BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Menurut
Astrid S. Susanto 1997 : 181, status adalah perbandingan peranan dalam masyarakat, status merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah
laku manusia. Soerjono Sukanto 1990 : 263 mengatakan bahwa status sosial ekonomi adalah tempat secara umum di dalam masyarakat sehubungan dengan
orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestice dan hak-hak serta kewajibannya. Menurut Mahmud 1990 : 83 – 84 status sosial ekonomi keluarga
antara lain meliputi tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua serta kualitas lingkungan keluarga yang mencakup fasilitas khusus dan barang-barang
berharga yang ada di rumah. Menurut Mayor Polak 1964 : 367 status memiliki dua aspek yaitu:
1. Aspek yang statis struktural, dimaksudkan sifatnya yang hirarkis, ialah mengandung perbandingan tinggi atau rendahnya secara relatif terhadap
status-status lain 2. Aspek yang relatif dinamis aspek fungsional, dimaksudkan peranan sosial
social role yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu status
tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di dalam masyarakat tumbuh sistem berlapis- lapis, hal itu terjadi karena adanya sesuatu yang dihargai masyarakat. Hal itu terjadi karena adanya sesuatu
yang dihargai oleh masyarakat. Hal yang dihargai masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomi, mungkin berupa tanah,
kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan beragama atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat Selo Sumarjan dan Sulaeman Sumadi. 1946 : 271.
Masyarakat pada umumnya melambangkan 2 macam kedudukan yaitu: 1. Ascribed Status, yaitu kedudukan yang diperoleh karena kelahiran, jadi tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah maupun kemampuan. 2. Achieved Status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-
usaha yang disengaja, kedudukan ini tidak diperoleh melalui kelahiran, akan tetapi terbuka bagi siapa saja, hal mana tergantung dari kemampuannya
masing- masing dalam mengejar serta mencapai tujuannya. Soerjono Soekanto, 1983 : 144
Maka sistem dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, tetapi ada pula yang disengaja disusun untuk
tujuan bersama. Menurut Soerjono Soekanto 1983 : 231-232 yang biasa dipakai sebagai ukuran untuk menggolongkan anggota masyarakat satu dengan yang
lainnya adalah sebagai berikut: 1. Ukuran kekayaan
Ukuran kekayaan kebendaan dapat dijadikan suatu ukuran, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan atas. Kekayaan
tersebut misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berupa mobil pribadinya, cara-cara menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang yang mahal dan
sebagainya. 2. Ukuran kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang menempati lapisan yang tertinggi
3. Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan dan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat yang teratas.
4. Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran yang dipakai oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan dampak-dampak yang negatif. Oleh karena itu ternyata bukan
mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran akan tetapi gelar kesarjanaan. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan
gelar tersebut walaupun tidak halal.
B. Jenis Pekerjaan Orang Tua