BAB I PENDAHULUAN
Setiap kongregasi senantiasa mengusahakan cara-cara tertentu untuk pengembangan hidup panggilan baik dari segi jumlah anggota, kualitas anggota
maupun peningkatan mutu panggilan seluruh anggota. Kongregasi melihat cara yang tepat untuk meningkatkan mutu panggilan adalah melalui pembinaan pada
masa novisiat. Novisiat adalah tempat dan masa yang tepat untuk penanaman nilai-nilai hidup religius, karena masa novisiat merupakan masa pembinaan untuk
menapaki jejak kesungguhan sikap dan motivasi dasar panggilan calon, agar pihak kongregasi mempunyai bukti yang cukup mendasar untuk memperbolehkan calon
mempersiapkan diri melanjutkan perjalanan panggilannya dengan tetap mengikuti tahap-tahap pembinaan berikutnya Tim Formator, 2001: 25.
Mengingat ada banyak cara untuk dapat mewujudkan harapan dan cita-cita tersebut,
maka kongregasi melakukan pembinaan-pembinaan melalui berbagai macam ekperimen untuk membuktikan bahwa calon memiliki kemampuan dalam
menghayati spiritualitas kongregasi berserta tuntutannya secara praktis dan konsekuen. Oleh karena itu dibutuhkan banyak dukungan baik dari segi tenaga
maupun finansial yang dapat membantunya untuk merealisasikan harapan tersebut. Pada bagian ini penulis hanya akan membahas pentingnya meningkatkan
formatio
, khususnya untuk para novis agar memperoleh gambaran yang jelas
dalam meningkatkan mutu panggilan melalui bidang
formatio
yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
2
A. Latar Belakang
Dewasa ini setiap kongregasi merasakan berbagai macam tantangan dalam mengusahakan mutu panggilan baik dari sisi motivasi maupun dari sisi jumlah
anggota kongregasi. Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang mengalami tantangan itu, tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga dari segi
kualitas. Kesadaran akan banyaknya tantangan untuk menumbuhkan panggilan yang sungguh-sungguh pastilah setiap tarekat akan mengusahakan berbagai cara
untuk mengadakan promosi panggilan.
Lemahnya penghayatan nilai-nilai keutamaan yang terkandung dalam
hidup religius seperti doa, kesetiaan, keheningan, kaul, hidup bersama dan lain sebagainya menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu panggilan. Demikian
pula dengan latar belakang para calon religius baik latar belakang keluarga, budaya maupun bahasa juga turut mempengaruhi perkembangan kepribadiannya
yang kadang sulit dibina. Belum lagi dengan adanya budaya instan seiring perkembangan zaman yang sungguh mempengaruhi pola pikir dan perkembangan
hidupnya baik secara fisik, psikis, psikologis maupun spiritualnya. Selain itu kematangan manusiawi dan rohani para calon perlu pengolahan lebih lanjut agar
melalui
formatio
para calon sungguh dibentuk menjadi religius baik dalam cara hidup, cara bertindak, cara berpikir maupun cara bertingkah laku agar semakin
memahami secara mendalam tentang hidup sebagai religius Suparno, 2016: 13.
Yohanes Paulus II dalam dekrit
Perfectae Caritatis
art. 2-4 mengajak setiap kongregasi untuk mengadakan pembaharuan kehidupan membiara termasuk
pembaharuan seluruh anggota dengan kembali kesumber hidupnya sendiri, yaitu kharisma pendiri untuk menemukan perwujudan yang aktual serta relevan dalam