Layanan Pasca Lelang Hambatan Yuridis

3. Layanan Pasca Lelang

80 Beberapa pelayanan yang dilakukan pasca lelang adalah sebagai berikut: 1 Jika terdapat keberatan komplain dari pemenang lelang, maka keberatan ditujukan melalui Balesman dan penyelesaian kasus tersebut akan dikonsultasikan dengan pihak Penjual sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan perundang undangan yang berlaku. 2 Layanan purna jual after sales service baik kepada pemenang dan juga penjual meliputi: a proses pelunasan pemenang b penyetoran pajak, Biaya lelang c serah terima dokumen objek lelang Secara rinci dapat diuraikan: a. Layanan pemenang lelang dan peserta: 1 Memberikan informasi cara pelunasan pembayaran kepada pemenang lelang sesuai aturan yang berlaku. 2 Koordinasi dengan KPKNL setempat untuk penyerahan risalah lelang kepada pemenang lelang. 3 Menyerahkan dokumen obyek lelang dengan berita acara penyerahan setelah proses pelunasan. 4 Memberikan informasi untuk lelang lanjutan lelang ulang. 80 Ibid. Universitas Sumatera Utara 5 Pelayanan terhadap complaint baik itu pemenang lelang atau peserta lelang. b. Layanan bagi pemohon Penjual lelang 1 Memberikan salinan Risalah Lelang 2 Laporan hasil lelang diantaranya meliputi: Hasil akhir kegiatan lelang danpelunasan pembayaran oleh pemenang lelang Universitas Sumatera Utara 98

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI HAK

TANGGUNGAN MELALUI BALAI LELAG SWASTA PADA PT. BALAI LELANG SUKSES MANDIRI

A. Hambatan Yuridis dan Sosiologis

Balesman sebagai sebuah badan hukum yang berkegiatan usaha memberikan jasa lelang, memiliki beberapa hambatan dalam menjalankan kegiatan usahanya, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan staf Balesman, maka terdapat hambatan yang dihadapi, yang secara umum dapat dibagi dalam 2 dua kelompok yaitu :

1. Hambatan Yuridis

Hambatan yuridis hukum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan lelang oleh Balesman adalah menyangkut aturan yang ada seperti PMK Nomor 93PMK.062010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan PMK 176PMK.062010 tentang Balai Lelang masih belum membuka ruang bagi Balai Lelang Swasta dalam melaksanakan lelang eksekusi hak tanggungan, padahal jika dilihat dari aturan menyangkut Balai Lelang untuk pertama sekali dalam KMK Nomor 47KMK.011996 tentang Balai Lelang dalam konsiderannya Balai Lelang adalah perlu didirikan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat, khususnya dunia usaha untuk menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang penjualan barang secara lelang. a. Beberapa ketentuan mengenai balai lelang swasta yang terkesan membatasi kegiatan Balai Lelang Swasta adalah : Universitas Sumatera Utara 1 Ketentuan Pasal 15 ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 176PMK.062010 tentang Balai Lelang menyebutkan: 1 Balai Lelang selaku kuasa pemilik barang dapat bertindak sebagai pemohon lelang atau Penjual hanya untuk jenis Lelang Noneksekusi Sukarela, yaitu: a Lelang Barang Milik BUMND berbentuk Persero; b Lelang harta milik bank dalam likuidasi, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; c Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan; d Lelang barang milik swasta, perorangan atau badan hukumbadan usaha. 2 Dalam pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Balai Lelang mengajukan permohonan lelang kepada Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II. Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa kewenangan yang dimiliki Balai Lelang Swastadalam lelang terhadap benda-benda yang diikat dengan Hak Tanggungansangatlah kecil. Balai Lelang Swasta hanya diperkenankan oleh perundang-undangan untuk melakukan lelang dengan jenis noneksekusi sukarela, sedangkan untuk lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib, Balai Lelang Swasta secara tegas dilarang oleh perundang-undangan menangani hal tersebut. Tidak hanya sampai di situ, pelaksanaan lelang noneksekusi sukarela tersebut, Balai Lelang Swasta juga harus mengajukan permohonan lelang kepada Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II dan pada saat pelaksanaan lelang nantinya harus dilakukan di hadapan Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II tersebut. 2 Bunyi pasal 16 juga mempertegas kegiatan usaha Balai Lelang Swasta untuk semua jenis lelang terbatas pada pemberian jasa pra lelang dan pasca Universitas Sumatera Utara lelangBerdasarkan atas hal tersebut, dapat diketahui bahwa peran Balai Lelang Swasta tidak lebih hanya sebagai mediator dalam pelaksanaan lelang. b. Tidak adanya aturan yang memberikan wewenang kepada Balai Lelang Swasta untuk melakukan penelitian terhadap kebenaran formal dan materil dari objek lelang yang nantinya akan disampaikan kepada calon Pembeli lelang, hal ini diperlukan guna perlindungan kepada Pembeli yang beriktikad baik serta membantu pihak KPKNL sebagai penyaringan awal dari penelitian kelengkapan dokumen objek lelang. c. Kreditur Tidak Melakukan PengikatanHak Tanggungan dengan Sempurna. Dalam praktik pengikatan jaminanHak Tanggungan, ternyata masih dijumpaikreditur yang tidak melakukan pengikatanjaminan Hak Tanggungan dengan sempurna.Kreditur hanya meminta SKMHT sajadari debitur dan tidak membuat APHT kenotarisPPAT serta tidak mendaftarkannyake Kantor Pertanahan untuk mendapatkansertifikat Hak Tanggungan. Pengikatan Hak Tanggungan hanya akan dilakukan apabiladebitur menunjukkan tanda-tanda akanmelakukan wanprestasi. 81 81 Linda Sugiarti S.Kom,Wawancara, PT. Balai Lelang Sukses Mandiri, Medan, tanggal 6 Agustus 2012 Keadaan ini berkonsekuensi proses lelang akan menjadi terkendala, kerena Lelang Eksekusi Hak Tanggungan hanya bisa dilakukan apabila terhadap objek agunan debitur tersebut sudah dipasang hak tanggungan. Universitas Sumatera Utara d. Munculnya gugatan dari pihak ketiga selain debitur atau istrisuaminya secara hukum mengakibatkan terhadap objek agunan debitur tidak dapat dilaksanakan lelang eksekusi hak tanggungan. Sejak tahun 2010 hingga tahun 2012, PT. Balai Lelang Sukses Mandiri telah menangani 143 seratus empat puluh tiga objek agunan debitur dari berbagai bank di Sumatera Utara, dari objek-objek agunan debitur yang ditangani terdapat 37 tiga puluh tujuh objek lelang telah laku terjual melalui lelang, sedang 30 tiga puluh Debitur melakukan pembayaran. 82 Berbagai upaya hukum yang dilakukan oleh Debitur yang objek agunannya telah dan akan dilelang, sebenarnya adalah upaya yang dilakukan oleh Debitur agar tetap melakukan pengusaan terhadap objek agunan yang telah dan akan dilakukan oleh lelang eksekusi hak tanggungan. Kondisi yang menunjukkan banyaknya debitur melakukan pembayaran disebabkan kondisi Debitur yang takut jika objek agunannya dilakukan pelelangan. Namun begitu terdapat juga gugatan yang dilakukan oleh Debitur kepada Bank dan Balesman sebanyak 4 empat kasus. 83

2. Hambatan Sosiologis