aktivitas, seperti mendai, mencatat, membuat sketsa. Keenam bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar, dan ketujuh siswa dapat
mengatur tempo belajar secara pribadi. Pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar
tematik adalah semua bahan, sumber belajar, dan materi pembelajaran yang digunakan guru untuk mendukung pembelajaran. Melalui penggunakan bahan ajar
diharapkan semua tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.1.6.4. Lembar Kerja Siswa LKS
Lembar Kerja Siswa LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar secara
mandiri. Melalui isi yang terdapat dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Penggunaan LKS akan
membantu siswa menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan Prastowo, 2014: 269.
Berdasarkan penjelasan Prastowo, dapat kita ketahui bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran. Tugas pembelajaran tersebut harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis atau praktis
yang harus mengacu pada Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa. Penggunaan LKS menjadi pelengkap sumber belajar lain.
2.1.7. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di Indonesia sudah menjadi tradisi sejak dahulu melalui pembentukan kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan
situasi yang dialami oleh para pendidik pada zaman itu Koesoema, 2007: 44. Pendidikan Pendidikan karakter adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk
mendidik anak-anak agar mampu mengambil segala keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kemampuan tersebut
anak dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya Kesuma, 2011: 4.
Hal yang hampir serupa diungkapan oleh Listyarti 2012: 3 yang mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya pembimbingan perilaku
anak agar mengetahui, mencintai, dan melakukan segala kebaikan. Fokusnya pada tujuan-tujuan etika melalui proses apresiasi dan pembiasaan. Berbeda dengan
pendapat Listiyarti, menurut Zubaedi 2011: 17 pendidikan karakter adalah segala usaha yang dilakukan secara sadar atau sengaja untuk mewujudkan suatu
kebajikan. Bedasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter mempunyai merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
mendidik anak agar mampu dengan bijak mengambil keputusan, mengolah perasaan yang secara sadar atau sengaja untuk mewujudkan suatu kebaikan.
Listyarti 2012: 5-12 menjelaskan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter, khususnya karakter kebangsaan, yaitu: religius, jujur,
toleransi, kreatif, madiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, atau komunikatif, cinta damai, gemar