalam soal sistem hukum memang sudah bukan eranya lagi. Indonesia harus belajar banyak dari negara-negara yang menerapkan sistem hukum common law. Pergeseran sistem hukum ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra serta konsekwensi logis yang menyertainya. Masalah yang mungkin timbul adalah anggapan bahwa hakim dari masyarakat umum tidak kompeten dan tidak mengerti aturan hukum, akan tetapi, justru karena pemilihan hakim dari masyarakat umum secara acak itulah, membuat hakim tersebut bebas dari kepentingan dan lebih menggunakan hati nurani, rasa keadilan, moral dan nilai yang berlaku di masyarakat, sebagai salah satu dasar penegakan hukum selain dari hukum tertulis. Disadari sepenuhnya, perubahan sistem yang telah lama dipakai di Indonesia tidak bisa hanya dilakukan oleh satu atau dua orang, harus ada kerjasama dan dukungan dari seluruh pihak, baik dari aparat penegak hukum dan masyarakat. Dengan sistem Universitas Sumatera Utara 243 common law ini diharapkan akan tercapainya peradilan hukum yang memenuhi rasa keadilan, tidak pilih kasih, dan sesuai dengan pembukaan UUD 1945 serta nilai yang termaktub dalam sila-sila Pancasila. Masuknya pengaruh hukum asing yang bersumber dari tradisi common law, 274 Dianutnya sistem hukum campuran oleh negara Indonesia, yang secara umum berkarakter asli tradisi civil law, untuk kemudian diperkaya dengan prinsip-prinsip common law, hukum Islam, dan hukum adat sejalan dengan pandangan Soetandyo Wignjosoebroto banyak bersentuhan dengan ketentuan-ketentuan hukum ekonomi, seperti yang dimuat dalam ketentuan-ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah banyak mengadopsi ketentuan-ketentuan hukum common law. Contohnya UU Perlindungan Konsumen telah mengadopsi lembaga hukum yang bersumber dari tradisi common law tersebut. Begitu juga dengan Undang-Undang lainnya seperti UU Kepailitan, UU Antimonopoli, juga sejumlah undang-undang di bidang hak atas kekayaan intelektual. 275 274 Sistem hukum ini berhasil dicangkokkan dari Inggris ke berbagai negara di seluruh dunia yang secara kultural, juga secara geografis dan linguistik berbeda dengan Inggris. Sistem hukum tersebut, seperti di Australia, Asia Tenggara, India dan Hongkong kemudian diformulasikan dan dijadikan bagian dari sistem hukum yang berlaku saat itu pada yurisdiksi tertentu. Luar biasanya, sumber-sumber hukum, institusi dan hukum Inggris yang unik tersebut dapat berdiri bersama dengan budaya, agama dan hukum adat asli dari tempat-tempat tersebut dan seringkali muncul sistem dualistik. 275 Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional, Dinamika Sosial Politik dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, hal. 28. yang menyatakan, bahwa adopsi unsur-unsur hukum asing dari hukum adat, hukum Amerika atau hukum Inggris tentu saja mungkin, akan tetapi konfigurasi atau pola sistemikanya yang Eropa itu tidaklah mungkin dibongkar Universitas Sumatera Utara 244 sama sekali. Hal ini dapat dimengerti karena sistem Eropa Kontinental civil law, telah tersosialisasi secara sitematis dan telah terinternalisasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia selama ratusan tahun. Sistem hukum nasional Indonesia seperti dikenal saat ini memang sudah sejak lama bersumber dari berbagai sub sistem hukum, yaitu sistem barat, sistem hukum adat, dan sistem hukum Islam, ditambah dengan praktek-praktek yang dipengaruhi oleh berbagai perkembangan hukum nasional sejak kemerdekaan dan perkembangan-perkembangan yang diakibatkan oleh pengaruh pergaulan bangsa Indonesia dengan tradisi hukum dari dunia internasional. Kondisi sistem hukum campuran yang dianut dan dipratekkan di Indonesia tidak terlepas dari pengakuan dan penghormatan UUD 1945 terhadap pluralisme hukum yang telah lama hidup dalam masyarakat. 276 Di Indonesia terdapat bermacam-macam suku, ras, agama, kebudayaan, hukum dan lain-lain, namun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan Kata plural dalam konteks ini adalah suatu ungkapan yang menunjukan kepada sesuatu yang banyak, atau adanya keanekaragamaan dan perbedaan. Keanekaragaman adakalanya mengacu pada adanya perbedaan latar belakang masyarakat dari segi suku bangsa, budaya, maupun agama yang dianut dalam suatu bangsa dan lain sebagainya. 276 Sifat pluralisme tercermin dari ketentuan Pasal 18B ayat 1 UUD 1945 menyatakan: “Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang”. Dalam ayat 2 dinyatakan: “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”. Universitas Sumatera Utara 245 yaitu bangsa Indonesia. 277 Keanekaragaman tetapi satu bangsa tersebut menjelma pada semboyan negara yang terkenal yaitu, “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya bermacam-macam tapi satu jua. 278 Dengan kondisi yang berbeda-beda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain maka sangatlah sulit jika hanya menerapkan satu sistem hukum. Oleh karena itu, terlepas dari pro dan kontra, upaya-upaya pengakuan pluralisme hukum 279 Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, common law system adalah sutau sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim yang terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum ini, sebenarnya penerapanya lebih mudah terutama pada masyarakat di negara-negara berkembang, karena metoda dan cara-cara penerapannya mengikuti perkembangan zaman. Pendapat para ahli dan praktisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim dalam memutuskan perkara. Di di Indonesia tetap harus terus diakui dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia. 277 Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 telah menentukan, bahwa: Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 278 Berdasarkan konsideran Menimbang huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis telah menentukan secara tegas dan limitatif, bahwa: Umat manusia berkedudukan sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dan umat manusia dilahirkan dengan martabat dan hak-hak yang sama tanpa perbedaan apa pun, baik ras maupun etnis. 279 Pluralisme hukum adalah memberlakukan bermacam-macam lebih dari satu hukum tertentu kepada semua rakyat negara tertentu. Lawan katanya unifikasi hukum yang artinya adalah memberlakukan satu macam hukum tertentu kepada semua rakyat di negara tertentu. Jika suatu hukum dinyatakan berlaku secara unifikasi, berarti di negara itu hanya berlaku satu macam hukum tertentu, dan tidak berlaku bermacam- macam hukum. Universitas Sumatera Utara 246 negara-negara yang menganut common law system, hukum kebiasaan yang di kembangkan melalui keputusan pengadilan, telah berlangsung sejak lama dan tidak dipengarui oleh adanya perbedaan antara hukum piblik dan hukum privat. Akan tetapi perlu juga dikemukakan disini, bahwa dalam menjatuhkan putusan, hakim tidak hanya mengemukakan pertimbangan-pertimbangan hukum, melainkan juga pertimbangan-pertimbangan lainnya yang tidak mempunyai relevansi dengan fakta yang dihadapi. Pertimbangan-pertimbangan demikian dalam ilmu hukum disebut sebagai obiter dicta. 280

C. Implikasi Hukum Adat Terhadap Sistem Hukum di Indonesia