Pemilu Pertama di Timor Timur

27

I. Pemilu Pertama di Timor Timur

Dengan selesainya operasi keamanan, militer Indonesia berkesimpulan bahwa mereka telahberhasil mengamankan wilayah ini.Ketika pemilihan umum diselenggarakan pada tahun 1982, ini juga diselenggarakan untuk pertamakalinya di Timor Timur.Militer bertanggung jawab untuk menjaga keamanan bagi pelaksanaan pemilu di seluruh kepulauan Indonesia.Untuk itu militer membutuhkan pasukan yang besar dalam melaksanakan tugasnya untuk mengawal keamanan pemilu di seluruh kepulauan Indonesia, menyebabkan berkurangnya pasukan militer yang berada di wilayah Timor Timur. 22 Hasil pemilu di Timor Timur menunjukkan lebih dari 99 suara memilih Golkar, Partai Presiden Soeharto yang berkuasa.Hal ini, ditambah dengan perhitungan suara yang sangat cepat, menunjukkan dengan kuat adanya hasil yang dimanipulasi.Kemungkinan motif bagi manipulasi suara ditujukkan setahun berikutnya ketika Gubernur Mario Carrascalao menyatakan bahwa : „‟Orang- orang telah diberitahu bahwa dengan memilih Golkar, mereka akan menunjukkan pandangan mereka tentang integrasi dengan Indonesia. ‟‟ 23 Dalam peristiwa itu, Indonesia menggunakan suara sebagai bukti tentang adanya dukungan bagi Indonesia.Xanana Gusmao tidak menahan-nahan serkesmenya dalam pesannya kepada PBB pada tahun 1982 : …partainya Suharto memenangi pemilu lagi. Di Timor Timur, dibawah todongan senjata, semua penduduk memberikan suara yang mendukung Golkar. Sebuah paradoks yang mengherankan, Timor 22 Peter A, Rohi, “Hanya Dengan 1 Pistol di Pinggang Kotak Suara di Kawal Ke Los Palos’’, Sinar Harapan, 1 Juni 1982, hlm. 84. 23 Chega,op, cit., hlm. 275. 28 Timur dan Irian Jaya merupakan “provinsi kesayangan” Soeharto dan pendukung Golkar. 24 Walaupun pelaksanaan pemilu di Timor Timur banyak mengalami kecurangan,akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pemerintahan Indonesia sudah dilaksanakan dan dijalankan di Timor Timur. Segera setelah pelaksanaan pemilu, pihak militer Indonesia memulai pendekatan baru untuk menjaga keamanan di Timor Timur, yaitu dengan melakukan pendekatan negosiasi dengan gerakan resistensi Timor Timur.Berbagai pertemuan lokal antara pejabat Indonesia dan Falintil sering dilakukan yang kemudian membuka jalan bagi beberapa kontak di tingkat yang lebih tinggi.Pada tanggal 20 Maret 1983, dua orang mayor Indonesia dan beberapa staf militer bertemu dengan Xanana Gusmao di Liaruca untuk melakukan negosiasi.Pada pertemuan ini dihasilkan empat poin yang diminta oleh pihak Falintil diantaranya : 1 penarikan tanpa sarat pasukan Indonesia dari Timor Timur; 2 sebuah misi penjaga perdamaian PBB; 3 sebuah referendum yang bebas dan adil; dan 4 kehadiran FalintilFretilin yang berkelanjutan untuk menjaga keamanan selama proses ini. 25 Tiga hari kemudian tanggal 23 Maret 1983, Kolonel Purwanto sendiri yang bertemu dengan Xanana Gusmao di Larigutu.Pertemuan ini menghasilkan penandatanganan kesepakatan genjatan senjata antara militer Indonesia dengan FalintilFretilin.Yang lainnya mengikuti, dan genjatan senjata pun menyebar ke seluruh wilayah Timor Timur. 26 24 Xanana Gusmao, „‟Message to the 37 th UN General Assembly, 14 Oktober 1982. Dalam Chega, hlm 275. 25 Jill Jolliffe, Timor: Terra Sangrenta, O Jornal, Lisabon, 1989, hlm. 163-170. 26 Chega,op. cit., hlm. 276. 29

BAB III FAKTOR INTEGRASI TIMOR TIMUR DENGAN INDONESIA