Metodologi REPRESENTASI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DALAM FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN (Studi Semiotik Representasi Kekerasan Pasa Perempuan dalam Film Perempuan Berkalung Sorban).

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi

Penelitian 3.1.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis isi bentuk kekerasan dan diskriminasi gender pada salah satu film karya sutradara muda Hanung Bramantyo yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban. Metodologi yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Sedangkan metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Analisis deskriptif kuantitatif yaitu melukiskan secara sistematik fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu atau secara factual dan cermat. Sedangkan kuantitatif dapat diartikan dengan mencatat nilai – nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis hal yang didefinisikan. Menurut Berelson Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, obyektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak Wimmer Dominick, 2000:135. Analisis isi adalah suatu tehnik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengelola pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Isi film yang akan diteliti lebih mengarah pada kekerasan dan diskriminasi gender. Film Perempuan Berkalung Sorban ini berkaitan dengan isu yang beberapa waktu terakhir ini di berbagai media massa maupun buku-buku, atau kegiatan- kegiatan seperti seminar, diskusi, dan sejenisnya yang banyak membahas tentang protes dan gugatan yang terkait dengan ketidak adilan dan diskriminasi gender terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan dan diskriminasi gender tersebut terdapat hampir di semua tingkatan dan sektor, mulai dari tingkat internasional, Negara, Keagamaan, Sosial kemasyarakatan, Budaya, Ekonomi sampai rumah tangga. Dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini diceritakan bahwa pesantren Salafiah putri Al-Huda tempat Annisa dibesarkan, mengajarkan bagaimana menjadi seseorang perempuan muslim. Dimana pelajaran itu membuat Annisa beranggapan bahwa islam membela laki-laki, perempuan dianggap sangat lemah dan tidak seimbang. Dengan munculnya ini maka para penikmat film Indonesia disuguhkan dengan kisah berbeda, isu tentang gender yang semakin marak akhir-akhir ini membuat film tersebut menjadi kontroversi karena dianggap melecehkan syariat islam. Film yang meraih 7 Nominasi Festival Bandung ini dibintangi antara lain oleh Revalina S. Temat, Joshua Pandelaki, Nasya Abigail, Widyawati, Oka Antara, Reza Rahadian, dan Ida Leman. Film ini didistibusikan oleh Kharisma Starvision Plus dan mulai diputar secara perdana di Bioskop Indonesia pada tanggal 15 Januari 2009. Pembuatan film ini didasari oleh novel yang berjudul sama tahun 2001 yang menulis Abidah El Khalieqy, penulis perempuan asal Jombang, Jawa Timur. Novel tersebut Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. diadaptasikan menjadi sebuah naskah film oleh Ginatri S. Noer dan Hanung Bramantyo. Film ini menyajikan latar tradisi sebuah sekolah pesantren di Jawa Timur yang cenderung mempraktikan tradisi konservatif terhadap perempuan dan kehidupan modern. Dialog film ini dibawakan dalam bahasa Indonesia, bahasa jawa, dan juga terkadang bahasa arab yang sering digunakan di sekolah pesantren.

3.2. Kerangka Konseptual