57
c. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan pengumpulan data dengan mencatat peristiwa dalam bentuk tulisan, gambar atau karya-karya momental sesorang. Studi
dokumen sebagai pelengkap wawancara dan observansi Sugiyono, 2010:329. Penulis menggunakan dokumen dalam bentuk tulisan hasil refleksi siswa kelas
VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tentang pengalaman doa.
5.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen
penelitian adalah
suatu alat
yang digunakan
untuk mengumpulkan data Moleong, 2012: 168. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah panduan intervew atau wawancara sebagai instrumen untuk memperoleh informasi atau data yang akurat. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian berupa panduan wawancara [lampiran 3:1]. Wawancara yang digunakan adalah wawancara dalam bentuk terstruktur. Wawancara terstruktur
merupakan alat yang sangat membantu dalam mengungkap informasi yang diperoleh dari tanya jawab dengan responden secara mendalam. Selain panduan
wawancara penulis juga melalukan pengumpulan dokumen berupa pencatatan hasil wawancara dan refleksi responden serta melakukan pengamatan dan
berperan serta dengan panduan pengamatan yang telah disiapkan.
58
6. Keabsahan Data
Penulis melakukan uji keabsahan data yang disebut dengan uji validitas cross check dan reliabilitas. Uji validitas yaitu mengusahakan agar data yang
diperoleh tidak dipengaruhi pihak lain, sedangkan uji reliabilitas data dilakukan dengan member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh oleh peneliti
melalui wawancara, observasi dan studi dokomen kepada pemberi data. Adapun tujuan member check adalah untuk mengetahui sejauhmana data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data sehingga dapat dipercaya Sugiyono, 2010:375
Untuk uji reliabilitas penulis melakukan member check dan dengan cara mengaudit keseluruhan proses penelitian untuk menjamin kebenaraan dari
penelitian yang dilaksanakan penulis. Dalam hal ini penulis menunjuk Dosen pembimbing skripsi sebagai auditor untuk melaksanakan proses auditing dari hasil
penelitian.
7. Metode Analisis Data
Menurut Sugiyono 2009: 247 analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data
selesai dilakukan. Langkah-langkah dalam analisis data adalah: reduksi, pemetaan dan kesimpulan.
59
a. Reduksi
Reduksi adalah menganalisis data secara keseluruhan dan bagian terkecil dalam data yang memiliki makna dikaitkan dengan masalah yang diteliti.
Kemudian data yang diperoleh akan dikelompokkan berdasarkan pertanyaan yang sudah disiapkan. Meleong 2011:229 menyatakan tujuan pengelompokkan adalah
untuk menemukan arti data dengan menarik hubungan sesuai permasalahan yang inin dijawab. Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal pokok.
Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh sebab itu peneliti dalam melakukan penelitian menemukan yang dipandang asing, tidak
dikenal dan belum memiliki pola yang menjadi perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Dengan demikian reduksi data merupakan proses
berpikir yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan dan wawasan luas yang melibatkan orang lain untuk mendiskusikan data yang diperoleh.
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif setelah melakukan proses reduksi, langkah berikutnya adalah menyajikan data dengan teks yang bersifat cerita naratif
sehingga akan memudahkan untuk memahami dan merencanakan kerja selanjutnya.
c. Kesimpulan
Dalam analisis data kualitatif langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang menemukan temuan baru yang sebelumnya belum
60
pernah ada atau belum pernah terungkap. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi suatu objek yang sebelumnya masih samar-samar dan setelah diteliti akan menjadi
jelas, dapat berupa hipotesis atau teori, interaktif atau kausal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bagian ini merupakan temuan khusus dari hasil penelitian yang diperoleh dengan metode wawancara kepada beberapa responden. Hasil penelitian ini
berupa rangkuman atas jawaban dari responden mengenai dua fokus penelitian yakni Spiritualitas doa St.Dominikus dan karakter siswa SMP. Untuk menemukan
jawaban atas pernyataan dari kedua fokus tersebut, penulis berusaha memunculkan melalui tujuh aspek yaitu doa rorasio, sembilan cara doa
St.Dominikus, semangat memulai dari apa yang ada, cinta persaudaraan, semangat belajar, semangat belarasa dan demokrasi. Dari ke tujuh aspek tersebut
penulis menjabarkannya melalui 7 pertanyaan yang terdiri dari 30 indikator [lampiran 3:1], sehingga ditemukan fakta-fakta dari responden yang
menyangkut tentang peranan Spiritualitas doa St.Dominikus bagi pengembangan karakter siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
62
1. SPIRITUALITAS DOA ST.DOMINIKUS
a. Doa Rosario
Dari aspek doa rosario diperoleh jawaban atau pernyataan dari item nomer 1, 2, 3, 4 yang tentang waktu berdoa rosari, hafal dan tahu cara doa rosario,
kerendahan hati dan sikap bersyukur. Setiap item soal tersebut bertujuan untuk menggali pernyataan dari responden kaitannya dengan aspek yang diteliti yaitu
diperoleh fakta mengenai peranan doa rosario. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dengan mewancarai responden maka ditemukan hasil dalam satu
minggu berdoa rosario satu sampai tiga kali doa rosario selain bulan Maria dan bulan Rosario. Ini diungkapkan oleh responden 2, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14 dan 15
yang mengatakan: Saya tidak selalu setiap hari berdoa rosario dalam satu minggu satu, dua ,
tiga kali berdoa rosario secara pribadi atau bersama keluarga dan lingkungan selain bulan Maria dan bulan Rosario. Hafal doa rosario karena sejak kecil di
rumah berdoa rosario dan terkadang ziarah bersama keluarga ke gua Maria terdekat. Ada keberanian memimpin doa rosario dan bersyukur karena dengan
berdoa rosario dekat dengan Bunda Maria [Lampiran 4: 3-5].
Sebagaimana yang dinyatakan oleh orang tua responden 6 yang menyatakan bahwa:
Sejak kecil anak saya selalu saya ajari untuk berdoa di depan Bunda Maria saat selesai mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja dan membiasakan untuk berdoa
bersama dalam keluarga yakni salah satu doanya doa rosario. Melatih juga untuk secara bergiliran memimpin doa rosario [Lampiran 5: 26]
Melalui proses validitasi yang dilakukan penulis, ditemukan fakta bahwa
responden mendoakan rosario saat di rumah dan terkadang mengikuti doa rosario di lingkungan dan saat mendampingi sekolah minggu doa rosario berperan dan
bermanfaaat bagi responden. Adapun manfaat dari doa rosario adalah ada rasa
63
kedamaian, kerendahan hati, kelembutan, kesabaran serta berpengaruh dalam sikap hidup responden yakni bergembira, tenang, nyaman dan aman dalam
pendampingan seorang „Ibu‟. Mendorong saya untuk meneladan sikapnya dalam menerima setiap peristiwa hidup serta senantiasa bersyukur demikian
diungkapkan oleh responden 3 [lampiran 4:3]. Ini di perkuat dengan responden 5 yang menyatakan : walau hafal dan tahu doa rosario tapi tidak pernah doa rosario
selain saat di sekolah. Responden merasakan ada hal yang hilang dalam dirinya [Lampiran 4:3]. Dari ungkapan ini penulis menemukan bahwa doa rosario
bermanfaat dan berperan dalam mengembangkan karakter responden. Dengan melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat diperoleh
gambaran pada aspek doa rosario ini ditemukan bahwa doa rosario memiliki peran dalam mengembangkan karakter siswa sebagaimana terungkap saat penulis
menanyakan manfaat yang di temukan saat berdoa Rosario yaitu semakin dekat dengan Yesus dan Bunda Maria. Pengaruhnya bagi sikap hidup sehari-hari yakni
jadi lebih peduli dan rendah hati serta tidak menyimpan dendam dan gembira, sabar dan dekat dengan Tuhan, hati lebih tenang dan merasa ada sosok ibu yang
menemani dan mendengarkan keluh kesah anaknya.
b. Sembilan doa St.Dominikus
Dari aspek sembilan doa St.Dominikus diperoleh jawaban atau pernyataan dari item nomer 5, 6, 7 tentang cara doa St.Dominikus yang dilakukan responden
saat tidak di sekolah, mengakui kebaikan Tuhan dan mensyukuri dengan yang dimiliki. Responden 1, 4, 7, 13, 14 mereka mengungkapkan dari sembilan cara
64
doa St.Dominikus yang mereka lakukan adalah berdoa dalam perjalanan, melakukan puasa dengan berpantang saat masa Prapaskah, mempelajari firman
membaca Kitab Suci seperti yang diungkapkan oleh responden 7 yang mengungkapkan:
Saya melakukan puasa dengan pantang saat masa Prapaskah dan berdoa dalam perjalanan saat dengan keluarga mengadakan perjalanan keluar kota
dan mempelajari firman atau membaca Kitab Suci karena sebelum tidur malam kedua orang tua mengajak untuk berdoa dan mendengarkan bacaan
Kitab Suci. Hal ini membantu saya semakin dekat dengan Tuhan, mampu mengendalikan kesenangan dalam diri saat pantang, dengan membaca Kitab
suci semakin diingatkan untuk berbuat baik seperti Tuhan Yesus [Lampiran 4:7].
Pernyataan tersebut juga didukung oleh responden 10 yang menyatakan: Saya membungkukkan badan atau berlutut di depan Altar saat masuk dan
keluar dari gereja, melakukan puasa dengan berpantang saat masa Prapaskah dan mempejari firman dengan membaca Kitab Suci karena setipa hari di
sekolah sebelum memulai pelajaran diawali dengan berdoa dan membaca Kitab Suci. Awalnya membaca Kitab suci karena tugas dari guru sekarang
saya menjadi lektor di Paroki Kalasan. Saat membungkuk atau berlutut membantu saya untuk menyembah dan memuliakan Tuhan, saat berpantang
membantu saya untuk mengendalikan kesenangan dan bisa menabung dari separuhnya uang jajan yang bisa membantu sesama, dengan membaca Kitab
suci semakin mengetahui dan mengenal ajaran Yesus dan berjuang menerapkan dalam hidup [Lampiran 4: 7].
Sedangkan responden 15 menyampaikan bahwa: Saya lebih sering berdoa dengan Membungkuk badan di depan Altar saat masuk gereja dan berlutut
dihadapan salib. Hal ini membantu saya lebih rendah hati, tidak cepat marah –
marah, dan tidak ragu mohon bantuan Tuhan dalam hidup [Lampiran 4: 8]. Sedangkan responden 9 mengungkapkan jarang menerapkan cara doa
St.Dominikus selain di sekolah namun saat di gereja terkadang memandang Salib Yuhan Yesus [Lampiran 4: 7]. Pernyataan responden terkait dengan penerapan
sembilan cara doa St.Dominikus sebagian besar mengungkapkan saat ada di
65
Gereja dengan membungkuk, berlutut dan memandang salib, saat melakukan perjalanan, melakukan pantang saat masa prapaskah dan mempelajari firman.
Hanya ada dua responden yang mengungkapkan mempelajari firman saat bulan Kitab Suci dengan bergabung dalam kegiatan PIR di gereja yakni responden 3 dan
responden 10 mempelajari firman karena menjadi lektor di Gereja [Lampiran 4: 7].
Dari aspek sembilan doa St.Dominikus sebagian besar siswa melakukan berdoa dalam perjalanan, mempelajari firman dan membungkukkan badan di
depan Altar dan berpuasa dengan berpantang saat masa Prapaskah. Hal ini membantu semakin bersatu dengan Tuhan dan memohon perlindungan dari Tuhan
saat dalam perjalanan, dengan mempelajari firman menjadi sabar, diteguhkan melalui sabda Tuhan, rendah hati, tidak cepat marah
– marah, mudah mengampuni dan tidak ragu mohon bantuan Tuhan dalam hidup, lebih tegar
dalam menghadapi masalah, mengakui kebaikan Tuhan dan mensyukuri atas segala yang dimiliki berkat dan kasih dari Tuhan semakin di rasakan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. KARAKTER SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO
YOGYAKARTA
a. Semangat memulai dari apa yang ada
Pada bagian aspek semangat memulai dari apa yang ada ini penulis akan mengemukakan hasil dari pernyataan para responden mengenai soal item nomer 8
dan 9 yang membahas tentang bagaimana responden menjalani semangat
66
memulai dari apa yang ada dan apakah responden memiliki banyak akal dan mampu menemukan jalan keluar apabila mendapatkan kesulitan. Hal tersebut
dapat dilihat dari pernyataan responden . Responden 1 mengungkapkan “saya bisa melakukan semangat memulai dari
apa yang ada dengan memanfaatkan dan menerima yang ada tanpa meminta ganti yang baru apabila alat tulis masih bisa dipergunakan
” [Lampiran 4:9]. Dilanjutkan dengan pernyataan responden 2
yang menyatakan bahwa “semangat memulai apa yang ada bisa saya lakukan jika pakaian yang dipakai masih bisa
dipakai tidak cepat meminta dibelikan yang baru...” [Lampiran 4:9]. Responden 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14 dan 15 juga mengatakan bisa melakukan semangat
memulai dari apa yang ada dengan memanfaatkan dan merawat yang bisa dipergunakan dan dengan membantu orang tua, membersihkan kelas dan tidak
tergantung dengan LCD saat mendampingi PIA di gereja sebagaimana diungkapkan
oleh responden 8 “apabila tidak ada LCD bisa dengan bercerita dan mengajak adik-adik PIA untuk mewarnai gambar Tuhan Yesus [Lampiran 4:10].
Ada pula responden yang terkadang mengalami kesulitan untuk mererapkan semangat memulai dari apa yang ada, sebagaimana diungkapkan oleh responden 4
yang menyatakan bahwa” memulai dari apa yang ada kadang sulit untuk diterapkan karena segala sarana sudah tersedia. Walau terkadang sulit ada
semangat untuk berjuang menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan merawat dan menjaga sarana supaya tidak cepat rusak [Lampiran 4: 9].
Demikian pula dengan responden 11 menyatakan bahwa ” merasa kesulitan