Isolasi Crude Phlorotannin dari Sargassum polycystum Agardh
Penambahan FeCl
3
menyebabkan perubahan warna menjadi coklat pekat akibat terbentuknya kompleks berwarna violet-biru yang menandakan adanya
senyawa polifenol Robinson, 1995.
C. Isolasi Crude Phlorotannin dari Sargassum polycystum C. Agardh
Sebelum dilakukan isolasi crude phlorotannin maka dilakukan penyarian dengan cara sohxletasi. Dipilih penyarian dengan cara sohxletasi karena terjadi
sirkulasi berulang-ulang sehingga menghasilkan penyarian yang lebih baik Anonim, 1986. Pelarut pada metode soxhletasi tidak akan mengalami titik jenuh
seperti pada metode maserasi, karena pelarut diuapkan dan akan menarik kembali senyawa aktif dari seruk simplisia sehingga penyarian lebih maksimal.
Phlorotannin bersifat relatif polar oleh karena itu dalam penyarian digunakan pelarut metanol yang juga relatif polar. Phloroglucinol yang digunakan
sebagai standar merupakan monomer dari phlorotannin. Phloroglucinol memiliki titik lebur 200-219
C Anonim, 2001. Soxhletasi dilakukan pada suhu yang lebih rendah daripada titik lebur phloroglucinol yaitu 120
C±20 C. Ekstrak metanol
yang diperoleh dari hasil soxhletasi dipekatkan sampai kurang lebih 110 dari volume mula-mula sehingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian ekstrak kental
tersebut difraksinasi. Ekstraksi untuk mendapatkan fraksi dilakukan dengan cara ekstraksi
cair-cair bertahap. Senyawa dipisahkan setelah kesetimbangan tercapai. Sebelum dilakukan ekstraksi, volume ekstrak hasil isolasi disamakan dengan menambahkan
metanol hingga volume yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tahap awal ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut air dan kloroform. Metanol-air akan berada pada lapisan atas karena memiliki berat jenis
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pelarut kloroform. Phlorotannin akan tertarik ke dalam pelarut air, sedangkan lipid akan tertarik ke dalam kloroform
Padda, 2006. Senyawa dalam Sargassum polycystum C. Agardh yang tertarik ke dalam kloroform antara lain alginat, iodin, steroid, triterpenoid, dan phlorotannin
yang memiliki berat molekul yang tinggi. Ekstraksi tahap selanjutnya menggunakan pelarut etil asetat. Etil asetat
akan berada di lapisan atas karena memiliki berat jenis yang lebih kecil dibandingkan metanol-air. Phlorotannin yang meliputi phloroglucinol,
phlorofucofuroeckol, dieckol, 8,8’-bieckol, dan phlorotannin golongan tetramer akan tertarik ke dalam fraksi etil asetat. Phlorotannin ini termasuk ke dalam
phlorotannin dengan berat molekul yang rendah. Senyawa yang lebih polar dibandingkan phlorotannin seperti vitamin C akan tertarik ke dalam fraksi
metanol-air. Phlorotannin didapatkan dengan menguapkan fraksi etil asetat di atas
waterbath dengan suhu 50 C. Phlorotannin dalam fraksi etil asetat bersifat sangat
higroskopis. Oleh karena itu disimpan di dalam oven agar tidak mudah rusak oleh adanya lembab.
Hasil dari ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang paling baik diperoleh jika jumlah ekstraksi dilakukan
berulangkali dengan jumlah pelarut sedikit Khopkar, 1990. Proses ekstraksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan pelarut etil asetat dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini bertujuan agar phlorotannin dapat diekstraksi dengan sempurna.
Proses pengelompokkan komponen campuran dari bahan alam dalam ekstrak berdasarkan kesamaan karakter fitokimia disebut fraksinasi Houghton,
2002. Pengelompokkan untuk mendapatkan fraksi etil asetat adalah kelarutan berdasarkan polaritas.