37
BAB II PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BALAI LELANG SWASTA DALAM
PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN A. Latar Belakang Lahirnya Balai Lelang Swasta
1. Sejarah Balai Lelang Swasta
Tahun 1964 pelaksanaan lelang aset instansipemerintah yang belum dapat diurusi oleh kantor lelang negeri dapat dilakukanmelalui komisioner lelang.
Komisioner lelang secara tegas tidak diatur dalamVendu Reglement maupun Vendu Instructie, tetapi hanya diatur secara eksplisitpada Pasal 76 KUHD. Adapun yang
dimaksudkan komisioner dalam KUHD adalahseseorang yang dengan mendapat provisi melakukan usahanya untuk mengadakanpersetujuan atas nama sendiri atau
atas nama perusahaan sendiri akan tetapi atasperintah dan tanggung jawab orang lain.
Selanjutnya, Komisioner ini dibedakan antara komisioner penjual dan komisionerpembeli, hal inisecara tidak langsung menimbulkan komisioner lelang.
Komisionerlelang merupakan orang atau badan yang diberikan kuasa untuk menjual ataumembeli dalam lelang karena masyarakat belum begitu mengenal lelang
danprosedur menjual melalui lelang. Perkembangan komisioner lelang menunjukkankemajuan sehingga saat itu diartikan sebagai kuasa menjual melalui
lelang.
Komisioner lelang pada perkembangan berikutnya berganti istilah menjadi BalaiLelang. Namun pada perkembangannya Balai Lelang tersebut
pernahdibubarkandihapus oleh Menteri Keuangan sesuai Surat Keputusan
Universitas Sumatera Utara
NomorD.15D.116-2 tanggal 2 Mei 1972, dengan pertimbangan bahwa pelelangan-pelelangantelah dapat dilaksanakan dan diselesaikan oleh kantor lelang
negeridan kantor-kantor lelang kelas II. Pembubaran tersebut tidak serta merta mengurangi kebebasan Balai Lelanguntuk meneruskan perdagangan sebagai Balai
Lelang biasa dengan mengindahkanperaturan-peraturan dalam Vendu Reglement. Eksistensi Balai Lelang untuk pertama sekali dibuat berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 47KMK.011996tanggal 25 Januari 1996 tentang Balai Lelang yang kemudian diubah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
229KMK.011997 tentang Balai Lelang.Selanjutnya, ketentuan tentang balai lelang diganti berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 339KMK.012000 tentang
Balai Lelang,Keputusan ini kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 509KMK.012000. Selanjutnya, Keputusan Menteri Keuangan Nomor
306KMK.012002 yang diganti berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Nomor 118PMK.072005tanggal 30 Nopember 2005 tentang Balai Lelang. Dan akhirnya,
peraturan ini kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176 PMK.06 2010 tanggal 30 September 2010. Perubahan ketentuan tentang balai
lelang ini, mengikuti perubahan dari peraturan lelang yang dikeluarkan sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93PMK.062010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang. Apabila di lihat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 47KMK.011996tanggal 25 Januari 1996 tentang Balai Lelang, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ide dasar pembentukan balai lelang adalah untuk memberikan
Universitas Sumatera Utara
kesempatan kepada swasta dunia usaha untuk menyelengarakan usaha dibidang jasa lelang, disamping juga untuk mendayagunakan lelang sebagai suatu bentuk kegiatan
perekonomian yang bersifat terbuka dan objektif sehingga diharapkan dapat mewujudkan harga yang wajar. Begitupun, berbagai peraturan tentang balai lelang,
hingga yang terakhir dikeluarkan diatas, tetap saja masih membatasi ruang Balai Lelang khusus terhadap lelang sukarela. Dalam perkembangannya, Balai lelang
swasta lebih banyak mengurusi tahap pra lelang, dan hanya sebagai “panitia” untuk pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan.
2. Alasan Diperlukannya Balai Lelang Swasta