Permainan Tradisional Cublak-Cublak Suweng

2.1.8.3. Permainan Tradisional Cublak-Cublak Suweng

Permainan dinamakan cublak –cublak suweng dimungkinkan karena pada mulanya yang dicublek –cublek ditonjok-tonjokkan adalah suweng subang yang terbuat dari tanduk biasa disebut uwer Dharnamulya, 2005: 57. Permainan cublak –cublak suweng dapat dimainkan pada sore dan malam hari dengan mengambil tempat di teras rumah. Cublak –cublak suweng permainan yang bersifat rekreatif, mendidik anak menjadi tidak pemalu, berani, aktif mengambil prakarsa serta mudah bergaul Dharmamulya, 2005: 57. Pemain cublak-cublak suweng berkisar antara 5 –7 anak dengan umur sekitar 6-14 tahun. Bagi yang masih berumur 6 –9 tahun adalah masa belajar permainan tersebut, sedangkan bagi yang berumur 10 –14 tahun adalah melatih adik-adiknya yang masih kecil. Permainan cublak-cublak suweng dapat dimainkan baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Permainan cublak –cublak suweng memerlukan perlengkapan sebuah suweng subang tanduk yang uwer. Bila benda ini sulit didapatkan, maka diganti dengan kerikil, biji –bijian, atau apa saja yang besarnya mendekati subang. Selain subang permainan ini disertai juga sebuah lagu pengiring. Lagu cublak –cublak suweng dinyanyikan para pemain sewaktu permainan berlangsung. Syair lagu cublak –cublak suweng sebagai berikut Irene, 2013: 39 Cublak-cublak Suweng Suwenge ting gelenter Mambu ketundhung gudel Pak gempong lera lere Sopo ngguyu ndelikake Sir sir pong dhele gosong Sir sir pong dhele gosong Cara permainan cublak-cublak suweng sebagai berikut MJA, Irene, 2013: 39-40: 1 anak-anak membentuk kelompok yang terdiri dari 4-6 anak. 2 setelah terbentuk kelompok bermain, anak melakukan hompimpah dan pingsut sampai menukan pemain jadi. 3 anak yang kalah dalam pingsut menjadi pemain dadi dan telungkup atau sujud dengan dikelilingi pemain lain yang duduk. 4 pemain yang lain membuka telapak tangan diatas punggung teman yang telungkup sambi menyanyikan “Cublak-cublak Suweng”. 5 salah satu anak memegang batu dan mememindahkan batu di atas telapak tangan teman yang lain secara bergantian. 6 ketika lagu selesai dinyanyikan, batu diletakkan diatas telapak tangan salah satu anak. 7 anak yang lain juga melakukan hal yang sama seolah-olah menggenggam batu dengan tujuan untuk mengecoh teman yang jadi. Semua anak yang menggenggam sambil menggoyang-goyangkan tangan pada saat menyanyikan syair “sir pong dhele gosong.. sir pong dhele gosong..”. 8 Anak yang telungkup bangun dan menebak di tangan siapakah batu tersebut tersimpan. 9 jika tebaannya tepat maka anak yang tertebak menyembunyikan batu bergantian menjadi pemain jadi, jika tebakannya salah maka anak yang jadi kembali lagi menjadi pemain jadi. 10 lakukan permainan cublak-cublak suweng dari awal lagi.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

Bagain hasil penelitian yang relevan, peneliti akan paparkan penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Peneliti menguraikan dalam tiga bagian, diantaranya: dua penelitian yang relevan dengan perangkat pembelajaran; satu penelitian yang relevan dengan permainan; dan dua penelitian yang relevan dengan perminan tradisional. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Rizal 2011 melalui pengembangan perangkat pembelajaran estimasi berhitung di Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuam untuk mendiskripsikan pengembangan perangkat pembelajaran matematika SD yang menggunakan estimasi berhitung. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode pengembangan Dick dan Carey yang dimodifikasi menjadi 1 analisis kebutuhan, 2 persiapan pengembangan bahan ajar, 3 pengembangan bahan ajar, 4 pengujian, evaluasi, dan revisi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan kelas V Sekolah Dasar. Penelitian ini menghasilkan Rencana Pembelajaran yang dibuat minimal memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar; LKS yang dibuat harus memperhatikan kesesuaian dengan RPP dan Buku ajar yang dibuat mengacu pada standar buku ajar yang ditentukan oleh puskur yakni memperhatikan organisasi materi: Keruntunan, Sistematika materi dan Kesesuaian dengan alokasi waktu. Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP yang disusun berdasarkan kebutuhan lapangan.