29
bulan dengan dua sesi. Sesi I hari Sabtu pukul 16.30-18.00 dilanjutkan pukul 19.30-2.00 sedangkan sesi II dilaksanakan hari Minggu pukul 08.30-12.00 WIB.
[Lampiran 6: 12].
4. Retret
Retret bagi para novis dilaksanakan satu tahun sekali selama 8 hari menjelang penerimaan novis tahun pertama, pembaharuan novis tahun II dan
menjelang profesi pertama. Pembimbing retret adalah pemimpin novis atau bisa juga pemimpin umum dan tim spiritualitas kongregasi. Retret diberikan dengan
tujuan agar para novis semakin memiliki ketajaman hati melihat rencana dan kehendak Allah dalam setiap perjuangan hidupnya [Lampiran 6: 12].
5. Rekreasi
Rekreasi bersama di novisiat diadakan setiap Sabtu malam Minggu dan Minggu malam Senin setelah ibadat penutup. Sedangkan rekreasi tahunan
dilaksanakan setahun sekali pada akhir tahun pelajaran atau sesudah pembaharuan niat untuk novis tahun I atau novis II. Selain itu rekreasi bersama juga
dilaksanakan ketika salah satu anggota komunitas merayakan hari ulang tahun dan juga hari-hari raya besar dalam kongregasi. Untuk rekreasi terpimpin
dilaksanakan seminggu sekali setiap Sabtu malam Minggu. Rekreasi bersama dimaksudkan untuk menjalin keakraban satu sama lain dalam persaudaraan.
Selain itu rekreasi bersama dimaksudkan untuk melatih kepekaan satu sama lain dalam kebersamaan dan untuk mengenal satu sama lain [Lampiran 6: 12].
30
6. Bimbingan Pribadi
Setiap novis seminggu sekali wajib mengadakan bimbingan pribadi dengan pemimpin novis. Bimbingan lebih bersifat pendampingan untuk pengolahan hidup
itu. Sebulan sekali para novis wajib mengadakan pembicaraan pribadi untuk melihat sejauh mana pertumbuhan dan perkembangannya dalam menanggapi
panggilan Tuhan. Pada akhir masa novisiat tahun pertama dan tahun kedua para novis mengadakan pembicaraan pribadi dengan pemimpin umum sehubungan
dengan tindak lanjut dalam pergulatan hidup panggilannya. Setahun sekali para novis mengadakan pembicaraan pribadi dengan pemimpin umum pada saat visitasi
untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai pertumbuhan dan perkembangan para novis baik secara emosional maupun secara spiritual [Lampiran 6: 12].
D. Beberapa Pokok Permasalahan dalam
F ormatio
Pembinaan Novis Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang
Dari gambaran umum
formatio
novis yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun dari 2015-2016, penulis melihat ada 2 dua permasalahan pokok dalam
formatio
novis Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang.
Pokok permasalah ini mendasarkan pada kenyataan yang terjadi, oleh karena itu pokok permasalahnya dilihat berdasarkan faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Ekstern
Seiring dengan perkembangan zaman, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap calon yang datang berasal dari budaya dan latar belakang yang berbeda dan
kebanyakan calon yang datang sudah hidup dalam zaman yang serba modern.
31
pola pikir calon baik yang berasal dari desa maupun daerah yang sudah dianggap maju karena itu mereka disebut anak zaman. Perkembangan zaman juga turut
serta mempengaruhi proses
formatio
baik secara langsung maupun tidak. Meskipun secara langsung hal-hal tersebut diatas tidak selalu berhubungan
langsung dengan
formatio
namun hendaknya menjadi bahan pertimbangan bagi kongregasi terutama bagi mereka yang dipercaya secara langsung dalam bidang
formatio
untuk dapat memilih pendekatan yang tepat dalam proses
formatio
khususnya bagi para novis KKS [Lampiran 7: 13].
2. Faktor Intern
Minimnya jumlah anggota kongregasi yang berminat dalam bidang
formatio
menjadi dampak bagi proses
formatio.
Pemimpin novis yang disiapkan oleh kongregasi sangat kurang, mengingat keterbatasan jumlah anggota kongregasi,
sehingga staf pemimpin novis yang bertugas sebagai formator di novisiat tidak hanya merangkap tugas tetapi bertahun-tahun menjadi pendamping novis.
formator jenuh dengan tugas-tugas yang sama bahkan timbul rasa bosan yang membuatnya tidak lagi memiliki kreatifitas baru dalam proses pendampinga,
jumlah calon yang masuk amat sedikit, membuat formator harus ekstra membina, serta mendampingi sendiri, mengingat minimnya jumlah calon yang masuk dan
yang siap belajar untuk memenuhi harapan bersama [Lampiran 7: 13].
BAB III
F ORMATIO
PEMBINAAN NOVIS BERDASARKAN SPIRITUALITAS KELUARGA KUDUS
YESUS MARIA DAN YOSEF
Formatio
merupakan seluruh kegiatan dengan prosesnya yang menjadikan seseorang hidup sebagai seorang religius menurut spiritualitas, pola dan bentuk
serta praktek hidup religius.
Formatio
diadakan dengan maksud agar setiap suster pertama-tama mencari Allah, mengikuti Kristus dan mengabdikan seluruh
hidupnya kepada Tuhan dan sesama dengan hidup bersumber pada kesatuan erat dengan Kristus, sehingga mampu menemukan suatu iklim rohani, kebahagiaan
hidup, dan entusiasme apostolik di dalam komunitas yang memudahkan mereka mengikuti Kristus sesuai dengan radikalisme pembaktian mereka yang
lebih mengutamakan kehendak Allah dalam seluruh hidup dan perjuangannya PPDLR, art. 27.
Ign.Wardi Saputra 2016: vii-viii menjelaskan bahwa pembinaan dasar bagi kaum religius sungguh memberikan banyak bekal dan wawasan baru tentang
hidup membiara bagi calon dalam mengembangkan hidup panggilannya agar setelah melewati pembinaan dasar mampu dan siap menghadapi segala persoalan
dan tantangan dalam menanggapi panggilan hidupnya melalui tugas dan perutusan. Dalam artikel yang sama ia juga menyebutkan secara jelas bahwa bina
lanjut merupakan proses pembinaan yang melekat dalam keseluruhan tahap pembinaan agar para novis lebih memahami panggilan Ilahi, dan mengalami cara
hidup tarekat dan khususnya yang khas dari tarekat yang bersangkutan.
33
A. Pandangan Umum tentang
F ormatio
Pembinaan
Pada masa ini
formatio
sudah menjadi program utama dalam setiap tarekat religius untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan spiritual hidup
rohani bagi seluruh anggota tanpa terkecuali juga bagi para calon religius. Untuk itu perlulah setiap religius memahami pentingnya
formatio
dalam seluruh proses pergumulan panggilannya sebagai seorang religius.
1. Definisi
F ormatio
Formatio
adalah pembentukan, atau juga pendampingan. Meskipun demikian
Formatio
juga bisa berarti pembinaan, sesuai dengan apa yang dimaksudkan dalam konstitusi Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari
Pangkalpinang Konst 2003, art. 75-116. Proses pembinaan bagi para calon religius lebih mengarah pada pola kerohanian dalam hidup religius, sebagaimana
dinyatakan oleh Darminta 1983: 1-2 sebagai berikut: “Pada mulanya
formatio
bersifat bimbingan pribadi dengan melatih orang agar mampu hidup secara rohani. Mereka dilatih dan dididik menurut pola hidup tertentu, yang dialami
sebagai jalan menuju kesempurnaan hidup ”.
Pembinaan merupakan suatu usaha pembentukan anggota dalam proses terus menerus sampai tercapainya kepribadian yang utuh serta kehidupan religius yang
mantap. Menurut Mardi Prasetyo 2001a: 21 pembinaan adalah proses dan saat untuk menimba kekuatan dari sumber kerohanian kongregasi untuk hidup di
zaman ini, sekaligus saat untuk membangun satu rasa, satu budi, satu hati, dan satu keprihatinan dengan tarekat atau provinsi yang dewasa dan berkualitas dan utuh.