kecemasan juga sering meliputi citra tentang bahaya. Pemikiran-pemikiran ini semua adalah masa depan dan semuanya memprediksi hasil yang buruh.
2. Aspek kepanikan Panik merupakan perasaan cemas atau takut yang ekstrem. Rasa panik terdiri atas
kombinasi emosi dan gejala fisik yang berbeda. Seringkali rasa panik ditandai dengan adanya perubahan sensasi fisik atau mental, dalam diri seseorang yang
menderita gangguan panik, terjadi lingkaran setan dan saat gejala-gejala fisik, emosi, dan pemikiran saling berinteraksi dan meningkat dengan cepat. Pemikiran
ini menimbulkan ketakutan dan kecemasan serta merangsang keluarnya adrenalin. Pemikiran yang katastrofik dan reaksi fisik serta emosional yang lebih intens
yang terjadi bisa menimbulkan dihindarinya aktivitas atau situasi saat kepanikan telah terjadi sebelumnya.
2.4.9. Manajemen Kecemasan
Menurut Kaplan dan Sadock 1997, bahwa manajemen kecemasan terdiri atas 2 bagian yaitu:.
a. Manajemen Kecemasan dengan Penggunaan Obat Paps melakukan percobaan pengontrolan terhadap placebo yang
mengalami gangguan kecemasan meninggalkan beberapa keraguan, bahwa anti depressan yang paling baru efektif untuk gangguan kecemasan. Karena bekerja
lebih cepat dan memiliki efek samping yang lebih kecil daripada obat-obatan trycyclic dan inhibitors monoamine oxidase, sebagai permulaan, penulisan resep
obat kepada pasien-pasien kecemasan harus terus dilanjutkan. Akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
kebanyakan ahli klinis percaya bahwa hasil terbaik untuk gangguan kecemasan berasal dari kombinasi obat-obatan dengan satu atau lebih tipe psikoterapi.
b. Manajemen Kecemasan melalui Psikoterapi Salah satu metode yang efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan
adalah pemberian psikoterapi untuk kognitif dan tingkah laku. Walaupun terdapat banyak klaim yang menyatakan bahwa sulit untuk mengganti perawatan
psikologis dengan percobaan penyelidikan, ilmuwan telah mengembang kapasitas untuk menerapkan rancangan penelitian yang tepat termasuk randomisasi dan
penilaian buta untuk terapi tingkah laku-kognitif. Sebagaimana penjelasan yang disampaikan oleh Lawrence Welkowitz, hasilnya telah didokumentasikan bahwa
terapi tingkah laku kognitif itu efektif untuk mayoritas gangguan kecemasan.
2.4.10. Respon Kecemasan
Menurut Carnegie 2007 ada 2 respon kecemasan yaitu respon fisiologis dan respon psikologis terhadap kecemasan:
1. Respon Fisiologi terhadap Kecemasan a Kardiovaskuler
Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syok dan lain-lain.
b Respirasi Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
Universitas Sumatera Utara
c Kulit Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh,
rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal. d Gastro intestinal
Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
e Neuromuskuler Refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
kejang, wajah tegang, gerakan lambat. 2. Respon Psikologis terhadap Kecemasan
a Perilaku Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,
menghindar. b Kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, blocking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan,
khawatir yang berlebihan, objektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
c Afektif Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah
dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Blackburn dan Davidson 2004, membuat analisis fungsional gangguan kecemasan yang menjelaskan reaksi terhadap kecemasan. Analisis tersebut
digambarkan dalam Tabel 2.1. berikut:
Tabel 2.1. Analisis Gangguan Fungsional Kecemasan dari Blackburn dan Davidson
Simtom-simtom Psikologis Keterangan
Suasana hati Kecemasan, muda marah, perasaan sangat
tegang Motivasi
Khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri
sebagai sangat sensitif, tidak berdaya
Perilaku Gelisah, gugup, kewaspadaan berlebihan
Gejala biologis Gerakan otomatis meningkat:
berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut
kering
Sumber: Blackburn dan Davidson, 2004 2.4.11 Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan mengerahkan sumber koping di lingkungan, salah satu diantaranya adalah dengan dukungan sosial yang
dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan kecemasan dan mengadopsi strategi koping yang berhasil Stuart dan Sundeen, 2005.
Dari studi kepustakaan yang dibuat oleh Lewis pada tahun 1970, ditemukan bahwa istilah ansietas mulai diperbincangkan pada permulaan abad ke-20. Kata dasar
ansietas dalam bahasa Indo Jerman adalah ‘’angh’’ yang dalam bahasa latin berhubungan dengan kata ‘’angustus, ango, angor, anxius, ansietas, angina”.
Kesemuanya mengandung arti ‘’sempit” atau ‘’konstriksi” Idrus, 2006. Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah ‘’anxiety neurosis’’. Kata anxiety diambil dari kata
Universitas Sumatera Utara
‘’angst” yang berarti ‘’ketakutan yang tidak–perlu’’. Pada mulanya Freud mengartikan ansietas itu sebagai transformasi lepasnya ketegangan seksual yang
menumpuk melalui system saraf otonom dengan menggunakan saluran pernafasan. Kemudian ansietas ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir yang berasal
dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Akhirnya ansietas diartikan sebagai suatu respon terhadap situasi yang berbahaya. Ansietas merupakan pengalaman yang
bersifat subjektif, tidak menyenangkan, tidak menentu, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya, dan
seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik Idrus, 2006.
Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress yang dirasakan oleh banyak orang. Menurut Bellack Hersen 1988 kadang-kadang
kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup. Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang
berbeda-beda. hal tersebut mungkin saja terjadi karena individu merasa tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi hal yang mungkin menimpanya di
kemudian hari. Dalam teori Behavior dijelaskan bahwa kecemasan muncul melalui classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi kecemasan terhadap
hal-hal yang telah pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya Trismiati, 2004.
Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis misal gemetar, berkeringat, detak
Universitas Sumatera Utara
jantung meningkat dan psikologis misal panik, tegang, bingung, tidak bisa berkonsentrasi. Carlson 1992 menjelaskan kecemasan sebagai rasa takut dan
antisipasi terhadap nasib buruk di masa yang akan datang, kecemasan ini memiliki bayangan bahwa ada bahaya yang mengancam dalam suatu aktivitas dan obyek, yang
jika seseorang melihat gejala itu maka ia akan merasa cemas. Kecemasan merupakan respon emosional yang tidak menentu terhadap suatu obyek yang tidak jelas
pengalamannya Trismiati, 2004.
2.4.12. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecemasan