Pembahasan PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

69

F. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar pasien tidak patuh terhadap perencanaan dietnya. Menurut PERKENI 2004, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya motivasi atau disiplin untuk mengikuti program yang ketat yang diberikan oleh dokter. Seperti telah diuraikan dalam bab II bahwa pola makan yang sehat bagi penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin tanpa komplikasi adalah dengan 2J. Dimana penderita mengkonsumsi makanan sesuai dengan jumlah asupan kalori yang dibutuhkan dan sesuai dengan interval waktu yang ditentukan yaitu 3 jam. Diabetesi sebagian besar tidak patuh terhadap jumlah energi yang harus dikonsumsi berdasarkan diet dari dokter. Hal ini terjadi bukan karena mereka tidak mengetahui jumlah energi yang harus masuk ke dalam tubuh namun karena kemampuan diabetesi yang kurang terlatih dalam menghitung sendiri besar makan yang boleh dimakan. Selain itu, diabetesi juga memiliki ketergantungan pada obat yang dapat menurunkan kadar gula darah yang naik akibat kelebihan jumlah energi dalam tubuh. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya ketidakpatuhan terhadap jadwal. Hal ini berkaitan dengan kesulitan diabetesi mengatur waktu makan dengan waktu kerja dan aktifitas lainnya. Sebagian besar pasien yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah orang yang masih bekerja dalam bidang wiraswasta dan PNS. Mereka sering mengalami kesulitan dalam mengatur jadwal makannya. 70 Uraian pada bab II menggungkap bahwa Beck mengelompokkan pasien depresi berdasarkan tingkat kedalamannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin tanpa komplikasi berada pada tingkat depresi rendah atau normal. Depresi rendah atau normal merupakan depresi dengan intensitas yang rendah dan waktu yang tidak terlalau lama. Depresi pada tingkat ini banyak dialami oleh setiap individu. Berdasarkan pendapat Beck 1985, salah satu simptom inti dari depresi adalah low mood. Low mood yang dialami olah penderita depresi rendah atau normal dalam beberapa hal serupa dengan orang normal, yaitu dalam mengungkapkan ekspresi perasaan, perilaku pasien depresi yang mirip dengan orang yang susah kurang gembira dan pada manifestasi vegetasi dan fisik. Penderita diabetes sebagian besar beruasia 60 tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masalah kesehatan utama yang dialami karena adanya kenaikan berat badan. Mereka bebas mengkonsumsi apapun dan berbuat apapun selama kondisi tubuh mereka masih memungkinkan untuk mengikuti kehendak. Semakin dewasa seseorang, tuntutan sosial pada mereka menjadi lebih rendah dibanding orang muda sehingga mereka tidak mengalami tekanan yang tinggi. Hal tersebut membuat mereka tidak mengalami depresi akut. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar pasien masih memiliki aktifitas di bidang wiraswasta. Sesuai dengan teori 71 seharusnya mereka mengalami depresi yang cukup tinggi karena mereka dituntut untuk berkompetisi dengan para pelaku usaha yang lain. Akan tetapi hasil penelitian Ismudiyati 2003, menemukan bahwa adanya dukungan sosial dan hubungan dengan kedekatankeintiman yang baik dapat memberi peluang lebih rendah terkena depresi dibanding dengan tingkatan keintiman yang kurang baik. Cohen dan Syme dalam Ismudiyati, 2003 menyatakan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan sosial adalah pemberi dukungan, jenis dukungan, waktu pemberian dukungan dan lamanya pemberian dukungan. Dukungan dapat diperoleh dari lingkungan sekitar, baik keluarga maupun teman atau lembaga yang memberi pelayanan bagi mereka. Penderita DM dalam penelitian ini sebagian besar masih bekerjamemiliki rutinitas. Aktifitas yang dilakukan diabetesi membuat mereka selalu memperolah dukungan sosial yang dapat mengurangi tingkat kedalaman depresi. Selain itu, menurut Burn 2002, depresi dapat di atasi dengan memperbanyak interaksi dengan orang lain supaya dapat berbagi cerita terutama ketika sedang mengalami masalah. Pada penelitian ini sebagian besar diabetesi telah mengidap penyakit DMTTI selama 1-4,5 tahun. Pengalaman yang dimiliki oleh penderita dan keluarga dalam mengatasi penyakitnya dapat membuat mereka memiliki sikap yang lebih positif terhadap penyakitnya. Oleh karena itu diabetesi dalam penelitian ini mengalami depresi rendah. Ketika 72 mereka berada pada situasi emosi yang tidak menyenangkan, sikap positif akan lebih mudah terbentuk. Kedua hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ditolak. Tidak ada hubungan antara ketaatan jadwal makan dan kesesuaian pemenuhan kebutuhan kalori dengan tingkat depresi pada penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin DMTTI tanpa komplikasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara pola makan dengan tingkat depresi pada penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin DMTTI tanpa komplikasi. Para penderita DMTTI tanpa komplikasi tidak mengalami pemburukan berlarut – larut yang dapat memicu timbulnya depresi. Penatalaksanaan utama pada penderita DMTTI adalah pengaturan diet dan olah raga PERKENI, 2004. Jika diabetesi tidak mampu gagal mengatur diet dan olahraganya, dapat menimbulkan hiperglikemik atau hipoglikemik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh bahwa hal yang biasa dilakukan untuk mengatasi kenaikan atau penurunan kadar gula darah antara lain dengan olah raga, dan mengkonsumsi obat dari dokter. Kedua cara tersebut sesuai dengan apa yang terungkap dalam PERKENI 2004 bahwa penatalaksaan diabetes mellitus dilakukan dengan 3 cara, yaitu pengaturan makanan, pemberian terapi obat dan melakukan olah raga teratur. Keseimbangan 3 cara tersebut penting agar penanganan penyakit DM berhasil. 73 Pada penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin, olah raga berperan dalam pengaturan kadar glukosa darah serta menurunkan berat badan sehingga mencapai berat badan normal. Pada saat berolahraga resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini membuat kebutuhan insulin pada penderita DMTTI berkurang. Olah raga yang dilakukan oleh diabetesi disesuaikan dengan lama berolahraga, beratnya latihan, tingkat kebugaran, kadar glukosa darah, dan imbangnya cairan tubuh. Olah raga yang biasa dilakukan oleh diabetesi meliputi bersepeda, senam, lari pagi jogging. Sebaiknya bila diabetesi ingin berolahraga, kadar glukosa darah tidak lebih dari 250 mgdl. Apabila diabetesi melanggar anjuran tersebut maka olahraga tidak lagi menguntungkan namun justru jadi berbahaya karena dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan benda keton. Pengobatan lain yang juga dilakukan oleh para diabetesi adalah dengan terapi obat. Terapi ini dilakukan jika kedua penatalaksanaan sebelumnya gagal PERKENI,2002. Obat yang biasa dikonsumsi oleh penderita DMTTI tanpa komplikasi adalah obat yang digunakan untuk menghambat absorpsi glukosa. Efek yang muncul adalah menurunkan kadar gula darah sesudah makan. Obat ini tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia, namun diabetesi akan mengalami perut kembung. Kemampuan pasien mengontrol mengendalikan gula darahnya, adanya dukungan keluarga dan aktifitas membuat tidak terjadi pemburukan yang berlarut-larut pada kondisi fisiknya. Dengan demikian 74 pasien DMTTI tanpa komplikasi tidak memliki kecenderungan menderita depresi tingkat tinggi depresi akut.

G. Kelemahan Penelitian