D. Industri Rokok Indonesia
1. PT. Sampoerna
Sampoerna didirikan pada tahun 1913 di Surabaya oleh Liem Seeng Tee dan istrinya Siem Tjiang Nio, imigran Tionghoa
dari Fujian, Tiongkok dengan nama Handel Maastchpaij Liem Seeng Tee yang kemudian berubah menjadi NV Handel
Maastchapij Sampoerna. Perusahaan ini meraih kesuksessan dengan merek Dji Sam
Soe pada tahun 1930-an hingga kedatangan Jepang pada tahun 1942 yang memporak-porandakan bisnis tersebut. Setelah masa
tersebut, putra
Liem, Aga
Sampoerna mengambil
alih kepemimpinan dan membangkitkan kembali perusahaan tersebut
dengan manajemen yang lebih modern. Nama perusahaan juga berubah seperti namanya yang sekarang ini. Selain itu, melihat
kepopuleran rokok cengkeh di Indonesia, dia memutuskan untuk hanya memproduksi rokok kretek saja.
Generasi berikutnya, Putera Sampoerna adalah generasi yang membawa PT. Sampoerna melangkah lebih jauh dengan
terobosan-terobosan yang dilakukannya, seperti perkenalan rokok bernikotin rendah, A Mild dan perluasan bisnis melalui
kepemilikan di perusahaan supermarket Alfa, dan untuk suatu saat, dalam bidang perbankan.
Pada tahun 2000, putra Putera, Michael, masuk ke jajaran direksi dan menjabat sebagai CEO. Pada Maret 2005, perusahaan
ini kemudian diakuisisi oleh Philip Morris.
2. PT. Gudang Garam Tbk.
PT. Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie. Disaat berumur sekitar dua puluh tahun, Ing Hwie
mendapat tawaran bekerja dari pamannya di pabrik rokok Cap 93. Pabrik rokok Cap 93 adalah salah satu pabrik rokok terkenal di
Jawa Timur pada waktu itu. Berkat kerja keras dan kerajinannya dia mendapatkan promosi dan akhirnya direktur di perusahaan itu.
Pada tahun 1956 Ing Hwie meninggalkan Cap 93. Dia membeli tanah di Kediri dan segera memulai memproduksi rokok,
diawali dengan memproduksi kretek dari klobot dibawah merk Inghwie. Setelah dua tahun berjalan Ing Hwie mengganti nama
perusahaannya menjadi Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam dan inilah awal dari segalanya
3. PT. Djarum