1
BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab 1 membahas delapan bagian dari pendahuluan penelitian ini, yaitu: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional. Bagian
– bagian tersebut diuraikan sebagai berikut.
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran yang penting bagi manusia sebagai upaya yang dapat mempercepat perkembangan potensi manusia. Peran pendidikan dapat
mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia Makmun, 2007: 6. Praktik dalam pendidikan diarahkan pada
pencapaian tujuan tertentu. Pendidikan bertujuan menguasai pengetahuan, pengembangan kepribadian, kemampuan sosial, ataupun kemampuan dalam
bekerja. Pencapaian tujuan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan- kemampuan tersebut membutuhkan metode penyampaian serta alat-alat bantu.
Menilai hasil dan proses pendidikan juga memerlukan cara-cara dan alat penilaian. Tujuan, bahan ajar, metode, alat, dan penilaian merupakan komponen
utama dalam kurikulum. Kurikulum dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta
pedoman pelaksanaan bagi semua jenjang pendidikan Sitepu, 2012: 57. Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan sistem kurikulum
dalam penyelenggaraan
pendidikan. Tahun
2013 pemerintah
mencanangkan Kurikulum 2013 sebagai langkah lanjutan dari pengembangan KTSP 2006.
Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi. Kurikulum 2013 sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan siswa menjadi: 1
manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2 manusia terdidik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan 3 warga Negara yang demokratis, bertanggung jawab Kemendikbud, 2014: 2.
Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan akan mengatasi tantangan masa depan dan fenomena negatif di masyarakat sebagai perilaku yang ditunjukkan
oleh generasi muda yang jauh dari akhlak mulia, perkelahian antar pelajar, korupsi, narkoba, kecurangan ujian, dan gejolak masyarakat lainnya Fadlillah,
2014: 17. Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan tematik integratif dan saintifik
sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar Kemendikbud, 2014: 16. Pendekatan tematik integratif mempunyai ciri
berpusat pada anak; memberikan pengalaman langsung kepada anak; dan muatan pembelajaran menyatu dalam satu pemahaman kegiatan pembelajaran.
Pendekatan tematik integratif menyajikan konsep dari berbagai pembelajaran dalam satu proses pembelajaran saling terkait antar muatan pembelajaran satu
dengan yang lain. Penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran mempunyai alasan bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Proses pembelajaran dapat dipandang
menjadi suatu proses ilmiah. Pendekatak saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Kemendikbud, 2014: 18. Pencanangan pemerintah terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 tidak serta
merta berjalan dengan baik. Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia FSGI Retno Listyarti menyatakan dari hasil pemantauan implementasi Kurikulum 2013
bersama jaringan organisasi guru di daerah mulai 14 Juli-8 September di 46 kabupatenkota dari 21 provinsi, ada lima masalah krusial. Pertama, persoalan
distribusi buku guru serta buku siswa yang terlambat diterima di sekolah. Kedua, dana bantuan operasional sekolah BOS yang tak mencukupi untuk membeli
buku kurikulum. Ketiga, isi buku kurikulum bermasalah. Keempat, pencetakan buku yang mundur serta tidak mampu memenuhi pesanan. Terakhir pelatihan
guru yang tidak efektif. Media Indonesia Kamis, 11 September 2014. Analisis masalah yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan
wawancara dengan Guru kelas I di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta. Peneliti memilih guru kelas 1 karena pada saat melaksanakan kegiatan PPL banyak guru
kelas 1 bertanya kepada peneliti mengenai kurikulum 2013. Banyaknya pertanyaan dari guru kelas I sehingga peneliti tertarik untuk mendalami masalah
pada guru kelas I. Lima sekolah dasar dipilih melalui Focus Group Discussion FGD. Kelima sekolah dasar tersebut adalah SDN SB, SDN J, SDN N, SDK G,
dan SDK BJB yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih ada beberapa kendala yang dihadapi guru dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kendala yang dihadapi guru dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1. Hasil Identifikasi lapangan Guru
SDN N SDK G
SDN J SDN S B
SDK B J B
4 Guru kelas I meminta tolong
dibuatkan RPPH
Keterlambatan distribusi buku
menjadi kendala bagi guru dalam
melaksanakan KBM
3 dari 8 guru kelas I kelas
belum bisa membuat RPPH
kurikulum 2013, masih terpaku
dengan RPPH KTSP
Guru kelas I tidak bisa
membuat RPPH Guru Kelas I
mengalami kesulitan dalam
menyusun rubrik penilaian
RPPH
Tabel 1.1 menunjukkan kendala yang dihadapi kelima guru kelas I di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta masih kesulitan dalam menerapkan pembelajaran
tematik dengan mengacu Kurikulum 2013. Kesulitan guru terutama pada proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian RPPH. Padahal
permendikbud No. 81A Tahun 2013 lampiran IV tentang implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran Kemdikbud, 2013: 37. Tahap pertama dalam
pembelajaran menurut standar proses adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian RPPH. RPPH dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema
mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar KD. Guru juga merasa model pembelajaran
yang diterapkan belum sesuai dengan keinginan peserta didik. Kelima guru yang diwawancara oleh peneliti mengatakan bahwa sosialisasi tentang Kurikulum 2013
dirasa masih kurang sehingga guru masih banyak yang mengalami kebingungan. Kebingungan yang dialami ini bahkan membuat guru di SD N J belum mampu
menyusun RPPH kurikulum 2013 ketika mengajar. Guru masih terpaku dengan model penyusunan RPPH KTSP.
Analisis masalah yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya dilakukan dengan wawancara Guru kelas I, peneliti juga melakukan analisis dengan mewawancarai
siswa kelas 1 di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta. Hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2. Hasil Identifikasi lapangan Siswa
SDN N SDK G
SDN J SDN S B
SDK B J B
4 siswa kelas I mengalami
kebosanan ketika
pembelajaran di kelas
Siswa kelas I merasa lelah bila
belajar terus Siswa kelas I
menginginkan kegiatan
bermain, tidak hanya belajar di
kelas. Siswa kelas I
bosan belajar melalui
penugasan Siswa kelas I
senang belajar menggunakan
gambar, menempel
– nempel dll.
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa siswa merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran, siswa juga mengatakan bahwa ia ingin belajar sambil bermain,
sedangkan guru belum dapat mengakomodasi pembelajaran dengan keinginan siswa. Peneliti juga menemukan bahwa dalam proses belajar mengajar di dalam
kelas guru relatif menjadi pusat dan sumber pembelajaran. Hal tersebut peneliti temukan saat melakukan wawancara dengan siswa kelas 1 yang berada di lima
sekolah dasar di Yogyakarta. Padahal Rasionalisasi pengembangan Kurikulum 2013 mempunyai tujuan untuk menyempurnakan pola pikir dari berpusat pada
guru menjadi berpusat kepada siswa, dari satu arah menjadi interaktif, dari pasif menuju interaktif seperti yang diungkapkan pada buku materi pelatihan guru
implementasi Kurikulum 2013 Kemendikbud, 2014: 2.
Pengembangan kurikulum 2013 mengharapkkan guru merancang RPPH yang memposisikan dirinya menjadi fasilitator bukan menjadikan sebagai guru
satu-satunya sumber pengetahuan. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, RPPH adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemuan atau lebih. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPPH secara lengkap, sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa Kemendikbud, 2014: 106. Menyusun RPPH secara lengkap, interaktif,
dan menyenangkan serta memotivasi siswa kelas I SD untuk aktif dalam kegiatan dapat dilakukan melalui kegiatan bermain.
Bermain merupakan bagian amat penting dalam tumbuh kembang anak menjadi manusia yang seutuhnya. Bagi anak-anak kegiatan bermaian selalu
menyenangkan. Melalui kegiatan bermain, anak mampu mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial Prasetyono, 2008: 11. Perkembangan fisik
dapat dilihat saat bermain. Perkembangan intelektual dapat dilihat dari kemampuannya menggunakan atau memanfaatkan lingkungan. Perkembangan
emosi dapat dilihat dari anak merasa senang, sedih, marah, menang, dan kalah. Bermain tidak selamanya membutuhan peralatan dan media yang mahal.
Perkembangan sosial dapat dilihat dari hubungannya dengan teman sebayanya, menolong, dan memperhatikan kepentingan orang lain. Salah satu kegiatan
bermain yang tidak membutuhkan banyak biaya adalah bermain permainan tradisional.
Permainan Tradisional merupakan bentuk budaya suatu bangsa. Permainan tradisional bangsa Indonesia adalah bentuk budaya bangsa Indonesia yang
tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia. Permainan tradisional tersebut merupakan aktivitas bangsa yang menduduki tempat penting dalam kehidupan
masyarakat dan merupakan sumber daya yang amat besar serta mempunyai nilai dalam menanamkan sikap dan keterampilan Dharmamulya, 2005: 12. Permainan
tradisional merupakan wadah kegiatan masyarakat sebagai hiburan ataupun penyaluran kreativitas di waktu luang dan sebagai sarana sosialisasi. Melalui
permainan tradisional secara langsung pendidik telah menanamkan pendidikan karakter Sujarno, 2014: 145.
Pendidikan karakter adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mendidik anak agar mampu dengan bijak mengambil keputusan, mengolah perasaan yang
secara sadar atau sengaja untuk mewujudkan suatu kebaikan Listiyarti, 2012: 3. Listyarti 2012: 5-12 juga menjelaskan mengenai nilai-nilai yang terkandung
dalam pendidikan karakter, khususnya karakter kebangsaan, yaitu: religius, jujur, toleransi, kreatif, madiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Uraian permasalahan yang diungkapkan peneliti di atas mengindikasikan bahwa hal krusial yang dibutuhkan guru di lima SD di Yogyakarta adalah tentang
penyusunan perangkat pembelajaran harian RPPH berbasis permainan
tradisional. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian mengadakan penelitian dan pengembangan dengan judul ”Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian RPPH Berbasis Permainan Tradisional Kelas I SD pada Subtema Gemar Bernyanyi dan Menari”.
1.2. Identifikasi Masalah