1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus DM adalah salah satu penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan. Studi populasi yang dilakukan Organisasi
Kesehatan Dunia atau World Health Organization WHO tahun 2005 menemukan jumlah pengidap diabetes melitus DM di Indonesia
mencapai peringkat keempat sekitar 8,6 juta orang Susanto, 2006. Dr. Ernawati
Sinaga, MS,
Apt. menggungkapkan
bahwa dalam
penanggulangan DM pendekatannya bukan menyembuhkan atau menghilangkan penyakitnya namun bagaimana agar penderita DM dapat
hidup dengan aman, nyaman dan gembira bersama penyakit DMnya Sinaga,2005.
Penderita DM dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan kondisi mereka yang baru dimana mereka hidup dengan berbagai macam
aturan serta keterbatasan-keterbatasan Basoeki, 2002. Menurut Prof. Rainer Matthias Holm-Hadulla 2006, para penderita DM mengalami
perubahan yang sangat cepat, misalnya sebelum menderita DM mereka bisa makan seenaknya dan sesuka hati, namun setelah menderita DM
mereka harus mengontrol makanan sesuai dengan aturan diet. Mereka juga mengalami kesulitan dalam pernikahan dan mendapatkan pekerjaan.
Apabila mereka tidak mampu melaksanakan aturan diet dan menyesuaikan
2
diri terhadap perubahan tersebut, mereka akan kehilangan kendali terhadap dirinya dan biasanya menghadapi ancaman kegagalan seperti munculnya
depresi dan kematian. Menurut Birrer Sedaghat, 2003, penderita DM memiliki
banyak faktor resiko, antara lain hipoglikemia, hiperglikemia dan komplikasi yang merupakan faktor resiko jangka panjang Basoeki, 2004.
Dr. Lana L. Watkins dan rekan-rekannya mengungkapkan bahwa kombinasi antara penyakit jantung, DM, dan depresi dapat menjadi
kombinasi yang mematikan. Dr. Lana mengadakan penelitian pada para penderita DM dengan penyakit pembuluh jantung mengalami sejumlah
gejala depresi dapat meningkatkan resiko kematian menjadi 25 persen. Selama lebih dari empat tahun para pasien diamati kehidupannya dan
sekitar 135 orang dari 325 pasien meninggal dalam Indria, 2007. DM sebagaimana lazimnya penyakit kronis sering menimbulkan
perasaan tidak berdaya dalam dirinya, yaitu suatu perasaan bahwa dirinya sudah tidak mampu lagi mengubah dirinya Miller, 1985. Kesadaran akan
kelemahan dirinya memberikan perasaan berbeda dengan yang lain dan rasa kehilangan keyakinan diri sehingga menyebabkan adanya pemisahan
diri dari pergaulan, cepat tersinggung, ketergantungan, pemberontakan, kecemasan, mencari perhatian dengan berlindung pada penyakitnya, rasa
tidak berguna atau tidak berdaya dan perasaan takut mati yang sulit diatasi Basoeki, 1996.
3
Perasaan tidak berdaya ini muncul karena adanya beberapa sebab, antara lain kondisi kesehatan penderita yang tidak menentu diwarnai
dengan kesembuhan dan kekambuhan; kemungkinan juga karena terjadinya kemunduran fisik Miller, 1985. Selain simptom suasana hati
dan simptom kognitif yang ada adalah simptom motorik. Simptom paling mencolok dan penting dari simptom motorik ini adalah retardasi
psikomotorik, yaitu berkurangnya atau lambatnya gerakan fisik Holmes, 1991. Salah satu penyebab depresi adalah karena adanya penyakit fisik.
Ada berbagai penyakit yang dapat menyebabkan gejala serupa dengan depresi misalnya anemia dan DM Depresi, 2006.
Laron dalam Basoeki 2002 mengungkapkan bahwa DM adalah suatu bentuk penyakit yang membutuhan berbagai macam penyesuaian
diri bagi penyandangnya. Penyesuaian tersebut bersifat fisik dan psikologis, antara lain penyesuaian yang berkaitan dengan pengaturan
makan, latihan jasmani dan pengendalian emosi Basoeki, 2002. Berdasarkan penelitian Kaholokula J.K, Haynes S.N., Grandinneti A.,
2003 aspek kualitas hidup perlu ditekankan dalam membantu para penderita DM mengatasi masalah depresi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh penderita agar faktor- faktor resiko jangka panjang dapat dikurangi, serta perasaan-perasaan
buruk dalam diri mereka tidak menetap dengan waktu yang lama dan intensitas yang tinggi salah satunya dengan modifikasi gaya hidup sehat
yang meliputi pola makan yang sesuai, aktifitas fisik dan penurunan berat
4
badan atau diit Basoeki, 2003. Menurut Dr. Wiliam Adi Teja, MD, MMed., dalam Susanto,2006 selain obat yang terpenting bagi pasien
yakni merancang kembali pola hidup, terutama pola makan dan olahraga. Beberapa penderita DM dapat mempertahankan kualitas hidup hanya
lewat diet. Menurut kedokteran modern, terdapat lima pilar utama yang bertujuan untuk mengontrol dan menormalkan kadar gula darah, sehingga
dapat mengulur waktu agar komplikasi tidak berlangsung serentak dan cepat. Pilar utama pengelolaan DM tersebut antara lain: perencanaan
makan, latihan jasmani, asupan obat hipoglikemik, penyuluhan dan pemantauan mandiri kadar glukosa darah atau urin.
Pengaturan pola makan bagi penderita DM tergolong cukup berat. Mereka harus mampu memilih dan menetapkan makanan dengan porsi
seimbang dan sesuai dengan standart yang ditentukan dokter. Penderita DM pada umumnya melakukan diit untuk mengatur pola makannya. Ada 6
macam diit-dabetes, yaitu: diit-B, diit B-Puasa, diit-B1, diit-B2, diit-B3 dan diit-Be. Berdasarkan data di poliklinik Diabetes RSUD Dr. Sutomo
menunjukkan bahwa terdapat 14.94 dari 10.278 penderita yang menjalani pengobatan diit Tjokroprawiro,1993.
Penderita DM memilih tipe diit yang sesuai dengan jenis diabetes mellitus yang diderita. Tipe DM terdiri dari 4 kelompok, yaitu DMTI,
DMTTI DM tipe 1, DM tipe lain, dan DM gestasional. Tipe DM yang pengelolaannya menitikberatkan pada pengaturan pola makan adalah tipe
DMTTI. Perencanaan pola makan pada diabetesi yang mengalami
5
komplikasi atau tanpa komplikasi memiliki pola makan yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat pola makan pada diabetesi
DMTTI tanpa komplikasi PERKENI, 2000. Diit yang dapat diikuti oleh penderita DMTTI tanpa komplikasi
adalah diet yang sesuai dengan kebutuhan asupan zat gizi yang dibutuhkan. Asupan zat gizi tersebut adalah : kalori, energi, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral, serat, dan garam. Penderita diabetes tanpa komplikasi bebas mengkonsumsi semua jenis makanan, akan tetapi
jumlah yang dikonsumsi harus sesuai dengan kebutuhan. Mereka juga harus memahami jenis makanan yang bebas di konsumsi atau makanan
yang konsumsinya terbatas PERKENI, 2000. Pengendalian gula darah merupakan salah satu kunci utama dalam
menangani DM. Kadar gula darah yang stabil dapat membantu menstabilkan kondisi kesehatan penderita dan mengurangi laju
kemunduran fisik. Apakah dengan berkurangnya laju kemunduran fisik karena adanya pola makan dan diit yang sehat, dapat menurunkan
kemungkinan penderita mengalami depresi? Kajian tentang pola makan yang tepat dan depresi serta hubungan antara keduanya akan sangat
membantu pihak-pihak yang terkait dalam penanganan DM.
B. Perumusan Masalah