Pendekatan Semiotik dalam Film

3. Social movement theory yang berupaya untuk menjelaskan gerakan massa dalam konflik kekerasan. Terdapat beberapa teori yang digunakan yaitu collective behavior dari Durkheim, grievance and frustration model yang dikembangkan dari teori deprivasinyaTed Gurr, rational choice dari olson, dan resource mobilization dari MaCarthy dan Zald. Teori-teori digunakan untuk melihat bagaimana perilaku kolektif terjadi. httpwww.google.co.idkekerasan

2.2 Semiotika Komunikasi

2.2.1 Pendekatan Semiotik dalam Film

Film menjadi media yang menarik untuk bahan kajian mempelajari berbagai hal yang terdapat didalamnya. Kajian terhadap film dilakukan kerena film memberikan kepuasan dan arti tentang budaya maupun lingkungannya terdapat hubungan-hubungan antara image dan penonton, industri dan khalayak, narasi dan budaya. Langkah yang dapat dilakukan dalam mengkaji film adalah dengan menganalisis bahasa film sehingga dapat menghasilkan makna Sobur,1993:127. Film merupakan transformasi dari kehidupan manusia, dimana gambaran- gambaran nilai manusia terlihat jelas. Kehidupan manusia dengan nilai simbol-simbol yang mempunyai makna dan arti yang berbeda-beda, lewat simbol-simbol tersebut film juga merupakan sarana ekspresi indrawi yang khas dan efisien, antara lain : mampu mengekspresikan emosi, aksi dan karakterisasi yang dikomunikasikan dengan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kemahiran mengekspresikan image-image yang ditampilkan dalam film yang kemudian menghasilkan makna-makna tertentu sesuai dengan konteksnya. Definisi semiotik yang umum adalah studi mengenai tanda-tanda Chandler, 2002: www.aber.ac.uk. Studi ini tidak hanya mengarah pada ”tanda” dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga tujuan dibuatnya tanda-tanda tersebut. Bentuk- bentuk tanda disini antara lain berupa kata-kata, images, suara, gesture, dan objek. Bila kita mempelajari tanda tidak bisa memisahkan tanda yang satu dengan tanda- tanda yang lain membentuk sebuah sistem, dan kemudian disebut sistem tanda. Lebih sederhananya semiotik mempelajari bagaimana sistem tanda membentuk sebuah makna. Menurut Jhon Fiske konsentrasi semiotik adalah pada hubungan yang imbul antara sebuah tanda dan makna yang dikandungnya. Juga bagaimana tanda-tanda tersebut dikomunikasikan dalam kode-kode Chandler, 2001: www.aber.ac.uk. Menurut Jhon Fiske dalam Introduction to Communication Studies Fiske, 2006:9 komunikasi merupakan aktivitas manusia yang lebih lama dikenal namun hanya sedikit orang yang memahaminya. Dalam mempelajari komunikasi kita dapat membaginya dalam dua perspektif, yaitu segi proses, serta sisi produksi dan pertukaran makna. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda Eco, 1976:6 dalam Sobur 2002:95. Pengertian lain juga dikemukakan Van Zoest mengartikan semiotik sebagai ”ilmu tanda sign dan segala yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengiriimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”. Penerapan semiotik pada film, berarti kita harus memperhatikan aspek medium film atau cinema yang berfungsi sebagai tanda. Maka dari sudut pandang ini jenis pengambilan kamera selanjutnya disebut shot dan kerja kamera camera work. Denngan cara ini, peneliti bisa memahami shot apa saja yang muncul dan bagaimana maknanya. Misalnya, Close up CU shot berati ambilan kamera dari leher ke atas atau menekankan bagian wajah, makna dari CU shot adalah keintiman dan sebagainya. Selain shot, yang terdapat pada camera work atau kerja kamera yaitu bagaimana gerak kamera terhadap objek, misalnya panning atau pan-up yaitu gerak kamera mendongak pada poros horizontal. Pan-up berarti kamera melihat ke atas, dan ini bermakna adanya otoritas atau kekuasaan pada objek yang diambil Berger,1982:37.

2.2.2 Model Semiotik John Fiske