Permainan Tradisional Jamuran Permainan Tradisional

permainan kuda debog antara lain: nilai ketangkasan, kebersamaan, kesehatan, pendidikan dan nilai hiburan baik bagi pemain maupun teman yang menyaksikan Sujarno, 2013: 127.

2.1.8.2. Permainan Tradisional Jamuran

Jamuran adalah permainan anak-anak dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jamuran tidak diketahui secara pasti asal usul permainan tersebut, namun menurut Dhrmamulya 2005: 83 kata jamuran berasal dari kata jamur yang berarti cendawan dan mendapat akhiran –an. Jamur adalah tanaman berbentuk bulat, maka permainan jamuran menggambarkan bentuk jamur yang bulat tersebut kedalam bentuk lingkaran Sujaro, 2013: 109. Permainan jamuran sering dilakukan pada sore hingga malam hari. Pada saat listrik belum masuk ke desa –desa dan hiburan malam belum semarak seperti saat ini. Pada saat bulan purnama memancarkan cahaya, anak –anak memainkan permainan jamuran berkumpul di sebuah halaman yang luas. Permainan jamuran memerlukan tempat yang luas agar anak dapat dengan leluasa bergerak, berlari, dan berputar –putar. Peralatan yang digunakan dalam permainan jamuran tidak ada kecuali sebidang tanah yang luas sebagai ruang gerak anak dalam bermain Mulyani, 2013: 63. Permainan jamuran memiliki lagu pengiring yang dinyanyikan oleh semua pemain. Lagu jamuran dinyanyikan sekali setiap putaran. Pemain membentuk lingkaran bergerak berputar sambil menyanyi lagu jamuran dengan syair sebagai berikut Dharmamulya, 2005: 83: Jamuran ya ge ge thok Jamur apa, ya ge ge thok Jamur gajih mblejijih sakara-ara Semprat semprit jamur apa? Jumlah permain dalam permainan jamuran tidak dibatasi, namun biasanya berkisar antar 4-12 anak. Batasan umur untuk permainan jamuran juga tidak mengikat, namun idealnya berusia antara 6-13 tahun. Permainan jamuran dapat dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan Dharmamulya, 2005: 83. Permainan jamuran mempunyai aturan dasar dalam jalannya permainan, jalannya permainan terbagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1 permainan dimulai dari seorang anak mengajak teman-temannya untuk bermain jamuran, anak selanjutnya melakukan hompimpah. Hompimpah dilakukan lebih dari dua orang, apabila peserta tinggal 2 maka dilakukan pingsut untuk menentukan anak yang menjadi pemain “jadi”; 2 semua anak yang menang berjalan bergandengan tangan mengelilingi pemain jadi sambil menyanyikan lagu jamuran; 3 bersamaan dengan berakhirnya menyanyikan lagu jamuran berhenti pula langkah anak –anak dalam mengelilingi pemain jadi. Kemudian pemain “jadi” segera memberkikan jawaban yang diajukan semua pemain di akhir kalimat lagu jamuran; 4 setelah mendengar jawaban dari pemain jadi, semua peserta kecuali pemain jadi segera membubarkan diri memenuhi jawaban pemain jadi namun masih dalam arena permainan tersebut;5 apabila ada satu anak yang tidak memenuhi jawaban yang diiginkan oleh pemain jadi maka pemain tersebut menggantikan pemain jadi Sujarno, 2013: 113. Beberapa contoh dan kemungkinan jawaban yang akan disebutkan oleh pemain jadi dalam permainan jamuran diantaranya: 1 Jamur kethek menek: anak –anak yang mengitari pemain jadi segera berlari mencari pohon atau tiang apa saja yang dapat dipanjat sehingga kaki tidak menyentuh tanah. Bila anak tidak mendapat tempat untuk memanjat maka anak tersebut menggantikan pemain jadi Dharmamulya, 2005: 85. 2 Jamur let uwong: anak-anak yang mengitari pemain jadi segera mencari teman untuk berpelukan sambil membentu kelompok yang masing –masing terdiri dari 2 orang. Pemain jadi mencari teman yang pelukannya lemah lalu berusaha untuk memisahkan dari kelompok tersebut Dharmamulya, 2005: 84. 3 Jamur gagak: apabila pemain jadi mengatakan jamur gagak maka para pemain segera berlari –lari dengan merentangkan tangan sambil mengucapkan gaok-gaok menirukan suara burung gagak. Pemain jadi segera mengejarnya. Pemain yang dikejar dan hampir tertangkap harus segera jongkok sehingga pemain jadi tidak dapat menangkapnya. Pemain jadi mencari pemain lain untuk ditangkap, apa bila pemain jadi tidak menemukan maka pemain jadi tetap pada posisi awal Dharmamulya, 2005: 85. 4 Jamur emprit mencok: setelah pemain jadi mengatakan jamur emprit maka para pemain segera jongkok seperti emprit yang hinggap. Ketika pemain jadi datang akan menangkap para pemain yang jongko segera lari menghidari pemain jadi sampai pemain jadi menangkap salah satu pemain. Apabila pemain tidak dapat menangkap pemain lain maka pemain jadi kembali jadi untuk permainan selanjutnya Sujarno, 2013: 115. 5Jamur monyet: anak segera melepaskan tangannya dan segera membuat gerakan –gerakan menyerupai seekor monyet. Gerakan tersebut diantaranya memanjat pohon, meloncat-loncat, dan ada yang pura-pura duduk mencari kutu di kepala temannya Sujarno, 2013: 116.

2.1.8.3. Permainan Tradisional Cublak-Cublak Suweng