3.2.3 Unit Analisis
Unit Analisis dalam penelitian ini adalah keseluruhan tanda dan lambang berdasarkan pembagian level analisis oleh John Fiske, yang terdapat pada tokoh
Anissa sebagai korban kekerasan terhadap perempuan dalam Perempuan Berkalung Sorban . Kemudia diinterpretasikan dengan teori emiotik John Fiske.
3.3 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik. 1.
Tehnik Dokumentasi atau pengumpulandata dengan menonton film Perempuan Berkalung Sorban melalui VCD.
2. Penelitian juga mengadakan pengamatan serta melakukan pencatatan, sesuai
kategori yang telah ditentukan lalu dimasukkan kedalam lembar koding.
3.4 Tehnik Analisis Data
Peneliti memperoleh data dengan mengamati film yang menjadi obyek penelitian yaitu Perempuan Berkalung Sorban. Berdasarkan data yang dikumpulkan.
Yang dihitung berdasarkan pergantian scene atau sesuai pergantian visual yang muncul dalam layar. Dalam penelitian ini peneliti membagi kategori kedalam
beberapa variabel yaitu diskriminasi gender, kesetaraan gender, perihal positif yang didapat dari perlakuan diskriminasi, kekerasan sebagai akibat dari perlawanan
diskriminasi dan netral.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Netral yang dimaksud oleh peneliti adalah adegan yang tidak ada kaitannya dengan variable diskriminasi, kekerasan, hal positif yang didapat dan kesetaraan
gender. Data netral tersebut adalah berupa intercut yaitu visual tanpa dialog yang merupakan penggambaran lokasi.
Level realitas sebagai berikut: 1. Latar setting
Terdiri dari simbol-simbol yang ditonjolkan, fungsi serta maknanya paradigma dari setting terdiri dari :
a. Lokasi: didalam ruangan in door internal atau diluar ruangan out
dooreksternal. Pada film Perempuan Berkalung Sorban ini bertempat lokasi pada daerah pesantren putri Salafiah.
b. Penggambaran setting.
c. Simbol-simbol yang ditonjolkan:
2. Kostum dan Make up costume dan make up
Paradigma dari kostum dan make up terdiri dari: a. Kostum dan make up tokoh memberikan signifikasi
3. DialogDiam dialoguesilence
Menurut Fiske 1990 :189, dalam level realitas juga dianalisis beberapa kode-kode social yang merupakan realitas secara persis dapat didefinisikan dalam
medium melalui ekspresi seperti 1. Bahasa yang digunakan: resmi atau tidak resmi
2. Karakter yang berbeda mempengaruhi bahasa yang digunakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Kalimat-kalimat yang diucapkan dalam dialog apakah memiliki arti tertentu kiasan
4. Apakah terdapat karakter tertentu yang tampak dalam diam Selain itu, menurut Fiske 1990:189, dalam level realitas juga dianalisis
beberapa kode-kode sosial yang merupakan realitas secara persis dapat didefinisikan dalam medium melalui ekspresi seperti warna kulit, pakaian,
ekspresi wajah, perilaku, dsb. Unit analisis yang terdapat pada level representasi dapat dijelaskan
sebagai berikut: 1.
Teknik kamera Ada tiga jenis shot gambar yang paling dasar yaitu meliputi:
a. Long shot LS, yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia maka
dapat diatur antara lutut, kaki hingga sedikit ruang diatas kepala. Dari jenis shot ini dapat dikembangkan lagi, yaitu Extreme Long Shot ELS, mulai dari
sedikit ruang dibawah kaki hingga ruang tertentu diatas kepala. Penngambilan gambar long shot ini menggambarkan dan memberikan informasi kepada
penonton mengenai penampilan tokoh termasuk pada body language, ekspresi tubuh, gerak, cara berjalan dan sebagainya dari ujung rambut sampai
kaki yang kemudian mengarah pada karakter serta situasi dan kondisi yang sedang terjadi pada adegan itu.
b. Medium shot MS yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia,
maka dapat diatur sebatas dada hingga sedikit ruang di atas kepala. Dari
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
medium shot dapat dikembangkan lagi, yaitu Wide medium shot WMS gambar medium shot agak melebar kesamping kanan dan kiri. Pengambilan
gambar medium shot menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang ekspresi dan karakter, secara lebih dekat lagi dibandingkan
long shot. c.
Close up CU menggambarkan secara details ekspresi pemain dari suatu peristiwa lebih detail pada ekspresi tubuh, contohnya mata, bibir,tangan dan
sebagainya
2. Pencahayaan
Cahaya menjadi salah satu unsur media visual, karena dengan cahaya informasi bisa dilihat. Cahaya pada mulanya hanya merupakan unsur teknis
yang membuat benda bisa dilihat. Maka penyajian film juga pada mulanya disebut sebagai “painting with light”melukis dengan cahaya. Namun dalam
perkembangannya bertutur dengan gambar ternyata fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu, menunjang mood atau
atmosfer set dan bisa menunjang dramatik adegan Biran,2006:43. Menurut David Chandler dalam www.abe.ac.ukthe “grammar” oh
television and film, unit analisis dalam level representasi meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, musik, suara dan casting yang ditransmisikan sebagai
kode-kode representasi yang bersifat konvensional.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Selanjutnya, pada level representasi yang diamati adalah bagaimana penstransmisian kode-kode representasi lewat kerja kamera, pencahayaan,
musik, casting, editing dan narasi. Namun dalam penelitian ini peneliti tidak akan membahas lebih lanjut
teknik editing dan penataan musik yang ada dalam level representasi, karena keduanya dianggap tidak memiliki kaitan langsung terhadap pembahasan
representasi kekerasan pada wanita dalan film Perempuan Berkalung Sorban.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran