BAB IV PEMBAHASAN
A. Preparasi Sampel Alga Coklat
Sargassum polycystum C. Agardh
Simplisia alga coklat diambil dari Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta pada tanggal 21 Maret 2007. Alga coklat diambil pada daerah pantai beach area.
Kondisi lingkungan pada saat pengambilan sampel adalah air laut dalam keadaan surut pada pukul 16.00-17.00 WIB, musim penghujan dan suhu air laut 27
C. Identifikasi alga coklat dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Dari hasil identifikasi diketahui alga coklat yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam genus Sargassum
dan spesies Sargassum polycystum C. Agardh lampiran 1. Daerah pantai tempat diambilnya sampel alga coklat bersubstrat karang
Secara ekologis, alga coklat berperan dalam pembentukan ekosistem terumbu karang dan tempat hidup biota laut antara lain sebagai tempat untuk meletakkan
benih ikan dan udang. Pengotor yang ada pada alga coklat dapat mempengaruhi reaksi yang
terjadi dalam penentuan kadar phlorotannin. Pasir pada habitat alga coklat mengandung silikat dan kalsium. Menurut Auterhoff dan van Joacim Knabe
1978, silikat dapat membentuk kompleks molibdat H
6
[SiMo
12
O
40
].n H
2
O dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, sehingga bila tidak dihilangkan akan
mengganggu analisis sampel. Sedangkan kalsium dalam suasana basa dapat mengakibatkan terbentuknya endapan berupa kalsium fosfat Ca
3
PO
4 2
setelah
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bereaksi dengan reagen Folin Kahn, 1916. Endapan yang terbentuk dapat mengganggu proses analisis.
Pencucian sampel alga coklat dilakukan dengan air mengalir untuk menghilangkan pasir. Pencucian dilanjutkan dengan pembersihan biota laut lain
yang menempel pada alga coklat dengan menggunakan tangan karena tidak dapat hilang hanya dengan pencucian menggunakan air.
Pemanasan sampel alga coklat dalam autoklaf bertujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase. Enzim ini mengkatalisis proses oksidasi
regioselektif monofenol menjadi o-difenol yang d iikuti dengan reaksi dehidrogenasi menjadi o-kuinon gambar 5.
O O
OH OH
OH
O O
o-kuinon
Enzim PPO Enzim PPO
Gambar 5. Oksidasi fenol oleh Polifenol oksidase Sullivan et.al, 2003
Proses polimerisasi yang terjadi mengakibatkan polifenol memiliki rantai yang panjang. Polifenol dengan rantai yang terlalu panjang tidak memiliki
kemampuan sebagai daya antioksidan dan memberikan serapan pada daerah visibel sehingga tidak dapat dikembangkan sebagai produk sunscreen.
Menurut Yagar dan Sagiroglu 2002, aktivitas polifenol oksidase akan hilang sebesar 20 pada suhu 65
C dan akan hilang sebesar 65 dengan pemanasan pada suhu 70
C selama 30 menit. Pada suhu di atas 60 C, semakin
tinggi suhu maka enzim ini akan semakin kurang reaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Senyawa-senyawa yang tidak diketahui dalam bahan organik asing dapat turut mereduksi kompleks asam dalam pereaksi Folin-Ciocalteau, sehingga akan
berpengaruh terhadap warna larutan sampel yang dihasilkan membentuk warna biru-hijau.
Alga harus segera dikeringkan dan diekstraksi untuk menghindari proses degradasi karena kandungan kimia yang terdapat di dalam organisme dapat
dengan cepat terdegradasi oleh karena proses oksidasi, enzimatik, atau polimerisasi Cannel, 1998. Alga coklat dikeringkan dengan oven pada suhu
90 C untuk mencegah tumbuhnya jamur dan mikrobia.
Proses dilanjutkan dengan pembuatan serbuk dari simplisia alga menggunakan blender agar mempermudah proses isolasi. Isolasi senyawa aktif
dari simplisia dalam bentuk serbuk lebih mudah karena memiliki luas permukaan yang lebih besar bila dibandingkan dengan simplisia kering. Proses pengeringan
dengan oven membantu proses pembuatan serbuk simplisia karena simplisia sudah dalam keadaan kering. Serbuk simplisia kemudian diayak agar memiliki derajat
halus 2030. Serbuk diayak dengan derajat kehalusan serbuk 2030 untuk mendpatkan
serbuk yang lebih homogen dan ukuran partikel tidak terlalu besar atau kecil karena termasuk dalam ukuran seruk agak kasar Anonim, 1979. Partikel serbuk
dengan ukuran tidak terlalu besar dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi serbuk simplisia karena semakin besar luas permukaan serbuk yang kontak dengan cairan
penyari. Partikel serbuk dengan ukuran yang terlalu kecil dapat menyumbat pori- pori kertas filter yang digunakan dalam soxhletasi sehingga menghambat proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ekstraksi. Serbuk yang sangat halus menyebabkan cairan pengekstraksi akan sulit dipisahkan dari sisa yang tertinggal setelah proses ekstraksi selesai.
Kadar air dari serbuk simplisia kemudian diukur menggunakan metode Karl Fischer. Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Karl Fischer karena
Sargassum polycystum C. Agardh mengandung senyawa triterpenoid yang merupakan turunan terpenoid dan termasuk dalam golongan minyak atsiri.
Golongan minyak atsiri mudah menguap sehingga penetapan kadar air tidak dilakukan menggunakan metode Gravimetri yang memerlukan pemanasan.
Senyawa yang mudah menguap dapat mempengaruhi perhitungan kadar air pada metode Gravimetri.
Metode Karl Fischer menggunakan pereaksi berupa iodin, sulfur dioksida, metanol anhidrat, dan piridin anhidrat. Prinsip reaksi ini adalah I
2
dan SO
2
akan bereaksi hanya jika ada air Vogel, 1978.
I
2
+ SO
2
+ 2H
2
O → H
2
SO
4
+ 2HI 1 Penetapan kadar air dengan metode Karl Fischer berdasar atas reaksi
redoks antara SO
2
dan I
2
menghasilkan garam asam hidroiodat dan garam alkil sulfat seperti yang tercantum pada gambar 6 Evans, 2002.
SO
2
I
2
N SO
2
O N
CH
3
OH
N HI
N SO
4
CH
3
H N
SO
2
O
H
2
3 2
Gambar 6. Reaksi pada penetapan kadar air dengan metode Karl Fischer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Standar Nasional Indonesia SNI 01-2690-1992 tentang rumput laut memberlakukan persyaratan kadar air yang berbeda dengan kisaran antara 15-35
tergantung pada genus alganya. SNI hanya mengatur 4 genus alga yang banyak dibudidayakan seperti Euchema, Gelidium, Gracilaria, dan Hypnea. Persyaratan
kadar air genus Sargassum belum dicantumkan secara khusus. Kadar air yang berlebih di dalam alga dapat mengakibatkan pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat merusak kandungan kimia alga. Hasil pengukuran kadar air pada Sargassum polycystum C Agardh adalah 5,58 ± 1,3 bb. Kadar air
tersebut sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI.
B. Uji Kualitatif Senyawa Fenolik Alga