diadaptasikan menjadi sebuah naskah
film oleh Ginatri S. Noer dan Hanung
Bramantyo. Film ini menyajikan latar tradisi sebuah sekolah pesantren di Jawa Timur yang cenderung mempraktikan tradisi konservatif terhadap perempuan dan kehidupan
modern. Dialog film ini dibawakan dalam bahasa Indonesia, bahasa jawa, dan juga terkadang bahasa arab yang sering digunakan di sekolah pesantren.
3.2. Kerangka Konseptual
3.2.1 Korpus
Didalam penelitian Kualitatif diperluhkan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada
perkembangannya oleh analisis kesewanangan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsure-unsur akan memelihara sebuah sistem
kemiripan dan perbedaan yang lengkap, corpus juga bersifat homogen mungkin, baik homogeny pada taraf waktu sinkroni. Kurniawan, 2000:70. Keseluruhan scene
dalam film ini adalah 191 scene dan yang menjadi corpus dalam penelitian ini adalah 9 adegan baik kekerasan fisik maupun psikologis selengkapnya ada pada lampiran
dan dialog yang merujuk kekerasan fisik maupun kekerasan psikologis dalam film Perempuan Berkalung Sorban.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.2.2 Definisi Operasional Konsep 3.2.2.1 Representasi
Representasi berasal dari kata “Represent” yang bermakna stand for artinya berarti atau juga “act as delegate for” yang bertindak sebagai perlambang atau
sesuatu Kerbs, 2001 : 456. Representasi juga dapat sebagai suatu tindakan yang menghadirkan dan mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain diluar dirinya,
biasanya berupa tanda atau symbol. Piliang, 2003:21 Representasi adalah konsep yang diguanakan dalam proses sosial pemaknaan
melalui sistem penandaan yang tersedia dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.
Lewat bahasa symbol-simbol dan tanda tertulis, lisan atau gambar tersebut itulah seseorang dapat mengungkapkan pikiran, konsep dan ide-ide tentang sesuatu.
Juliastuti, 2000 Dalam film, alat-alat representasi itu sebuah narasi besar, cara bercerita,
sceneraio, penokohan, dialog dan beberapa unsure lain didalamnya. Menurut Graeme Tuner 1991:128, maka film sebagai representasi dari realitas masyarakat berbeda
dengan film sekedar sebagai refleksi dan realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film sekedar memindahkan ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara sebagai
representasi dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvoi-konvoi dan ada ideology kebudayaannya Irawanto,
1999:15
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.2.3 Unit Analisis