kesempatan kepada swasta dunia usaha untuk menyelengarakan usaha dibidang jasa lelang, disamping juga untuk mendayagunakan lelang sebagai suatu bentuk kegiatan
perekonomian yang bersifat terbuka dan objektif sehingga diharapkan dapat mewujudkan harga yang wajar. Begitupun, berbagai peraturan tentang balai lelang,
hingga yang terakhir dikeluarkan diatas, tetap saja masih membatasi ruang Balai Lelang khusus terhadap lelang sukarela. Dalam perkembangannya, Balai lelang
swasta lebih banyak mengurusi tahap pra lelang, dan hanya sebagai “panitia” untuk pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan.
2. Alasan Diperlukannya Balai Lelang Swasta
Sejarah kelembagaan lelang sudah cukup lama dikenal di Indonesia. Peraturan Lelang Vendureglement yang sampai saat ini masih berlaku merupakan bentukan
pemerintah Hindia Belanda. Peraturan dimaksud tepatnya mulai diundangkan pada tanggal 1 April 1908.Untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat atau
perkembangan ekonomi, Pemerintah terus berupaya melakukan terobosan atau deregulasi dalam bidang lelang. Deregulasi dimaksud, antara lain i
dimungkinkannya Balai Lelang Swasta terlibat dalam kegiatan lelang; ii diperkenalkannya Pejabat Lelang Kelas II; serta iii terbukanya kesempatan bagi
para kreditur untuk melakukan lelang langsung direct auction tanpa harus melibatkan pengadilan negeri.
41
41
“Peraturan Lelang Vendureglement dan Kewenangan Notaris Membuat Risalah Lelang”,http:mkn-unsri.blogspot.com201002peraturan-lelang-vendureglement-dan.html. Diakses
tanggal 3 Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara
Pejabat Lelang Kelas II dimaksud berasal dari kalangan swasta. Pejabat lelang ini berwenang menerbitkan risalah lelang, namun hanya dalam lelang yang bersifat
sukarela voluntary auction. Kemudian, lelang eksekusi langsung adalah kewenangan yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan dan UU No. 42 Tahun 1992 tentang Jaminan Fidusia. Dalam lelang jenis ini, Balai Lelang bertindak sebagai partner pelaksana dari kreditur.
42
3. Kedudukan Hukum Balai Lelang Swasta
Ketiga contoh terobosan dan deregulasi di atas memberikan ruang yang semakin terbuka dan opsi yang semakin beragam bagi masyarakat. Untuk itulah Balai
Lelang Swasta hadir di tengah masyarakat, khususnya kalangan usaha sebagai mitra baik dalam melakukan lelang sukarela maupun eksekusi.
Balai lelang dalam melaksanakan penjualan lelang secaraumum berdasarkan persetujuan dan kuasa yangdiberikan oleh pemilik barang. Apabila barang-
barangyang dimaksud merupakan barang jaminan dari kreditmacet bank-bank swasta, maka persetujuan dan kuasa akandiperoleh dari lembaga tersebut. Atas dasar
persetujuan dankuasa yang dimiliki tersebut, balai lelang akan melangkah lebihlanjut
ketingkat persiapan penjualan lelang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 176PMK.062010 Pasal 15 yang menyatakan :
1 Balai Lelang selaku kuasa pemilik barang dapat bertindak sebagaipemohon lelang
atau Penjual hanya untuk jenis LelangNoneksekusi Sukarela, yaitu:
42
Ibid
Universitas Sumatera Utara
a. Lelang Barang Milik BUMND berbentuk Persero;
b. Lelang harta milik bank dalam likuidasi, kecuali ditentukan lainoleh peraturan
perundang-undangan; c.
Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan; d.
Lelang barang milik swasta, perorangan atau badanhukumbadan usaha.
2
Dalam pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat 1,Balai Lelang mengajukan permohonan lelang kepada KepalaKPKNL atau Pejabat Lelang
Kelas II
Ketentuan ini selanjutnya ditegaskan dalam pasal 16 yang menyebutkan bahwa Balai
Lelang memiliki kegiatan usaha jasa pra lelang dan pasca lelang untuk semua jenis lelang.Atasdasar hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa balai lelangadalah
sebagai kuasa pihak pemilik hanya untuk lelang non eksekusi sukarela, sedang untuk lelang eksekusi, pelaksanaan lelangnya tetap dilakukan oleh KPKNL.
Dalam pelaksanaan lelang tersebut balai lelangbertanggung jawab atas:
43
a. Pembayaran harga lelang kepada pemilik barang,menyerahkan barang yang
dilelang, berikut dokumen terkaitkepada pemenang lelang; b.
Bertanggung jawab pula atas kerugian atau tuntutan yangtimbul akibat kesalahan dan kelalaian dalammenyelenggarakan lelang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176PMK.062010, maka terdapat kewajiban-kewajiban balai lelang sejak perizinan sebagaimana diatur dalam
pasal 4, pindah alamat atau kedudukan dalam pasal 5 dan 6, kewajiban memberitahukan kantor perwakilan, memberitahukan perubahan kepemilikan saham
pasal 11, kewajiban membuat buku, catatan dan dokumen terkait kegiatan usahanya. Selanjutnya dalam rangka pengawasan dan pembinaan dilakukan oleh Direktur
43
I Made Soewandi, Op. cit, 44.
Universitas Sumatera Utara
Jenderal Kekayaan Negara, dan khusus untuk pengawasan secara langsung diserahkan kepada Kepala Kantor Wilayah tempat kedudukan Balai Lelang berada
pasal 27 ayat 1 . Seperti yang telah disebutkan diatas, dalam ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan ini juga terdapat penegasan bahwa balai lelang swasta hanya memiliki kegiatan usaha yang meliputi kegiatan jasa sebelum dan sesudah pelaksanaan lelang.
Hal ini disebutkan dalam pasal 16 yang menyebutkan “ Kegiatan usaha Balai Lelang meliputi kegiatan jasa pra lelang dan jasa pasca lelang untuk semua jenis
lelang”.
44
B. Peranan Balai Lelang Swasta dalam Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan
Ketentuan ini tentunya sangat berbeda dengan terdapatnya pihak kreditur, terutama bank yang menyerahkan objek jaminan hutang debitur yang telah diikat oleh
hak tanggungan kepada balai lelang swasta.
Sebagaimana pengertian Balai Lelang Swasta dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 176 PMK.062010 tentang Balai Lelang, maka Balai Lelang haruslah Badan Hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan Terbatas PT yang ketika didirikan
khusus untuk melakukan kegiatan usaha di bidang jasa pelelangan, namun pada kenyataannya, tidak semua jenis lelang bisa dilaksanakan oleh Balai Lelang secara
langsung, dalam Lelang eksekusi Hak Tanggungan, Balai lelang lebih bersifat seperti perantara antara Kreditur Bank dengan Kantor Lelang Negara. Kondisi inilah disebabkan
44
Peraturan Menteri Keuangan No. 176PMK.062010 tentang Balai Lelang, Pasal 16.
Universitas Sumatera Utara
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176PMK.062010 tentang Balai Lelang tersebut diatas menekankan peranan Balai Lelang swasta dalam pelaksanaan lelang pada
tahap pra lelang.
1. Tahap Pra Lelang