Hambatan Sosiologis Peranan Balai Lelang Swasta pada Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan dalam penyelesaian Kredit Macet (Studi Kasus pada PT. Balai Lelang Sukses Mandiri)

d. Munculnya gugatan dari pihak ketiga selain debitur atau istrisuaminya secara hukum mengakibatkan terhadap objek agunan debitur tidak dapat dilaksanakan lelang eksekusi hak tanggungan. Sejak tahun 2010 hingga tahun 2012, PT. Balai Lelang Sukses Mandiri telah menangani 143 seratus empat puluh tiga objek agunan debitur dari berbagai bank di Sumatera Utara, dari objek-objek agunan debitur yang ditangani terdapat 37 tiga puluh tujuh objek lelang telah laku terjual melalui lelang, sedang 30 tiga puluh Debitur melakukan pembayaran. 82 Berbagai upaya hukum yang dilakukan oleh Debitur yang objek agunannya telah dan akan dilelang, sebenarnya adalah upaya yang dilakukan oleh Debitur agar tetap melakukan pengusaan terhadap objek agunan yang telah dan akan dilakukan oleh lelang eksekusi hak tanggungan. Kondisi yang menunjukkan banyaknya debitur melakukan pembayaran disebabkan kondisi Debitur yang takut jika objek agunannya dilakukan pelelangan. Namun begitu terdapat juga gugatan yang dilakukan oleh Debitur kepada Bank dan Balesman sebanyak 4 empat kasus. 83

2. Hambatan Sosiologis

Adapun hambatan sosiologis yang dijumpai dalam pelaksanaan lelang, yiatu : a. Disebabkan bidang kegiatan Balai Lelang semenjak berdirinya Balai Lelang Swasta pada akhir tahun 1996, tepatnya pada tanggal 31 Desember 1996, 82 Ibid 83 Ibid. Universitas Sumatera Utara jumlah penyelesaian kredit bermasalah dengan mempergunakan jasa Balai Lelang Swasta dapat dikatakan kecil, selain merupakan sebuah lembaga yang masih baru di masyarakat sehingga belum diketahui aktivitasnya secara jelas, sering debitur sendiri tidak rela jika benda jaminannya dijual secara lelang melalui Balai Lelang Swasta dengan alasan nama baik debitur. Kreditur sendiri kadang juga enggan untuk melaksanakan penjualan secara lelang benda jaminan, karena ada cara lain untuk mengatasi kredit bermasalah, yaitu dengan program khusus yang tidak mempermalukan debitur. b. Ketidaksesuaian Pendapat tentangHarga Lelang antara Debitur denganPejabat Lelang. Faktor lain yang menjadi penghambateksekusi Hak Tanggungan yaitu adanya ketidaksesuaianpendapat antara debitur dengan Pejabat Lelang Kelas II mengenaiharga lelang yang telah terbentuk. Di satusisi debitur merasa harga yangtelah disepakati dalam pelaksanaan lelangterlalu rendah bahkan jauh di bawah hargapasar, tetapi di sisi lain Pejabat Lelangmerasa telah menjalankan tugasnya denganbaik dan terbuka. Selain itu penentuan hargabukan merupakan kewenangan KPKNL Pejabat Lelang Kelas II,tetapi sudah ditentukan dari pihak krediturselaku pemohon lelang. Ketidaksesuaianpendapat ini biasanya menyebabkan debiturmengajukan keberatan dan obyek Hak Tanggungan tidak dapat segera dieksekusi. c. Pengosongan Obyek Hak TanggunganTidak Berjalan dengan Efektif Universitas Sumatera Utara Undang-undang Hak Tanggunganmemberi kemungkinan pada para pihakuntuk membuat janji-janji dalam APHT,diantaranya janji untuk melakukan pengosonganobyek Hak Tanggungan saat debiturwanprestasi. Kenyataannya saat dilakukaneksekusi janji ini tidak berjalan dengan baik.Banyak kasus pada saat akan dieksekusiobyek Hak Tanggungan belum dikosongkan,sementara KPKNL tidak mempunyaiwewenang untuk melakukan pengosongantersebut, karena menurut HIR kewenanganpengosongan ada pada Pengadilan Negeri. 84

B. Upaya Mengatasi Hambatan

Kondisi debitur yang tidak mau melakukan pengosongan objek hak tanggungan yang telah terjual kepada pemenang lelang, tentu sangat merugikan pemenang lelang.

1. Upaya Mengatasi Hambatan Yuridis