memasarkan kretek dengan merek Djarum yang ternyata sukses di pasaran. Setelah kebakaran hampir memusnahkan perusahaan
pada tahun 1963 Oei meninggal tak lama kemudian, Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya.
Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum
Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.
Saat ini Djarum dipimpin Budi Hartono dan Bambang Hartono, yang dua-duanya merupakan putra Oei.
E. Total Produksi Rokok di Indonesia
Produksi rokok secara nasional mempunyai tren meningkat setiap tahunnya. Total produksi rokok mencapai 341 miliar batang dengan nilai
rupiah yang bergulir di industri ini mencapai Rp 233 triliun. Nilai sebesar itu atau sekitar 15 persen dari total pendapatan negara per tahun tahun
2013, sebagian besarnya bergulir sebagai pendapatan masyarakat dari sektor hulu sampai hilir industri. Kementerian Peridustrian memasang
target optimistis untuk produksi rokok pada tahun ini sebanyak 358 miliar batang.
Direktur Industri Minuman dan Tembakau Kemenperin Faiz Ahmad mengatakan sejalan dengan kenaikan tarif cukai rokok rerata 8,7
pada tahun ini belum tentu akan menekan penjualan. Justru untuk memenuhi target setoran cukai pabrikan akan meningkatkan produksi.
Dalam dua sampai tiga bulan produksi turun itu biasa. Tapi rokok ini produk ketergantungan, jadi akan naik lagi.
Target penerimaan cukai rokok dalam RAPBN-P 2015 dipatok Rp136,12 triliun. Nilai ini naik sekitar Rp15,56 triliun dari patokan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN senilai Rp120,56 triliun. Untuk tarif cukai ditetapkan naik rerata 8,72 sesuai Peraturan
Menteri Keuangan PMK 205PMK.0112014. Total produksi sigaret sepanjang tahun lalu berkisar 344 miliar
– 345 miliar batang. Adapun selama 2013 produksi sekitar 342 miliar
batang, artinya terjadi peningkatan produksi sekitar 3 miliar batang. Target produksi tahun ini menunjukkan adanya tambahan 13 miliar batang
terhadap 2014. Jumlah itu diyakini Perindustrian tercapai meskipun ada kenaikan
target setoran cukai maupun tarif cukai sigaret itu sendiri. Kemenperin pun mengakui target 358 miliar batang bisa batal tercapai karena penjualan
tertekan akibat kenaikan harga eceran rokok sesuai peningkatan tarif cukai.
―Kenaikan tarif 8,72 itu sudah sesuai dengan inflasi, tetapi penambahan target setoran ini berat malah bisa-bis
a tidak tercapai,‖ tutur Faiz.
Memandang dari kaca mata pelaku usaha, Kemenperin menyarankan tidak ada penambahan target penerimaan cukai sigaret.
Pasalnya meskipun rokok adalah produk adiktif, tidak ada jaminan perokok aktif tak mengurangi konsumsi tatkala harga merangkak naik.
Perindustrian berharap sigaret kretek tangan SKT mampu mempertahankan pangsa pasar di kisaran 26 seperti tahun lalu. Adapun
market share mayoritas dipegang produk rokok kretek mesin sekitar 66, sedangkan sigaret putih mesin sekitar 6, selebihnya cerutu, rokok klobot,
dan lain-lain. Di tengah optimistis peningkatan produksi rokok, penjualan
berpotensi tertekan. Pada tahun lalu volume penjualan hanya tumbuh 2 terhadap periode 2013. Ada kenaikan cukai, produsen akan genjot dari
volume produksi meskipun tak tahu realisasi penjualan bagaimana.
68
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Karakteristik Responden
Tujuan dari analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk menganalisis data yang berhubungan dengan identitas responden yang meliputi usia, jenis
kelamin dan jumlah batang rokok per hari yang dikonsumsi responden.
a. Jenis Kelamin
Dalam klasifikasi ini jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kelompok, seperti yang tercantum pada tabel berikut ini :
Tabel V.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin
Jumlah Presentase
1. Perempuan
10 10
2. Laki-laki
90 90
Total 100
100 Sumber : Data Primer diperoleh, 2015
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah Laki-laki, dengan persentase Perempuan sebesar
10 dan Laki-laki sebesar 90 .