Dampak Positif Dari Integrasi Timor Timur ke Indonesia

45 operasi bantuan domestik Indonesia, dan larangan bagi lembaga internasional untuk masuk ke wilayah tersebut. 8 Tidak terdengar sedikitpun kegiatan perekonomian di Timor Timur, karena semua kegiatan jenis apapun di Timor Timur selalu berada dibawah pengawasan militer Indonesia.

B. Dampak Positif Dari Integrasi Timor Timur ke Indonesia

1. Bidang Sosial

Masyarakat Timor Timur pada saat berada dibawah Indonesia banyak mengalami perkembangan yang siknifikan terutama dalam bidang sosial, pendidikan, kesehatan, serta sarana dan prasarana.Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial telah menghasilkan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih baik yang ditunjukkan oleh berbagai indicator, diantarannya : jumlah penduduk melek huruf meningkat dari 7,8 persen pada tahun 1976 menjadi 45,1 persen pada tahun 1990, angka kematian bayi per seribu kelahiran hidup adalah 65 pada tahun 1993, serta usia harapan hidup penduduk adalah 61,8 tahun pada tahun 1993. Peningkatan kesejahteraan tersebut didukung oleh peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Propinsi Timor Timur yang makin merata dan makin luas jangkauannya. Pada tahun 1990 telah ada 10 unit rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 549 buah, dan pusat kesehatan masyarakat puskesmas serta puskesmas pembantu sebanyak 188 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 79,1 kilometer persegi dan penduduk yang dilayani 8 Ibid.,hlm. 253. 46 sebanyak 3.976 orang per puskesmas termasuk puskesmas pembantu. Keadaan ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan tahun 1985, dengan jumlah puskesmas baru mencapai 63 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 236,1 kilometer persegi dan dengan penduduk yang dilayani sebanyak 34.576 orang per puskesmas. Dibandingkan pada masa pendudukan Portugis tingkat pendidikan rakyat Timor sangat rendah, itu dikarenakan pada masa itu penduduk tidak bebas dan hanya pada golongan tertentu saja yang dapat menikmati pendidikan, seperti para pegawai pemerintahan, polisi atau tentara, dan anak kepala suku saja yang dapat merasakan pendidikan. Sedangkan masyarakat biasa tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ketika Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia, tingkat pendidikan rata-rata penduduk Timor Timur telah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Hal ini diperlihatkan oleh angka partisipasi sekolah dasar SD kasar yang pada tahun 1992 telah mencapai 96,9 persen. Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung oleh ketersediaan sekolah yang makin meningkat. Pada tahun 1992 telah ada 822 unit SD yang berarti rata-rata lebih dari satu unit SD pada setiap desa. Peningkatan jumlah SD dan murid didukung oleh peningkatan jumlah guru.Pada tahun 1992 tercatat 5.024 orang guru dan setiap guru SD melayani 20 murid. 9 Pembangunan daerah Timor Timur didukung oleh pembangunan prasarana yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat I 9 http:haumaknee.blogspot.com201212sistem-pendidikan-di-timor-leste.html. diunduh tanggal 25 maret. 47 dan daerah tingkat II. Di bidang prasarana transportasi sampai dengan tahun 1992 telah dibangun dan ditingkatkan berbagai prasarana transportasi darat meliputi dermaga penyeberangan dan jaringan jalan yang mencapai 3.832 kilometer. Ketersediaan jaringan jalan tersebut telah makin baik, seperti terlihat pada tingkat kepadatan yang mencapai rata-rata 226,7 kilometer per 1.000 kilometer persegi. Ketersediaan prasarana transportasi lainnya yang mendukung pembangunan daerah seperti prasarana transportasi laut dan transportasi udara juga telah meningkat. Propinsi Timor Timur memiliki 3 pelabuhan laut yang cukup besar, yaitu pelabuhan laut Dili, Pante Macasar, dan Corn, yang telah ditingkatkan fasilitas dermaga dan fasilitas keselamatan pelayarannya. Demikian pula, prasarana transportasi udara yang ada di Timor Timur pada umumnya kondisinya telah meningkat. Dua Bandar udara bandara yang ada, yaitu Bandara Comoro di Dili dan Bandara Baucau, dewasa ini fasilitasnya telahditingkatkan meskipun dari keduanya hanya Bandara Comoro yang dipergunakan untuk penerbangan komersial. Di bidang pengairan, meskipun masih terbatas, telah pula dilaksanakan peningkatan prasarana pengairan, berupa jaringan irigasi.Pada tahun 1993 jaringan irigasi telah dapat mengairi sawah seluas kurang lebih 7.000 hektare sehingga membantu peningkatan dan menunjang produksi pertanian. Penyediaan prasarana ketenagalistrikan di propinsi ini dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara PLN Wilayah XI yang meliputi Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur, sampai dengan 48 tahun 1991 telah menghasilkan daya terpasang sebesar 152 megawatt. 10

2. Bidang Politik

Setelah Timor Timur berada di bawah pemerintahan Indonesia dan menjadi provinsi yang ke 27, otomatis kontrol keamanan dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, dengan demikian kegiatan politik Timor Timor tidak sebebas ketika sebelum pendudukan Indonesia. Meskipun demikian, peristiwa ini membawa perubahan yang positif bagi Timor Timur, yang semula menyelesaikan permasalahan dengan kudeta ataupun dengan pertempuran, sekarang berubah menjadi politik diplomasi dan tanpa kekerasan. Usaha diplomasi ini dilakukan oleh partai UDT dan Fretilin, akan tetapi yang lebih dominan selama dekade pertama setelah invasi Indonesia sebagian besar dilakukan oleh Fretilin. Tujuan diplomatik Fretilin adalah memperkenalkan Republik Demokratik Timor-Leste secara internasional, aktifitas merekan menjadi dasar kuat bagi kampanye penentuan nasib sendiri di masa depan. Merekalah yang membuka diplomasi garis depan diplomasi utama di Eropa, Afrika, Amerika Serikat dan di PBB. Hubungan yang kuat dan berkesinambungan juga dipelihara bersama organisasi-organisasi masyarakat madani di banyak negera. Dampaknya usaha itu 10 https:www.bappenas.go.id Diunduh tanggal 25 maret. 49 mendapar respon dari Negara internasional dan dukungan dari PBB atas usaha penentuan nasib sendiri bagi rakyat Timor Timur. 11 Pada 1990-an CNRM Concelho Nacional da Resistencia MaubereDewan NasionalPerlawananMaubere berusaha berdialog dengan Indonesia. Dengan dukungan LSM internasional dan berbagai kelompok masyarakat sipil, menawarkan rencana tiga tahap untuk perdamaian, yang pada dasarnya adalah demiliterisasi Timor Timur, sebuah otonomi transisional, dan sebuah tindakan penentuan nasib sendiri untuk menentukan status politik permanen wilayah tersebut. Mereka mengajukan rencana damai tersebut pertama ke Uni Eropa dan kemudian ke PBB, dan menunjukkan dukungan aktif oleh Portugal.Pemerintah Indonesia menolak rencana tersebut. Meskipun demikian rencana tersebut tetap ditawarkan selama dasawarsa 1990-an sebagai fokus upaya diplomatik CRNM dan tanda keinginan mereka untuk mencari solusi melalui dialog. 12 Sementara itu Portugal memulai lagi pembicaraan dengan Indonesia pada 1992, setelah menghentikan hubungan pasca pembantaian Santa Cruz pada 1991. Jose Ramos-Horta melanjutkan kempanye diplomatikna berdasarkan rencana perdamaian ini.Saat Indonesia berada dibawah tekanan yang meningkat menyusul terungkapnya pembantaian Santa Cruz, dan sebagian kalangan internasional merasa berkepentingan untuk mencapai solusi bagi Timor Timur. Dengan dukungan masyarakatTimor Timur yang berada di luar negeri dan 11 Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi CAVR di Timor-Leste,,ChegaVolum II Laporan Komisi Penerimaan Kebenaran dan Rekonsiliasi CAVR di Timor-Leste, Jakarta, PT Gramedia, 2010, hlm 752- 754. 12 Chega, op.cit., hlm. 299. 50 gerakan solidaritas internasional yang makin luas, ia bekerja keras untuk meningkatkan profil internasional pemimpin CNRM, Xanana Gusmao, dan untuk meyakinkan para pemimpin dunia bahwa solusi politik dapat dilakukan dalam penyelesaian Timor Timur. Penganugrahan hadiah nobel perdamaian 1996 bagi Uskup Belo dan Jose Ramos-Horta adalah momen pendorong baru bagi perjuangan rakyat Timor Timur untuk diakui secara internasional. Penghargaan tersebut memberi pengakuan bagi perjuangan kedua orang ini, yang pengalamannya selama pendudukan Indonesia sangat berbeda tetapi visi tentang indentitas rakyat Timor Timur dan harga diri manusia tetap sama. Dalam pidato penerimaan nobel perdamaian Uskup Belo mengatakan : Saya sangat percaya bahwa saya berada di sini dasarnya sebagai suara dari rakyat Timor Timur yang tidak bersuara, yang spiritnya bersama saya hari ini, jika tidak secara langsung. Dan apa yang diinginkan rakyat adalah perdamaian, diakhirinya kekerasan, dan dihormatinya hak asasi mereka. Harapan saya yang paling besar bahwa hadiah nobel perdamaian 1996 ini dapat membantu mencapai tujuan-tujuan tersbut. 13 Di Timor Timur, Anugrah Nobel Perdamaian tersebut menunjukan kepada rakyat Timor Timur bahwa mereka tidak dilupakan oleh masyarakat internasional, dan meningkatkan harapan untuk bantuan internasional dalam pencarian solusi bagi konflik di Timor Timur. 13 Chega, op. Cit., hlm.301. 51

3. Bidang Ekonomi

Program pembangunan yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap wilayah Timor Timur pada masa pendudukannya dapat dibagi kedalam beberapa tahap. Pertama, periode antara 17 Juli 1976 hingga 31 Maret 1977, pemerintah Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp 4 milyar. Dana dimaksudkan untuk membiayai proyek-proyek yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan masyarakat seperti penyedian tempat tinggal bagi 40.000 orang pengungsi, perbaikan pasilitas-pasilitas kesehatan, sarana pendidikan, juga penyediaan air minum dan listrik. Periode ini di kategorikan dengan periode rehabilitasi. Kedua, suatu tahap yang disebut sebagai periode konsolidasi. Tahap ini terhitung antara 1977 hingga 1989. Anggaran sebesar Rp 6,6 milyar disalurkan kepada propinsi baru ini, dengan perincian Rp 3,5 milyar dialokasikan untuk proyek-proyek pembangunan sarana pendidikan, pengembangan dibidang pertanian, kehutanan dan koperasi. Pada periode konsolidasi ini, anggaran itu juga termasuk sebagai subsidi dalam bentuk intruksi Presiden, yakni Rp 1,5 milyar untuk pemerintah propinsi, untuk pemerintah daerah Rp 520 juta, pembangunan desa-desa disalurkan sebesar Rp 228 juta, untuk pembangunan fasilitas kesehatan masyarakat Rp 368 dan Rp 542 juta untuk pembangunan sarana pendidikan. Ketiga, sejak April 1978 sampai dengan 1985, pemerintahan Indonesia menyalurkan secara terus menerus mengupayakan program-program pembangunan di Timor Timur. tahap ini disebut dengan tahap stabilitas. Menurut 52 catatan Singh, jumlah total dana yang disalurkan pemerintah Indonesia dari tahun 1976 hingga 1985 adalah sebesar Rp 278.647.165.660. 14 Upaya pembangunan di bidang sarana dan prasarana sebagaimana yang diajukan RAPBN periode 19961997, yang oleh sebagian kalangan dipahami sebagai bentuk komitmen pemerintahan untuk pembangunan sosial dan ekonomi di Timor Timur, karena terlihat dari jumlah dana pembangunan yang disalurkan oleh pemerintah ke propinsi tersebut tampak selalu mengalami peningkatan. Ini terlihat dalam Repelita VI menunjukan angka kenaikan angaran pembangunan dari 15.95 milyar pada periode 19891990 menjadi Rp 43.80 milyar pada 19941995. Demikian pula dalam hal anggaran rutinnya, pada periode yang sama meningkat dari Rp 12.03 milyar menjadi Rp 21.77 milyar.Disamping penyaluran dana yang dikeluarkan oleh pemerintah guna mempercepat proses pembangunan, tercatat sejumlah perusahaan milik swasta yang bergerak diberbagai sector juga beroperasi di wilayah ini. Menurut catatan Aditjondro, hingga tahun 1997 perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, perumahan, kontraktor maupun di sector industri, jumlahnya mencapai 24 perusahaan. 15 14 Bilveer Singh. Habibie dan Demokratisasi di Indonesia. Jakarta. Cidesindo 2000. hlm. 53-54. 15 Hotrun Siregar. Timor Timur di Penghujung Integrasi. Tanggerang Selatan. Mega Kreasi Media. 2002. hlm 55. 53

C. Dampak Lepasnya Timor Timur dari Indonesia