SPIRITUALITAS DOA SANTO DOMINIKUS

16 mungkin tanpa Kitab Suci sebaba di dalamnya diwartakan arti yang mendalam dari doa, yaitu karya komunikasi Allah dengan manusia. Dengan demikian doa sebenarnya ialah menghayati dan menhidupi sabda Kitab Suci dalam hubungan pribadi dengan Allah, yang diwujudkan manusia adalah kehendak Allah. Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa doa adalah perjumpaan secara pribadi antara Allah dengan manusia yang menjadi kekuatan bagi manusia untuk mengubah dan mengolah diri. Dalam perjumpaan tersebut terjadi komunikasi dan relasi diantara keduanya, karena komunikasi dan relasi ini merupakan hakikat dari doa. Sebagai pencipta, Allah selalu berusaha menyapa manusia terlebih dahulu dan mengajak manusia untuk selalu bersatu dengan-Nya. Sedangkan manusia mempunyai posisi sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah. Jika demikian, menurut penulis doa bukanlah suatu imajinasi yang berasal dari si pendoa sendiri melainkan suatu kerinduan yang terus menerus mengarahkan hati dalam kesatuan dengan karya penyelamatan Allah yang berkarya dalam diri Putera-Nya Yesus Kristus. Doa hanya dapat terjadi bila si pendoa mengandalkan gerakan Roh Allah untuk berkarya dalam dirinya, yang dapat membantunya memandang keagungan Allah. 17

3. SANTO DOMINIKUS

a. Keluarga dan masa kecil Dominikus

Orang tuanya adalah Donna Juana dan Don Felix de Guzman, yang merupakan keturunan dua keluarga bangsawan, keluarga Aza dan keluarga Guzman. Mereka keluarga yang saleh dan disegani Tugwel, 1995:4. Don Felix putera dari Rodrigues de Guzman, seorang bangsawan dari Spanyol dan Donna Juana merupakan puteri dari Garcia Garcies de Aza, seorang bangsawan dari Castilia. Dominikus memiliki dua saudara laki-laki, yakni Antonio dan Mannes. Kedua saudara Dominikus juga menjadi imam. Mannes menjadi pengikut Dominikus, menjadi imam dalam Ordo Pewarta Lambermond, 1969:6. Dominikus dilahirkan 24 Juni 1170, di Caleruega, sebuah kota kecil di Castilia, tidak jauh dari biara Benedektin. Adapun nama pelindung biara Benedektin adalah Santo Dominikus de Silos yang akhirnya dipakai nama oleh Dominikus de Guzman. Caleruega merupakan tempat cakrawala bergeser, berada di atas sebuah bukit yang dikelilingi oleh dataran. Jika hari cerah gunung-gunung terlihat jelas dari kejauhan, situasi dan suasana seperti itu membentuk Dominikus bertumbuh menjadi seorang pria yang tahu bagaimana mengarahkan pandangannya secara pasti ke tujuannya dan pada saat yang sama menyesuaikan rencana-rencananya dengan ketidakpastian hidup yang mengusik di dunia ini Tugwell, 1995:5. Sebelum melahirkan Dominikus, Dona Juanna bermimpi bahwa ada seekor anjing yang membawa obor bernyala berada di pangkuannya. Kemudian anjing itu pergi meninggalkan pangkuaannya dan pergi mengelilingi dunia sambil 18 membakar dunia dengan obornya. Dona Juanna bingung akan mimpinya ini akhirnya dia pergi ke Silos dan berdoa di muka patung Santo Abas Dominikus. Kemudian Abas Dominikus yang suci menampakkan diri kepadanya dan mengatakan bahwa Dona Juanna akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menjadi pengkotbah ulung dan menyandang gelar “Reparator Ecclesiae” Pembaharu Gereja. Pada kenyataannya Dona Juanna melahirkan seorang anak laki-laki dan sebagai kenangan akan peristiwa itu maka bayinya diberi nama Dominikus, sesuai dengan nama Santo Abas Dominikus dari Silos Lambermond, 1969:7. Dominikus berkembang di bawah asuhan ibu yang baik. Jika ayahnya Don Felix menceritakan tentang kepahlawanan maka Dona Juanna menceritakan tentang Santo Abas Dominikus dari Silos. Yang jasanya untuk Spanyol dan Gereja lebih besar daripada Cid dan pahlawan lainnya. Dona Juanna sering mengajak Dominikus berdoa di depan patung Santo Abas Dominikus di Silos untuk mohon berkat. Dalam kunjungan tersebut Dona Juanna juga mempersembahkan Dominikus kepada Tuhan. Ada kalanya Dominikus ditinggal di biara untuk beberapa waktu. Di biara tersebut bagi Dominikus kecil merupakan hari yang paling membahagiakan. Dimana Dominikus bisa mengikuti upacara liturgi dan doa dalam biara bersama dengan para biarawan. Selain itu dia juga menikmati bangunan biara dengan serambi yang megah, tiang-tiang yang indah yang pucuknya berhias lukisan-lukisan dan kitab-kitab yang tebal. Hal ini yang mengesan bagi Dominikus, karena pengalaman tersebut timbul pertanyaan dalam 19 diri Dominikus “apakah Tuhan menghendaki supaya saya menempuh hidup di biara?” Lambermond, 1969:7-8.

b. Perwujudan cita-citanya

Lambermond 1969: 14-16 menjelaskan perjalanan cita-cita St. Dominikus. Pada usia 15 tahun Dominikus menyatakan keinginannya menjadi imam, yang dipilih adalam imam sekulir imam projo. Pada tahun 1198 Dominikus menempuh pendidikan di Palencia. Uskup Osma, yaitu Martinus de Bazan mengadakan penyelidikan dan memanggil Dominikus ke Osma. Selanjutnya Dominikus menyerahkan diri kepada Katedral Osma untuk pembetukan hidup rohaninya. Pada tahun 1198 itu pula Dominikus ditahbiskan menjadi imam. Dengan rasa haru Dominikus berlutut di depan altar, di tengah- tengah para kanonik. Ia menyadari sungguh-sungguh kewajiban yang melekat pada jabatan imam. Bagi Dominikus menjadi imam berarti nenuntut keutamaan yang luar biasa. Dimana menjadi imam berarti harus bebas dari gila hormat, bijaksana, kuat dan sabar dalam penghinaan. Seorang imam juga mempunyai kewajiban mempertahankan panggilannya, menjalani hidup yang suci dan patut dicontoh. Ia harus bersikap rendah hati, tanpa pamrih, mencintai sesama dan d atas segalanya mengobarkan cinta kepada Kristus. Dengan haru Dominikus mendengarkan pesan Uskup, yaitu menjadi imam harus mempersembahkan korban, memberkati, memimpin, berkotbah dan mewartakan iman. Untuk itu seorang imam harus mempersiapkan diri dan 20 membuat sirinya pantas dengan kearifan surgawi, kesusilaan murni, dan taat para perintah Lambermond, 1969:13.

c. Dominikus Pendiri Ordo Pengkotbah

Lambermond 1969: 48-49 menjelaskan bahwa pada bulan Oktober 1215 Paus mengundang para Uskup dan Uskup Agung untuk menghadiri konsili ke 12, yaitu Konsili Lateran IV yang akan dibuka pada tanggal 15 November 1215. Fulco uskup Toulouse hadir bersama dengan Dominikus. Selama konsili Dominikus berkenalan dengan uskup-suskup Sapnyo, diantaranya Rodrigo Ximenes, uskup Agung Toledo, pengganti Diego de Acebedo dari Osma. Tujuan khusus Fulco dan Dominikus ke Roma adalah untuk memohon pengesahan Paus bagi serikat pengkotbah diosesan yang baru yang mereka dirikan di Toulouse. Konsili ini merupakan kesempatan baik bagi Dominikus untuk memohon pengesahan sebab ada ketentuan Konsili,”karena sering terjadi uskup tidak bisa berkotbah sendiri untuk umatnya, karena kesibukan, kesehatan, atau luasnya wilayah maka Paus mengizinkan para uskup untuk mengangkat pria-pria untuk menunaikan tugas berkotbah dengan kata-kata dan teladannya, mengajar dan membangkitkan semangat umat. Mereka juga bisa membantu uskup dalam penerimaan sakramen tobat dan lain-lain yang perlu untuk keselamatan jiwa- jiwa” Lambermond, 1969: 49. Paus Innosensius III sangat menghargai Fulco dan Dominikus, namun Paus tidak bisa mengabulkan permohonan mereka karena ada ketentuan, “barangsiapa mendirikan biara religius berkewajiban untuk menerima salah satu 21 Regula Ordo yang sudah disahkan oleh Paus”. Dengan alasan ini Paus menasehati Dominikus agar kembali kepada saudara-saudaranya di Toulouse untuk berunding regula apakah yang akan mereka pilih. Pada bulan Februari 1216 Dominikus berada di tengah saudara-saudaranya di Toulouse dan ia menyampaikan kehendak Paus. Perundingan tentang pemilihan regula tidak memakan waktu lama. Mereka memilih Regula St.Agustinus sebagai regula dalam Ordo Lambermond, 1969: 49-50. Alasan pemilihan Regula St.Agustinus, menurut Yordanus adalah dengan menerima Regula St.Agustinus berarti tidak menutup kemungkinan untuk memberikan bimbingan rohani dan gagasan tentang kehidupan rohani, bersifat umum dan netral dan dapat dipergunakan sebagai dasar penyususana konstitusi Ordo. Memilih Regula St.Agustinus berarti masuk menjadi Ordo Kanonik Regulir dimana pihak uskup memiliki kewajiban untuk menghubungkan mereka dengan suatu gereja. Fulco memohon Mascaron, Pastor kepala Gereja Katedral Toulouse agar menyerahkan Gereja St.Romanus kepada Dominikus dan saudara- saudaranya. Akte penyerahan tertanggal 16 Juli 1216:”Hendaknya semua orang, sekarang dan pada waktu yang akan datang, mengetahui bahwa kami, Mascaron karena rakmat Allah pastor kepala gereja katedral Toulouse telah menerima anjuran dan dorongan bapak uskup Fulco yang terhormat, agar menyerahkan dan memberikan sebagai hibah gereja St.Romanus dengan segala penghasilan kepada saudara kami, Dominikus, prior dan magister para pengkotbah” Lambermond, 1969: 50-51. 22 Pada musim panas tahun 1216 Paus Innosensius III meninggal dunia. Penggantinya adalah Savalli dan mengambil nama Paus Honorius. Setelah dipilih Paus, ia melanjutkan karya Paus Innosensius III. Oleh karenanya untuk urusan pengesahan Dominikus menghadap Paus Honorius dan langsung mendapat pengesahan secara lisan. Pengesahan tertulis didapatkan pada tanggal 22 Desember 1216. Ditulis dengan tegas dalam surat Paus Honorius bahwa tujuan Ordo Pewarta adalah pengkotbah dan mewartakan sabda Tuhan Lambermond, 1969: 52.

4. SPIRITUALITAS DOA ST. DOMINIKUS

a. Hidup Rohani

Santo Dominikus mengambil unsur dari hidup kristiani yang dihayati Gereja seluruh dunia. Hidup rohaninya bersumber Kitab Suci, mendasarkan diri pada Perayaan Ekaristi, sakramen-sakramen dan menyatukan prinsip-prinsip askese tradisional serta minum dari sumber-sumber murni mistik barat dan kehidupan dalam biara Hinnebusch, 2000:1-2. Hidup rohani terbina sejak masa kecilnya. Mengenai kehidupan Doa Santo Dominikus, Yordanus dari Saksonia menceritakan sebagai berikut: Tuhan memberikan kepadanya anugerah menangis untuk para pendosa, yang malang dan bersusah. Ia membawa penderitaan mareka ke dalam tempat suci hatinya yang penuh belarasa dan mencurahkan cinta kasihnya yang menyala-nyala melalui tetesan air mata. Sepanjang malam ia berdoa. Biasanya ia berdoa kepada Bapa berkali-kali. Doanya yang sering dan khusus adalah untuk memperoleh rahmat cinta sejati yang mendorong ia bekerja untuk keselamatan mereka. Ia berpendapat bahwa ia baru sungguh- sungguh anggota Gereja kalau ia membaktikan diri untuk jiwa, seperti Tuhan Yesus, Penyelamat umat manusia, yang mengurbankan diri seluruhnya untuk keselamatan kita Hinnebusch, 2000:10 23 Pernyataan ini memberi bukti bahwa Dominikus tidak pernah meninggalkan relasinya yang dekat dengan Yesus. Dominikus beberapa kali mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan sebagai berikut: “Tuhan, berikanlah kepadaku cinta sejati dan semangat untuk membawa sesamaku kepada kesucian dan dengan sepenuhnya mengabdikan diriku kepada pertobatan orang-orang berdosa. Dengan demikian aku benar-benar menjadi anggota Tubuh Kristus, yang menyerahkan diri seutuhnya kepada Bapa untuk menjadi penyelamat manusia” Lambermond, 1969:16. Cinta Dominikus kepada Kristus tampak dalam doanya. Menurut Yordanus dari Saksonia, ia mengatakan” Siang harinya diberikan olehnya kepada sesamanya dan malam hari kepada Tuhan. Sepanjang malam ia berdoa di gereja. Bila ia lelah, ia bersandar pada meja altar, bersandar pada Tuhan yang dilambangkan oleh meja altar itu” Hinnebusch, 2000:18-19. Santo Dominikus mengajar frater-fraternya untuk berkontemplasi walaupun dalam perjalanan. Ia berkata kepada saudara- saudaranya:”Marilah kita ingat kepada Penyelamat kita”. Ia sering bernyanyi: “Datanglah Roh Kudus” atau “Salam Bintang Laut” bila dalam perjalanan Hinnebusch, 2000:3. Sebagai imam, Dominikus menampakkan cinta kepada Tuhan dalam perayaan Ekaristi dan Sakramen Mahakudus, dalam pemberian silih, dalam mengikuti Kristus yang bersengsaram dalam kasihnya kepada jiwa-jiwa dan kecakapannya memberi nasehat dan bimbingan, dalam kepercayaannya kepada Penyelenggara Ilahi, dalam cintanya kepada dogma-dogma Gereja Hinnebusch, 2000:23 24 Dari penjelasan di atas, bagi Dominikus, doa adalah menghadirkan seluruh jiwa dan raga di hadapan Allah. Doa bagaikan menghirup udara yang segar, oleh karenanya ia selalu berdoa di setiap waktu dan dimana pun ia berada. Berdoa saat dalam perjalanan, sebelum berkotbah, senantiasa berdoa siang dan malam baik bersama maupun saat ia sendirian. Maka dapat dikatakan bahwa bagi Dominikus, cintanya kepada Kristus nampak dalam doanya. Sumber kekuatan dalam imamatnya adalah kepercayaan kepada Penyelenggara Ilahi.

b. Spiritualitas Doa St. Dominikus Bermodelkan Yesus

Dalam kehidupannya, Santo Dominikus adalah manusia biasa, yang dijadikan luar biasa oleh Tuhan. Ia terpanggil untuk menjadi seorang yang patut dijadikan teladan kesucian. Bagi para saudara dan saudarinya, Santo Dominikus adalah model seseorang yang berjalan dan berfokus pada jejak Kristus secara mendalam. Segala sesuatu yang positif dalam hidup rohani ordo di bahwa hidup Santo Dominikus, sama seperti segala yang positif dalam hidup Gereja, berawal dari Kristus. Santo Dominikus pun memperkenalkan jalan spiritualitas yang bermodelkan Yesus. Dengan caranya yang khas, para pengikut dan penerus Santo Dominikus diharapkan dapat memahami spiritualitas Yesus yang adalah Tuhan yang menjadi manusia, dengan mengikuti teladan kesucian Bapa Santo Dominikus yang sama sekali adalah manusia. Ia menjadi model dalam menghayati panggilan mistik dan kenabian lewat kontemplasi dan membagikan buah-buah kontemplasi itu lewat pewartaan Hinnebusch, 2000:14. 25 Salah satu contoh peristiwa yang mencerminkan sikap mistikus dan nabi dalam diri Santo Dominikus, yaitu ketika berjalan melewati Perancis Selatan bersama Uskup Diego de Acevedo. Ketika itu, Dominikus menemukan adanya kelompok heretik Albigensian, yang menyesatkan orang banyak dengan ajaran dualismenya. Ajaran Dualisme Albigensian: Memandang badan fisik dan ciptaan sebagai sesuatu yang jahat dan jiwa roh adalah sesuatu yang baik. Mereka memandang bahwa tujuan penebusan adalah pembebasan jiwa dari daging dan akhir dari „keadaan campuran‟ yang dibawa oleh kejahatan. Para Albigens menolak penjelmaan Kristus, sakramen-sakramen dan doktrin tentang neraka, api penyucian, kebangkitan badan; dan percaya bahwa semua benda materi itu jahat. Pada tahun 1215, Albigens dinyatakan sesat dalam Konsili Lateran IV, sehingga lembaga gereja memiliki alasan yang sah untuk mengatasi ajaran sesat ini dengan hukum gereja dan inkuisisi Eddy Kristiyanto, 2007: 47-49.

c. Melihat Tuhan dalam segala

Bagi Santo Dominikus, berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan adalah yang terpenting dalam hidupnya. Ia lebih memilih menjual buku-bukunya dan menggantikannya dengan roti untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Dia tidak ingin hanya belajar dari perkamen mati sementara orang lain mati kelaparan. Dia belajar dan beraksi juga dari yang nyata ia saksikan, terlebih demi keselamatan jiwa-jiwa yang dicintai Tuhan. Berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan bagi Santo Dominikus bukan hanya dilakukan di kapel atau gereja saja, 26 melainkan di mana saja ia berada, dengan keheningan batin, ketika berdoa, studi serta ketika sedang berjalan dan beraktivitas Lambermond, 1969: 19. Dengan kontemplasi, melalui doa dan studi atau refleksi. Santo Dominikus semakin mengenal kasih dan kehadiran Allah, melalui setiap pengalaman atau peristiwa serta lewat sesama, melihat dengan mata Allah. Dengan kedekatannya pada Tuhan lewat keheningan kontemplasilah ia menimba kekuatan dan semangat untuk mewartakanNya. Doa bukanlah tambahan atau urusan sampingan. Tanpa doa, tidak ada hidup religius. Ini persis seperti kata pemazmur, “Jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah para pembangun bekerja, jika bukan Tuhan yang menjaga kota, sia-sialah para pengawal berjaga. Berbahagialah orang yang membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang” Mzm 127: 1, 5. Santo Dominikus sebagai imam pertama yang menyatukan antara hidup mistik dan hidup kenabian kontemplatif-aktif melalui Ordo Pengkotbah yang didirikannya, ordo yang mengikuti hidup doa yang intensif dan melakukan kegiatan-kegiatan apostolik umum. Santo Dominikus yang memperkenalkan untuk menjadi seorang sungguh-sungguh kontemplatif dan sekaligus seorang rasul yang bersemangat Hinnebusch, 2000: 24. Santo Dominikus sungguh mengalami perjumpaan dengan Allah yang luar biasa. Dominikus mengalami pengalaman berikut: Santo Petrus dan Santo Paulus mendatangi Santo Dominikus. Petrus menyerahkan kepadanya sebuah tongkat penggembalaan, dan Paulus memberinya sebuah buku. Kepadanya Petrus 27 dan Paulus berkata, “Pergilah dan wartakanlah Injil, karena engkau telah ditentukan Allah untuk misi pelayanan itu.” Lambert, 2009: 14 Kesucian Santo Dominikus luar biasa. Ia seorang pendoa yang merasakan benar makna kehadiran Allah. Tentang dirinya, rekan-rekannya berkata, “Ia terus berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan; siang hari ia bekerja bagi sesamanya, dan malam hari ia berkontak dengan Tuhan” Lambertmond, 1969: 16 Santo Dominikus selalu menyediakan waktu untuk berbicara dengan Tuhan, di rumah, di biara, di tempat kerja maupun dalam perjalanan. Berbicara dengan Tuhan tidak selalu berarti duduk di ruangan tertutup, berada di ruang doa, di gereja, tetapi di segala tempat dapat digunakan untuk berbicara dengan Tuhan, bahkan dalam mengadakan perjalanan sekali pun. Saat berjalan ke gereja sambil berdoa Rosario. Saat mengadakan perjalanan dengan komunitas dan dimana pun selalu diawali dengan doa Rosario. Tradisi mengatakan bahwa St. Dominikus 1221 adalah Santo yang menyebarkan doa rosario, seperti yang dikenal sampai sekarang ini. Ia berkhotbah tentang rosario ini pada pelayanannya di antara para Albigensian yang tidak mempercayai misteri kehidupan Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia. Oleh karena itu, tujuan utama pendarasan doa rosario adalah untuk merenungkan misteri kehidupan Kristus. Selalu ada waktu dan tempat untuk berbicara dengan Tuhan dan untuk memperdalam relasi personal dengan Tuhan. Santo Thomas Aq uinas mengungkapkan “Contemplari et Contemplata Aliis Tradere ” artinya berkontempalsi dan membagikan kepada orang lain buah kontemplasinya Hinnebusch, 2000:27. 28

d. Cara Doa St. Dominikus

Santo Dominikus dikenal memiliki sembilan cara berdoa yang menarik. Memang, beberapa gerakan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di masa St. Dominikus hidup yang menganggap bahwa tubuh adalah materi yang buruk sedangkan roh atau jiwa adalah sesuatu yang baik. Ajaran Gereja adalah bahwa tubuh dan roh merupakan satu kesatuan yang baik dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain Sparough, 2009:73-74. Adapun cara St. Dominikus berdoa adalah sebagai berikut: 1 Membungkuk, Ketika St. Dominikus menundukkan kepala, ia memikirkan kepala Kristus yang tertunduk di kayu salib. Ia merendahkan dirinya di hadapan Kristus yang dipermalukan pada salib, dan saudara-saudara seordo akan mendengar ia berdoa: Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku Mat 8:8. Aku sangat tertindas, ya TUHAN Mazmur 119:107. “O, Tuhan, Allah, doa orang rendah hati dan lemah lembut selalu menyenangkan- Mu.” Ydt 9:16. St. Dominikus mengajarkan saudara-saudara seordonya untuk merendahkan diri mereka di hadapan Kristus yang tersalib dan untuk merendahkan diri mereka di hadapan Tritunggal Mahakudus ketika mereka mendaraskan doa Kemuliaan. 29 2 Telungkup St. Dominikus berbaring telungkup dengan muka menghadap tanah. Ia mengambil postur ini ketika mengalami kesedihan luar biasa, dan ia menangis. Kadang-kadang terdengar suara cukup keras ketika ia berdoa, Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini Luk 18:13. St. Dominikus berdoa dengan seluruh tubuhnya. Beginilah bagaimana St. Dominikus mengajarkan saudara- saudaranya untuk berdoa memohon belas kasih Allah. Ia juga menasihati, Jika engkau tidak dapat menangisi dosa-dosamu, menangislah bagi dosa-dosa orang lain. Dengan cara ini, St. Dominikus memohon belas kasih Allah bagi semua orang. 3 Melakukan mati raga. Cara yang ketiga ini dimaksudkan sebagai pertobatan. Cara ini perlu dikaitkan dengan situasi di masa St. Dominikus hidup, sehingga di masa kini, cara ini kurang diterima. Cara doa yang ketiga dilakukan dengan memukulkan kayu atau tongkat pada bahu, sembari membungkuk dan mengucapkan, Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar Mzm 51 Atau Tuhan, dengarkanlah suaraku Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Mzm 130 Pukulan dilakukan dalam upaya pertobatan bagi kesalahan-kesalahan diri sendiri dan orang lain. 30 4 Berlutut Pandangan St. Dominikus tertancap pada salib. Ia berulang-ulang berlutut di hadapan Kristus yang tersalib, kemudian bangun, dan berlutut lagi. Ketika melakukan gerakan ini, St. Dominikus merasakan kepercayaan yang besar dalam belas kasih Allah terhadap dirinya, saudara-saudaranya, dan semua orang berdosa. Kadang-kadang terdengar ia bergumam, Kepada-Mu, ya TUHAN, gunung batuku, aku berseru, janganlah berdiam diri terhadap aku. Mzm 28:1. Terkadang St.Dominikus berlutut dalam diam dan tampak sukacita besar membuatnya meneteskan air mata. Lalu sekali lagi ia berdiri dan berlutut lagi. Ini menjadi bentuk penyembahan paling intim dan personal bagi St. Dominikus. St. Dominikus, kadang-kadang disebut sebagai atlit Kristus, berdoa dalam cara yang membebani secara fisik dan disiplin fisik, dan ia berdoa dalam sukacita dan kelincahan. 5 Tangan Terbuka di dada St. Dominikus berdiri dengan tangan terbuka di hadapannya seperti sedang membaca buku. Dikatakan bahwa ia berdiri dengan posisi demikian seperti sedang membaca keberadaan Allah. Ia sesekali mengatupkan kedua tangannya, pada saat lain ia mengangkat tangannya seperti yang dilakukan seorang imam dalam liturgi. Hal ini tampak seperti Dominikus berdiri sebagai nabi yang berbicara dengan Allah, mendengarkan dalam-dalam jawaban Allah, lalu memikirkan dengan khusyuk apa yang telah dinyatakan kepadanya. 31 6 Posisi Salib St. Dominikus berdiri dengan tangan direntangkan, dalam bentuk salib. Ia berdoa dalam cara ini dalam penantian mukjizat yang akan dilakukan oleh Allah. Cara ini pernah dilakukannya ketika seorang anak dibangkitkan dari kematian. St. Dominikus tampaknya mengerti maksud Allah untuk mendatangkan kehidupan baru dari kematian salib. Aku menadahkan tanganku kepada-Mu. ... Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN Mzm 143:6,7. 7 Tangan Lurus Terangkat Tinggi St. Dominikus terlihat berdoa dengan mengangkat tangannya di atas kepala, entah kedua tangan dikatupkan atau sedikit terpisah, seolah-olah akan menerima sesuatu dari surga. Dalam cara ini, St. Dominikus mengakui bahwa semua kebaikan datang dari Allah. Dalam postur ini, St. Dominikus tampak masuk dalam kebahagiaan, dan ketika tersadar, terdengar ia berdoa, Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada-Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempat-Mu yang maha kudus Mzm 28:2. 8 Mempelajari Firman St. Dominikus akan pergi ke tempat yang sunyi dan duduk di depan meja, menandai dirinya dengan tanda salib, dan mulai membaca buku. Segera ia tampak seperti sedang mendiskusikan sesuatu dengan seorang teman; kadang mendengar dengan tenang lalu berdiskusi dan berdebat, lalu tertawa dan 32 menangis, lalu membungkuk dan ketika berbicara sambil memukul-mukul dadanya. Seolah-olah St. Dominikus menemukan Allah dari kata-kata yang ia baca. 9 Berjalan-jalan dalam Kesendirian Ketika St. Dominikus berjalan kaki dari kota ke kota, ia akan mengasingkan diri dari mereka dan berjalan sendiri. Ini adalah waktu meditasi bagi St. Dominikus untuk merenungkan Kitab Suci dan bergaul dengan Roh Kudus. Mengenai perjalanan panjangnya sendirian, ia mengutip Kitab Hosea, Aku ini akan membujuk dia, dan membawa dia ke padang gurun, dan berbicara menenangkan hatinya Hos 2:13 Dari penjelasan di atas, St. Dominikus menghubungkan penghayatan hidup rohani Ordo dan kegiatan apostolisnya sedemikian sehingga menjadi satu kesatuan; yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Doa dan ulahtapa ditujukan pada dan bermotivasi untuk penyelamatan jiwa-jiwa. Kedekatannya dengan Tuhan yang mendorongnya untuk senantiasa bersemangat dalam melayani saudara-saudarinya dan mewartakan kasih Tuhan kepada sesama. Cinta Dominikus yang mendalam kepada Tuhan, membuatnya peka melihat kebutuhan sesama. Dari sembilan cara Doa Santo Dominikus sebagai persiapan kotbahnya. 33

B. PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

1. Pengertian Karakter Kata “karakter” berasal dari bahasa Yunani Charassein, yang berarti melukis, menggambar, seperti orang yang melukis kertas memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karater seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya Daryanto Darmiatun, 2013:63-64. Menurut Zainal Aqib, karakter adalah ciri-ciri yang unik baik dan terpatri dalam diri seseorang yang terlihat dalam sikap, perilaku, dan tindakan yang terejawantahkan secara konsisten dalam merespon berbagai situasi. Karakter yang baik menerapkan nilai-nilai kebijakan, kemauan berbuat produktif, dan kebermaknaan dalam mengisi kehidupan Zainal Aqib, 2012: 26. Menurut Rohinah 2012: 10, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema 2012:12 memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter menyangkut moral, yaitu menyangkut ajaran tentang baik buruk yang diterima 34 umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban; akhlak; budi pekerti; susila. Karakter juga merupakan kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia berkorban, menderita, menghadapi bahaya, isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dari perbuatan. Maka karakter baik yang tertanam pada peserta didik akan membuatnya menjadi manusia yang bermoral, yaitu manusia yang berbudi pekerti baik, masih mempunyai pertimbangan yang baik dan buruk sebelum melakukan sesuatu. Karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. 2. Mekanisme Pengembangan Karakter Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin hingga sekitar lima tahun, kemampuan menalar seorang anak belum tumbuh sehingga pikiran bawah sadar subconscious mind masih terbuka dan menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya tanpa ada penyeleksian, mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Dari mereka itulah, fondasi awal terbentuknya karakter sudah terbangun. Fondasi tersebut adalah kepercayaan tertentu dan konsep diri. Jika sejak kecil kedua orang tua selalu bertengkar lalu bercerai, maka seorang anak bisa mengambil kesimpulan sendiri bahwa perkawinan itu penderitaan. Tetapi, jika kedua orang tua selalu menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk komunikasi yang akrab maka anak akan 35 menyimpulkan ternyata pernikahan itu indah. Semua ini akan berdampak ketika sudah tumbuh dewasa Setyono, 2006:50. Unsur terpenting dalam pengembangan karakter adalah pikiran karena pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya Rhonda Byrne, 2007:17. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian serius. Tentang pikiran, Joseph Murphy mengatakan bahwa di dalam diri manusia terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. Untuk membedakan ciri tersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran sadar conscious mind atau pikiran objektif dan pikiran bawah sadar subconscious mind atau pikiran subjektif Murphy, 2002:6. Penjelasan Adi W. Gunawan mengenai fungsi dari pikiran sadar dan bawah sadar menarik untuk dikutip. “Pikiran sadar yang secara fisik terletak di bagian korteks otak bersifat logis dan analisis dengan memiliki pengaruh sebesar 12 dari kemampuan otak. Sedangkan pikiran bawah sadar secara fisik terletak di medulla oblongata yang sudah terbentuk ketika masih di dalam kandungan. Karena itu, ketika bayi yang dilahirkan menangis, bayi 36 tersebut akan tenang di dekapan ibunya karena dia sudah merasa tidak asing lagi dengan detak jantung ibunya. Pikiran bawah sadar bersifat netral dan sugestif ” Gunawan, 2005: 27-30. Untuk memahami cara kerja pikiran, kita perlu tahu bahwa pikiran sadar conscious adalah pikiran objektif yang berhubungan dengan objek luar dengan menggunakan panca indra sebagai media dan sifat pikiran sadar ini adalah menalar. Sedangkan pikiran bawah sadar subsconscious adalah pikiran subjektif yang berisi emosi serta memori, bersifat irasional, tidak menalar, dan tidak dapat membantah. Kerja pikiran bawah sadar menjadi sangat optimal ketika kerja pikiran sadar semakin minimal Setyono, 2006:38. Dari penjelasan di atas pengembangan karakter merupakan interaksi antara pikiran sadar dan bawah sadar. Pikiran bawah sadar akan menjalankan apa yang telah dikesankan kepadanya melalui sistem kepercayaan yang lahir dari hasil kesimpulan nalar dari pikiran sadar terhadap objek luar yang diamatinya. Karena, pikiran bawah sadar akan terus mengikuti kesan dari pikiran sadar, maka pikiran sadar diibaratkan seperti nahkoda sedangkan pikiran bawah sadar diibaratkan seperti awak kapal yang siap menjalankan perintah, terlepas perintah itu benar atau salah. Di sini, pikiran sadar bisa berperan sebagai penjaga untuk melindungi pikiran bawah sadar dari pengaruh objek luar. Dengan memahami cara kerja pikiran tersebut, kita memahami bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat penting. Dengan kemampuan kita dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan, kita akan mudah mendapatkan apa yang kita inginkan, yaitu kebahagiaan. 37

3. Pengembangan Karakter di Sekolah

Menurut Doni Koesoema, pengembangan karakter di sekolah secara sederhana bisa didefinisikan sebagai, “pemahaman, perawatan, dan pelaksanaan keutamaan Practice of virtue. Olehnya itu, pengembangan Karakter di sekolah adalah keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Oleh sebab itu Pengembangan Karakter bersifat liberatif yaitu sebuah usaha dari induvidu baik secara pribadi melalui pengolahan pengalamannya sendiri, maupun secara sosial melalui pengolahan pengalaman atas struktur hidup bersama, khususnya perjuangan pembebasan dari struktur yang menindas untuk membantu menciptakan sebuah lingkungan yang membantu pertumbuhan kebebasannya sebagai individu sehingga individualitas dan keunikannya dapat semakin dihargai Doni Koesoema ,2007:128. Pengembangan karakter di sekolah dapat berjalan sebagaimana mestinya, setiap peserta didik bukan hanya berkembang dalam hal perilaku moral atau karakternya saja tetapi berdampak juga pada perkembangan akademisnya. Pernyataan ini didasari pada dua alasan. Pertama, jika program Pengembangan Karakter di sekolah mengembangkan kualitas hubungan antara guru dan anak didik, serta hubungan antara anak didik dengan orang lain, maka secara tidak langsung akan tercipta lingkungan yang baik untuk mengajar dan belajar. Kedua, Pengembangan Karakter juga mengajarkan kepada siswa tentang kemampuan dan 38 kebiasaan bekerja keras serta selalu berupaya untuk melakukan yang terbaik dalam proses belajar mereka Lickona, 2004:25. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Peng embangan Nasional telah ditegaskan bahwa “Pengembangan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Oleh karena itu pemerintah pun telah mencanangkan Pengembangan Karakter di sekolah namun dalam pelaksanaan masih belum optimal. Mengenai pelaksanaan pengembangan karakter di sekolah, Doni Koesoema memberikan alternatif dan solusi bagaimana pengembangan karakter di sekolah dijalankan, yakni: 1. Komunikasi keluarga dengan Sekolah, pengembangan dasar merupakan kelanjutan dari pengembangan dalam keluarga. Kerja sama antara sekolah dengan keluarga merupakan hal yang sangat penting. Sekolah tidak mungkin mengembangkan pengembangan karakter tanpa peran aktif orang tua. Kerja sama keduanya diperlukan. Komunikasi sekolah dengan keluarga bisa bermacam-macam. Mulai dari pertemuan orang tua, buletin sekolah, surat edaran, dll. Intinya, segala macam cara dan alat komunikasi dengan orang tua bisa digunakan.

Dokumen yang terkait

The implementation of scaffolding in writing recount texts in SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

0 0 112

Peningkatan minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui penerapan Storytelling dengan media wayang pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

0 0 156

Minat siswa terhadap layanan bimbingan klasikal pada kelas yang menggunakan dinamika kelompok dan pada kelas yang tidak menggunakan dinamika kelompok : studi deskriptif pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Gantiwarno Klaten

0 16 126

Deskripsi harga diri siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya pada usulan program pengembangan harga diri.

0 7 112

Deskripsi harga diri siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013 dan implikasinya pada usulan program pengembangan harga diri

0 0 110

SPIRITUALITAS PELAYANAN SANTO DON BOSCO DALAM PENDAMPINGAN KAUM MUDA

0 0 22

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011 TENTANG MANFAAT PELAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

0 0 121

Deskripsi kemandirian belajar pada siswa/siswi kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap layanan bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 120

DESKRIPSI PENGHAYATAN DOA ROSARIO DALAM KEHIDUPAN DOA UMAT DI PAROKI SANTO STEFANUS PURWOSARI, PURWOREJO, JAWA TENGAH SKRIPSI

0 1 192