Invasi Militer Indonesia ke Timor Timur

19 Keinginan invasi besar-besaran untuk menguasai Timor Timur menjadi jelas pada bulan Desember, Indonesia melancarkan operasi militer yang diberi nama Operasi Flamboyan. Operasi ini didukung oleh pemerintah Australia untuk menggabungkan Timor Timur kedalam wilayah Indonesia setelah Perdana Mentri Australia Gough Whitlam bertemu dengan Presiden Suharto di Wonosobo. Militer Indonesia pun menpersiapkan pasukannya untuk melakukan invasi besar-besaran ke wilayah Timor Timur dengan membentuk Komando Tugas Gabungan Operasi Seroja. Pasukan ditambah 3.200 orang, bantuan ini termasuk Detasemen Tempur ke 2 Kopassandha, Batalion Infanteri Surabaya, kapal selam ratulangi, dua pesawat pengangkut, dan 3 batalion dari Brigade Infanteri ke 2 Jawa Timur. Komando operasi Seroja membuat strategi penyerangan dari dua sisi oleh pasukan gabungan terhadap Dili. Puncaknya pada tanggal 7 Desember 1945, Indonesia melancarkan serangan besar-besaran terhadap Dili

F. Invasi Militer Indonesia ke Timor Timur

Militer Indonesia merasa frustasi karena gagal memancing intervensi dengan cara mendorong konflik internal. Sekarang pemimpin Operasi Komodo harus banting stir, yaitu langsung memakai jalan keluar militer. Pemerintahan FRETILIN harus dilenyapkan secepatnya, sebelum mereka berhasil memantapkan diri menjadi salah satu pemegang kuasa yang dipercaya orang.Untuk mencapai sasaran ini kontrol kewilayahan mereka harus terus dikurangi dengan cara penyerangan di kantong wilayah yang dikontrol FRETILIN.Jika ini gagal, maka yang harus dilakukan adalah penyerbuan langsung.Sementara itu di front 20 Internasional, opini luar negeri harus digarap dengan hati-hati, agar siap menerima hasil apapun.Untuk itu operasi Komodo terus mendengungkan mitos bahwa perang saudara tidak berhenti setelah bulan Agustus. Mitos ini diterbitkan di surat kabar asing agar terlihat perang saudara di Timor Timur masih bergejolak, padahal sumber perang itu adalah serangan perbatasan oleh pasukan Indonesia sendiri. 10 Pada tanggal 7 Desember 1975, 10.000 anggota pasukan tentara Indonesia yang didukung kapal-kapal perang buatan Rusia, pesawat-pesawat angkut, tank ampibi, pesawat perang dan helikopter buatan Amerika, dengan nama sandi Operasi Seroja, pada tanggal 8 Desember 1975 dilaksanakan penyerbuan atas Dili. Dimulai dengan pengeboman dipagi buta, disusul dengan serangan udara pukul 5 pagi dan pada saat yang sama tentara elit Indonesia, kopassandha mendarat di dermaga. Dalam susunan strategi perang saat itu akan dilakukan pengepungan Dili secara cepat oleh pasukan khusus dari daerah perbatasan. Tetapi mereka harus melewati perlawanan ketat FRETILIN sehingga rencana semula gagal.Pasukan penyerbuan yang dipimpin oleh Jendral Murdani, dengan anak buahnya, Kolonel Dading. Dengan 10.000 tentara yang telah diturunkan berasal dari divisi Brawijaya, Jawa Timur dan Siliwangi, Jawa Barat, melakukan serangan yang sangat brutaldan terjadi pembunuhan yang sistematik terhadap penduduk sipil di Dili. Kekerasan dan perampasan harta benda dengan cara-cara yang primitive. Bahkan Uskup Dili, Mgr. Costa Lopez, menggambarkan begitu tentara mendarat dimulailah pembunuhan terhadap siapapun yang mereka temui. Mayat-mayat 10 Taylor, John G, op, cit., hlm 105. 21 bergelimpangan di jalan, yang kami lihat hanyalah tentara yang membunuh dan terus membunuh. 11 Sekitar pukul 9 pagi tahun 1975 di Dili, sekelompok orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak juga telah dibunuh dengan cara sama. Seorang saksi mata mengatakan bahwa tentara Indonesia menyambar anak-anak dari ibunya dan melemparnya ke kerumunan, kemudian perempuan-perempuan itu dibunuh satu per satu, dan semua yang melihat disuruh menghitung. 12 Medan pembunuhan lain adalah di sekitar barak Polisi Portugis di selatan kota. Pada tanggal 10 Desember pasukan lain mendarat di Bacau, sedangkan pada tanggal 25 dan 26 Desember jumlah pasukan ditambah lagi sekitar 15.000 dari 10.000 pasukan yang sudah ada. Penambahan itu dilakukan untuk mendorong gerak pasukan di kota-kota seperti Dili dan Bacau ke daerah pedalaman.Dengan dukungan dari pemerintah Australia terhadap pendudukan militer Indonesia atas Timor Timur, dan memberi pengesahan melalui pengakuan de jure atas kedaulatan Indonesia.Bahkan setiap pernyataan yang penting dikeluarkanoleh Indonesia, diterima begitu saja sebagai aksioma untuk perumusan kebijakan luar negeri Australia. Setelah pasukan Indonesia masuk lebih dalam lagi di wilayah Timor Timur pasukan FRETILIN mundur lebih jauh lagi ke pedalaman, pertama ke Maubisse dan kemudian ke pantai selatan.Pembantaian tahanan terjadi ketika FRETILIN bergerak mundur tahanan yang dibantai itu adalah mereka yang menjadi pengikut partai UDT dan APODETI.Ketika komite FRETILIN terpecah, sebagian berada di 11 Uskup Timor Timur, 1983 dalam John G. Taylor.,op. cit., hlm 122. 12 Dunn, 1977 dalam John G. Taylor.op. cit., hlm 123. 22 Aileu dan sebagian berada di Maibisse.Dalam keadaan seperti inilah FRETILIN melakukan beberapa eksekusi massal terhadap para tahanan di daerah Aileu. 13 Menyadari keterbatasannya dan keterdesakannya oleh militer Indonesia pada tanggal 15 Mei sampai Juli 1976, FRETILIN mengadakan konfrensi nasional di Soibada di daerah pedalaman timur untuk menentukan strateginya. FRETILIN membuat keputusan untuk memobilisasi resistensi nasional.Strateginya mencakup resistensi semi gerilya. Hal ini akan mendukung secara logistik oleh penduduk sipil yang akan ikut dengan FRETILIN.

G. Peresmian Intergrasi Timor Timur Oleh Indonesia