Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

tanggungan yang berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan, hanya saja kedudukannya sebagai salah satu faktor pendukung pelaksanaan lelang dan sangat memiliki keterbatasan kewenangan dalam melakukan proses lelang. Oleh karenanya, melalui penelitian ini akan dipaparkan hambatan-hambatan yang dihadapi balai lelang swasta terkait dengan lemahnya kewenangan yang dimilikinya terkait dengan pelaksanaan lelang khususnya lelang hak tanggungan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori dipergunakan untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. 12 Selanjutnya kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui. 13 Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan petunjuk serta menjelaskan gejala yang diamati. 14 12 JJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas, Penyunting M. Hisyam, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996, hal. 203. 13 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Madju, 1994, hal. 80. 14 Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993, hal 35. Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian hukum, maka kerangka teori diarahkan secara ilmu hukum dan mengarahkan diri kepada unsur hukum. Universitas Sumatera Utara Kerangka teori yang akan dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin, yang mengartikan: Hukum itu sebagai a command of the lawgiver perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa, yaitu suatu perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap, dan bersifat tertutup closed logical system. Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilan tidak didasarkan pada penilaian baik-buruk. 15 Teoripositivisme hukum yang dikembangkan oleh JohnAustin dalam bukunya berjudul Province of jurisprudence, menyatakan law is command of the lawgiver yang artinya yaitu hukum adalah perintah dari penguasa yaitu mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan. 16 Positivisme hukum ada dua bentuk yakni positivisme yuridis dan positivisme sosiologis. Dalam positivisme yuridis hukum dipandang sebagai suatu gejala tersendiri yang perlu diolah secara alamiah. Tujuan positivisme ini adalah pembentukan struktur-struktur rasional sistem-sistem yuridis yang berlaku. Sebab hukum dipandang sebagai hasil pengolahan ilmiah belaka, akibatnya pembentukan hukum menjadi makin profesional. Hukum modern adalah ciptaan para ahli dibidang hukum. Dalam positivisme sosiologis hukum dipandang sebagai bagian kehidupan masyarakat. Prinsip-prinsip positivisme hukum dapat diringkas sebagai berikut: 17 15 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Bandung: CV. Mandar Maju, 2002, hal. 55. 16 Lili Rasjidi, Dasar-dasar filsafat Hukum, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 61 17 Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hal. 33 Universitas Sumatera Utara a. Hukum adalah sama dengan undang-undang. Dasarnya ialah bahwa hukum muncul sebagai berkaitan dengan negara; hukum yang benar adalah hukum yang berlaku dalam suatu negara. b. Tidak terdapat suatu hubungan mutlak antara hukum dan moral. Hukum tidak lain dari pada hasil karya para ahli dibidang hukum. c. Dalam positivisme yuridis ditambah bahwa hukum adalah suatu “closed logical system”. Peraturan-peraturan dapat diduksikan disimpulkan secara logis dari undang-undang yang berlaku tanpa perlu meminta bimbingan dari norma-norma sosial, politik dan moral. Tokoh-tokohnya adalah R. Von Jhering dan J.Austin analitical jurisprudence. David Dyzenhaus menyebutkan dalam positivisme tidak ada hubungan antara hukum dan moral sebagaimana yang ia berpendapat bahwa: 18 18 David Dyzenhaus, The Genealogy of Legal Positivism. University of Toronto Oxford Journal of Legal Studies 2004 241:39-67; doi:10.1093ojls24.1.39, Oxford UniversityPress, http:ojls. oxford journals.orgcgicontentabstract24139. Diakses tanggal 15Desember 2011. “Legal positivism is best understood as a political tradition which rejects the separation thesis-the thesis that there is no necessary connection between law and morality. That tradition was committed for some time to eliminating the conceptual space in which the common law tradition and its style of reasoning operate.” “Positivisme legal dipahami sebagai sebuah tradisi politik yang menolak pembagian tesis, yakni tesis mengenai tidak dibutuhkannya hubungan antara hukum dan moralitas. Tradisi ini dipegang teguh selama jangka waktu tertentu untuk menghilangkan ruang berpikir konseptual dimana tradisi dari hukum adat dan gayanya sangatlah beralasan untuk digunakan”. Universitas Sumatera Utara Tidak jauh berbeda dengan David Dyzenhaus, David A.J. Richards bahwa juga menegaskan keterkaitan antara hukum dan moral sebagaimana pendapatnya bahwa: 19 Esensi positivisme hukum menurut H.L.A. Hart adalah: “Natural law theorists and legal positivists have long debated the separability of law and morals: whereas legal positivists maintain that law is separable from morals, natural law theorists claim that any such distinction is untenable. In contemporary jurisprudence, the leading expositor of positivism is Joseph Raz, who follows H.L.A. Hart in arguing that laws are to be understood as norms that can be distinguished from substantive ethical concepts. The opposite view, reflected in Ronald Dworkins interpretive theory of law as a coherent system of principles, assumes that the construction of such a system cannot be undertaken in isolation from the elaboration and analysis of substantive ethical concepts. ”Para penganut hukum alam dan positivisme legal telah lama berdiskusi mengenai pemisahan hukum dan moral, dimana para penganut positivisme legal bersikukuh bahwa hukum harusnya terpisah dengan moral, sementara para penganut teori hukum alam mengungkapkan bahwa pemisahan seperti itu tidak memiliki kemanfaatan. Dalam yurisprudensi terkini, penganut positivisme yang sangat terkemuka adalah Joseph Raz yang mengikuti pemikiran H.L.A Hart yang berpendapat bahwa hukum terlalu dipahami sebagai sebuah norma yang dapat dipisahkan dari konsep etika asalnya. Pandangan yang berbeda, yang disampaikan oleh Roland Dworkin dengan pendangannya mengenai teori interpretasi hukum yang mengungkapkan bahwa sistem yang sejalan dengan berbagai prinsip, ia mengasumsikan bahwa struktur dari sebuah sistem tidak dapat dijalankan dengan isolasi dari pemaparan dan analisa dari konsep etika asalnya”. 20 a. Hukum adalah perintah. 19 David A.J. Richards, dkk. Jurisprudence At The Crossroads: Steering A Course Between Positivism And Natural Law ; Law, Norms And Authority. Harvard Law Review, Harv. L. Rev. 1214, Copyright 1984 by the Harvard Law Review Association; David A.J. Richards, http:web2.westlaw.com. Diakses tanggal 11 Desember 2011 20 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum; Study Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hal. 97 Universitas Sumatera Utara b. Tidak ada keutuhan untuk menghubungkan hukum dengan moral, hukum sebagaimana diundangkan, ditetapkan, positif, harus senantiasa dipisahkan dari hukum yang seharusnya diciptakan, yang diinginkan. c. Analisis atau studi tentang makna konsep-konsep hukum adalah suatu studi yang penting, analisis atau studi itu harus dibedakan dari studi sejarah, studi sosiologis dan penilaian kritis dalam makna moral, tujuan-tujuan sosial dan fungsi-fungsi sosial. d. Sistem hukum adalah sistem tertutup yang logis, yang merupakan putusan- putusan yang tepat yang dapat dideduksikan secara logis dari aturan-aturan yang sudah ada sebelumnya. e. Penghukuman secara moral tidak lagi dapat ditegakkan, melainkan harus dengan jalan argumen yang rasional ataupun pembuktian dengan alat bukti. Sebagai pendukung teori utama penelitian ini diatas, maka penelitian ini juga didasarkan atas teori sistem hukum Lawrence M. Friedman. Beliau berpendapat dalam hubungannya dengan sistem hukum terdapat komponen unsur hukum sebagai berikut: 21 1. Sistem hukum mempunyai struktur. Sistem hukum terus berubah, namunbagian-bagian sistem itu berubah dalam kecepatan yang berbeda, dansetiap bagian berubah tidak secepat bagian tertentu lainnya. 21 Lawrence M. Friedman, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, PT Tata Nusa, Jakarta, 2001,hal. 7-8. Universitas Sumatera Utara 2. Sistem hukum mempunyai substansi, yaitu berupa aturan, norma, dan polaperilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. 3. Sistem hukum mempunyai komponen budaya hukum, yaitu sikap manusiaterhadap hukum dan sistem hukum itu sendiri, seperti kepercayaan, nilai,pemikiran serta harapannya. Sub sistem hukum tersebut merupakan pengikat sistem hukum itu di tengahkultur bangsa secara keseluruhan. Seseorang menggunakan hukum, dan patuh atautidak terhadap hukum sangat tergantung kepada kultur hukumnya. Oleh karena itu,saat ini hukum bukan hanya dipakai untuk mempertahankan pola-pola hubungan sertakaidah- kaidah yang telah ada. Hukum yang diterima sebagai konsep modern memilikifungsi untuk melakukan suatu perubahan sosial. Pengunaan teori ini sebagai pendukung teori kepastian hukum diatas dimaksudkan agar penelitian ini juga menganalisis berdasarkan keadaan-keadaan perkembangan yang ada terkait upaya-upaya untuk penguatan peranan Balai lelang swasta dalam pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan. Selanjutnya, teori pendukung lainnya adalah teori hukum pembangunan menurut Mochtar Kusumatmadja dalam bukunya yang berjudul Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan menyatakan bahwa hukum tidak hanya meliputi asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat termasuk lembaga dan proses di dalam mewujudkan berlakunya kaidah hukum itu dalam Universitas Sumatera Utara kenyataan. 22 Kemudian dapat dilihat dalam bukunya yang berjudul Hukum, Masyarakat Dan Pembinaan Hukum Nasional bahwa hukum adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat termasuk lembaga dan proses di dalam mewujudkan berlakunya kaidah hukum itu dalam kenyataan. 23 Indonesia sebagai Negara Hukum menganut asas dan konsep Pancasila yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: 24 1. Asas ketuhanan mengamanatkan bahwa hukum tidak boleh ada produk hukum yang anti agama dan anti ajaran agama; 2. Asas kemanusiaan mengamanatkan bahwa hukum nasional harus menjamin, melindungi hak asasi manusia; 3. Asas kesatuan dan persatuan mengamanatkan bahwa hukum Indonesia harus merupakan hukum nasional yang berlaku bagi seluruh bangsa Indonesia, berfungsi sebagai pemersatu bangsa; 4. Asas demokrasi mengamanatkan bahwa kekuasaan harus tunduk pada hukum yang adil dan demokrasi; 5. Asas keadilan sosial mengamanatkan bahwa semua orang sama dihadapan hukum. 22 Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional, Bandung: Bina Cipta, 1972,hal. 11. 23 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat dan Pembangunan Hukum Nasional, Bandung; Bina Cipta, 1975, hal. 15. 24 Abdul Wahid dan M Labib, Kejahatan Mayantara, Bandung: Rafika Aditama, 2005,hal. 141 Universitas Sumatera Utara Asas dan kaidah ini menggambarkan hukum sebagai suatu gejala normatif sedangkan lembaga dan proses menggambarkan hukum sebagai suatu gejala sosial. Berdasarkan hal tersebut, maka hukum tidak boleh ketinggalan dalam proses pembangunan, sebab pembangunan yang berkesinambungan menghendaki adanya konsepsi hukum yang mendorong dan mengarahkan pembangunan sebagai cerminan dari tujuan hukum modern, salah satu tujuan hukum yaitu keadilan menurut pancasila yaitu keadilan yang seimbang, artinya adanya keseimbangan diantara kepentingan individu, kepentingan masyarakat dan kepentingan penguasa. 25 Keberadaan balai lelang swasta ini dikuatkan dalam peraturan hukum positif dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yakni Keputusan Menteri Keuangan No. 47KMK.011996 tanggal 25 Januari 1996 dan Keputusan Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPLN No.1PN1996. Pada perkembanngan Penelitian ini menggunakan kerangka teori utama, yaitu aliran posistivisme atau teori kepastian hukum, yang kemudian didukung oleh teori sistem hukum dan teori hukum pembangunan dikarenakan keberadaan balai lelang swasta merupakan suatu terobosan hukum yang baru di Indonesia, sehingga keberadaan lembaga ini merupakan salah satu bentuk pembangunan hukum menuju ke arah yang lebih baik,dengan dibukanya partisipasi publik masyarakat dalam membuka usaha lelang ini juga berkonsekuensi agar aturan-aturan hukum menyangkut balai lelang bisa menjawab kebutuhan partsipasi masyarakat itu sendiri. 25 Otje Salman Soemadiningrat dan Anton F.S, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, Bandung: Refika Aditama, 2004, hal. 159 Universitas Sumatera Utara selanjutnya peraturan yang mengatur tentang perizinan, kegiatan usaha dan pelaksanaan lelang Balai Lelang Swasta diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118PMK.072005 tanggal 30 November 2005 tentang Balai Lelang yang terakhir telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 176PMK.062010 tentang Balai Lelang. Adapun teknis pelaksanaan lelang yang dilakukan balai lelang swasta diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 PMK.062010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Berdasarkan hal-hal tersebut, jelaslah bahwa keberadaan balai lelang swasta merupakan suatu terobosan hukum dalam kerangka pembangunan hukum nasional khususnya dalam bidang pelaksanaan lelang di dunia perbankan. Peranan Balai Lelang sebagaimana telah disebutkan di atas hanya berperan dalam pra dan pasca lelang sedangkan pelaksanaan lelangnya tetap melalui KPKNL sehingga peran Balai Lelang disini hanya sebagai perantara antara KPKNL dengan kreditur atau pemohon Lelang Hak Tanggungan terhadap obyek barang yang akan dilelang oleh bank. Hal ini tentunya memperlihatkan betapa lemahnya kedudukan balai lelang dalam pelaksanaan lelang hak tanggungan. Oleh karenanya diperlukan sebuah pemikiran yang dapat tertuang dalam peraturan hukum positif tentang perlunya memberikan kedudukan yang kuat bagi balai lelang dalam pelaksanaan lelang hak tanggungan. Jika suatu hukum yang baik harus mengandung keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan, maka peraturan perundang-undangan lelang yang ada kurang mengandung tujuan hukum dimaksud. Lelang sebagai suatu lembaga hukum harus Universitas Sumatera Utara memuat aspek filosofis yaitu menjamin kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan sesuai dengan perkembangan dalam pelaksanaan lelang tersebut. Sebagai perikatan yang dibuat dengan sengaja atas kehendak para pihak secara sukarela, maka segala sesuatu yang telah disepakati disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana yang telah dikehendaki oleh mereka. Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum yang berlaku. 26 Suatu perjanjianadalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Peristiwa ini menimbulkan suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. 27 Memperjelas mengenai definisi perjanjian, M Yahya Harahap menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi. 28 26 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hal 59 27 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, Cet. 21, 2005, hal 1. 28 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, PT. Alumni Bandung 1986, hal 6. Universitas Sumatera Utara Dalam lelang, bentuk perjanjian kerjasamanya adalah merupakan suatu permufakatan atau persepakatan antara pihak-pihak yang mengadakannya, dimana masing-masing pihak diikat oleh janji-janji yang telah diadakan antara masing- masing, kemudian berkembang menjadi satu kerjasama antara masing-masing pihak untuk secara bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu yang telah disepakati. Hal yang penting dalam lelang adalah ditentukannya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang harus dilaksanakan, dimana antara hak dan kewajiban tersebut terdapat suatu keseimbangan. Lelang telah diikat dengan suatu ketentuan yang didasarkan oleh kata sepakat dan dituangkan dalam kesepakatan tertulis dengan tujuan saling menguntungkan. Hal ini berarti bahwa lelang menyebabkan para pihak mempunyai kewajiban untuk memberikan kemanfaatan pada pihak lainnya dan sebaliknya, lawannya untuk menerima manfaat yang menguntungkan atau berguna bagi dirinya dari hubungan perjanjian tersebut.

2. Konsepsi

Guna menghindari kesalahpahaman atas berbagai istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka berikut akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah sebagai berikut: a. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umumdengan penawaran harga secara tertulis danatau lisan yangsemakin meningkat Universitas Sumatera Utara atau menurun untuk mencapai hargatertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang. 29 b. Balai Lelang Swasta atau Balai Lelang adalah Badan Hukum Indonesia berbentuk PerseroanTerbatas PT yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatanusaha di bidang lelang. 30 c. Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturanperundang- undangan diberi wewenang khusus untukmelaksanakan penjualan barang secara lelang. 31 d. Hak Tanggungan adalah hak Jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan suatu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. 32 e. Tujuan lelang adalah untuk mendapatkan penawar yang profesional dan berkualitas terhadap objek lelang, sedangkan tujuan utama lelang adalah untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak dengan tetap 29 Lihat Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93PMK.062010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang 30 Lihat Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176PMK.062010 tentang Balai Lelang 31 Lihat Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93PMK.062010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang 32 Lihat Pasal 1 angka 1 UU Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda- Benda yang Berkaitan Dengan Tanah. Universitas Sumatera Utara memberi perlindungan kepada Penanggung Pajak agar lelang tidak dilaksanakan secara berlebihan. f. Kredit adalah hutang nasabah bank swasta yang berdasarkan perjanjian kredit bank diwajibkan untuk dilunasi setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga g. Eksekusi adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh Pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara, merupakan aturan dan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara, oleh karena itu eksekusi tidak lain daripada tindakan yang berkesinambungan dan keseluruhan proses hukum antara para pihak. h. Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakanputusanpenetapanpengadilan, dokumen-dokumen lain yangdipersamakan dengan itu, danatau melaksanakan ketentuandalam peraturan perundang-undangan. 33 i. Kredit macet merupakan salah satu dampak negatif dari fasilitas pemberian kredit. Istilah kredit macet dipergunakan dalam lingkungan perbankan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 311477KEPDIR tanggal 12 November 1998 Tentang Kualitas Aktiva Produktif, yakni kredit macet adalah terdapatnya tunggakan pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari. 33 Lihat Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93PMK.062010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan dari penelitian sebagaimana tersebut diatas, maka sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif eksplanatif. Penelitian deskriptif eksplanatif artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisis peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat diketahui gambaran jawaban atas permasalahan mengenai peranan balai lelang swasta pada pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan dalam penyelesaian kredit macet. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang didukung oleh penelitian empiris sebagai alat bantu untuk penelitian normatif.Penelitian yuridis normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal doctrinal research yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku law as it iswritten in the book, maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan law it is decided by the judge through judicial process 34 34 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hal 118. . Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif dan didukung oleh data lapangan dalam bentuk hasil wawancara. Universitas Sumatera Utara Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian normatif yang didukung oleh penelitian empiris yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. 35

2. Sumber Data

Logika keilmuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dan beberapa buku mengenai peranan balai lelang swasta pada pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan dalam penyelesaian kredit macet. Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari literatur- literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang didukung oleh pendekatan empiris yang bersumber pada data primer dan data sekunder. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah data primer dan data sekunder, data primer yakni dengan cara wawancara dan data sekunder yakni terdiri dari : a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan 35 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: UMM Press, 2007, hal 57. Universitas Sumatera Utara lainnya yang berkaitan. 36 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Data dari pemerintah yang berupa dokumen- dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan, di antaranya: 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang- Undang Nomor 10 tahun1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. 4 Peraturan Menteri Keuangan No. 176PMK.062010 tentang Balai Lelang. 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93PMK.062010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku, penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun disertasi. 37 c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan tesis. 38

3. Alat Pengumpulan Data

36 Soerjono Soekanto, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1984, hal 6. 37 Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: UI Press, 2006, hal 12. 38 Soerjono Soekanto, Op. cit, hal 7. Universitas Sumatera Utara Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara: a. Studi kepustakaan Library Research Studi dokumen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan tesis ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, makalah ilmiah, peraturan perundang- undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam penelitian ini. b. Penelitian Lapangan Field Research tentang Peranan Balai Lelang Swasta pada Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan dalam Penyelesaian Kredit Macet Studi Kasus Pada PT. Balai Lelang Sukes Mandiri untuk mendapatkan data sekunder yang dilakukan dengan cara wawancara dengan Pejabat Pegawai Balai Lelang Sukses Mandiri dan pihak yang menggunakan jasa balai lelang sukses mandiri dalam pelaksanaan lelang.

4. Analisis Data

Universitas Sumatera Utara Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data. 39 Lexy J. Moloeng mengatakan bahwa proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. 40 Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun data yang diperoleh di lapangan, selanjutnya akan dianalisis dengan pendekatan yuridis kualitatif. Analisis yuridis kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yuridis yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya. Kemudian analisis itu akan dihubungkan dengan teori hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara deduktif, sehingga diharapkan akan memberikan solusi dan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini. 39 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993, hal. 103. 40 Ibid, hal. 247. Universitas Sumatera Utara 37

BAB II PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BALAI LELANG SWASTA DALAM