dengan pelarut etil asetat dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini bertujuan agar phlorotannin dapat diekstraksi dengan sempurna.
Proses pengelompokkan komponen campuran dari bahan alam dalam ekstrak berdasarkan kesamaan karakter fitokimia disebut fraksinasi Houghton,
2002. Pengelompokkan untuk mendapatkan fraksi etil asetat adalah kelarutan berdasarkan polaritas.
D. Prinsip Reaksi Kolorimetri dengan Metode Folin-Ciocalteau
Penetapan kadar polifenol crude phlorotannin setelah difraksinasi dilakukan secara kolorimetri dengan menggunakan pereaksi reagen Folin-
Ciocalteau. Pereaksi Folin-Ciocalteau berupa larutan asam berwarna kuning yang mengandung kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam heteropoli
Singleton dan Rossi, 1965. Reagen Folin-Ciocalteau yang digunakan adalah dengan pengenceran 1:1
Anonim, 1994, karena pengenceran reagen Folin-Ciocalteau dengan perbandingan hingga 1:12 tidak memberikan perbedaan yang berarti Singleton
dan Rossi, 1965. Prinsip reaksi sampel fenolik dengan pereaksi Folin-Ciocalteau melibatkan
reaksi ion fenolat dengan kompleks ion polimerik dari asam fosfomolibdat- fosfotungstat. Fenol akan menjadi fenolat dan lebih reaktif dalam suasana basa.
Oleh karena itu dalam metode Folin-Ciocalteau ini ditambahkan natrium karbonat Na
2
CO
3
1,9 M agar fenol sampel lebih mudah bereaksi dengan pereaksi Folin- Ciocalteau gambar 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OH
OH HO
Na
2
CO
3
O
OH HO
phloroglucinol
3,5-Dihydroxy-phenol anion
Gambar 8. Kesetimbangan reaksi phloroglucinol dalam suasana basa
Fenol teroksidasi dengan cepat hanya dalam keadaan yang cukup basa agar dapat memberikan jumlah ion fenolat yang cukup. Sebagian fenol akan
terionisasi pada pH 9-10. Ketika fenol yang sudah terionisasi bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteau, maka kesetimbangan akan bergeser dan akan dihasilkan
lebih banyak fenolat Singleton dan Rossi, 1965.
OH
OH HO
H
2
O
O
OH O
HO
4H
+
+ 4e
+ +
oksidator
Gambar 9. Reaksi oksidasi fenol menjadi ion fenolat
Ion fenolat dioksidasi oleh asam dalam pereaksi Folin-Ciocalteau dan kompleks molibdenum-tungstat akan direduksi oleh sampel sehingga
menghasilkan warna biru molybdenum-blue. Reaksi ini tertera pada gambar 10.
OH
OH HO
+
H
3
PO
4
MoO
3 12
+
H
2
O
O
O OH
HO
H
7
PMo
12
O
40 +
Pereaksi Folin-Ciocalteau Kompleks oktahedral
molybdenum-blue 2,6-Dihydroxy-1,4benzokuinon
Gambar 10. Reaksi senyawa fenolik dengan Folin-Ciocalteau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Folin-Ciocalteau memiliki bilangan oksidasi 2 dan 4, dengan uraian :
H
3
PO
4
MoO
3 12
+ 2e
-
+ 2H
+
H
5
PMo
12
O
40
2 H
3
PO
4
MoO
3 12
+ 4e
-
+ 4H
+
H
7
PMo
12
O
40
3
Hasil dari reaksi yang terjadi adalah kompleks oktahedral molybdenum- blue dan suatu kuinon. Kompleks oktahedral yang terbentuk merupakan kompleks
MoO
3
-fosfat dengan fosfor P sebagai pusatnya. Menurut Auterhoff dan Knabe 1978, kompleks molybdenum-blue yang
terbentuk berupa koloid. Asam fosfat H
3
PO
4
pada reagen Folin-Ciocalteau akan menyebabkan terbentuknya kompleks asam fofomolibdat yang berbentuk cairan
non-koloidal sehingga dapat dianalisis menggunakan spektrofotometer. Kondisi optimum agar reaksi dapat berjalan cukup cepat dan memberikan
warna yang bertahan cukup lama yaitu adanya reagen Folin-Ciocalteau dalam jumlah banyak dan suasana basa yang sedang Singleton dan Rossi, 1965.
E. Optimasi Kolorimetri dengan Metode Folin-Ciocalteau