22 Aileu dan sebagian berada di Maibisse.Dalam keadaan seperti inilah FRETILIN
melakukan beberapa eksekusi massal terhadap para tahanan di daerah Aileu.
13
Menyadari keterbatasannya dan keterdesakannya oleh militer Indonesia pada tanggal 15 Mei sampai Juli 1976, FRETILIN mengadakan konfrensi
nasional di Soibada di daerah pedalaman timur untuk menentukan strateginya. FRETILIN
membuat keputusan
untuk memobilisasi
resistensi nasional.Strateginya mencakup resistensi semi gerilya. Hal ini akan mendukung
secara logistik oleh penduduk sipil yang akan ikut dengan FRETILIN.
G. Peresmian Intergrasi Timor Timur Oleh Indonesia
Tidak lama setelah pertemuan FRETILIN di Soibada, Indonesia merancang apa yang disebut sebagai sebuah undang-undang integrasi. Pemerintahan
sementara yang didirikan Indonesia di Dili, mengumpulkan orang-orang dalam suatu badan yang disebut Majelis Rakyat selama Mei 1976, diketahui oleh
Guilherman Goncalves.Majelis ini merupakan orang-orang terpilih dari setiap daerah yang mewakili orang Timor.Para anggota majelis menyusun petisi kepada
Presiden Soeharto
untuk mengabulkan
integrasi.Mario Carrascalao
mengemukakan bahwa ini merupakan satu-satunya fungsi yang dilakukan Majelis Rakyat.
Petisi ini ditandatangani oleh Arnaldo dos Reis Araujo sebagai ketua PSTT, dan Guilherme Goncalves selaku kepala dewan perwakilan rakyat daerah
DPRD, walaupun badan ini belum dibentuk. Mereka mengklaim dirinya
13
Chega.op. cit., hlm. 236.
23 mewakili rakyat Timor, dan menyebut deklarasi Balibo sebagai dasarbagi klaim
tersebut, isi utama dari petisi singkat ini adalah agar Timor Timur disatukan dengan Indonesia tanpa dilakukannya sebuah referendum.
14
Kelompok itupun diterbangkan seluruhnya ke Jakarta untuk menyampaikan petisi tersebut kepada
presiden Soeharto. Pada tanggal 7 Juni 1976 Arnaldo dos Reis Araujo, Guilherme Goncalves, Francisco Xavier Lopes da Cruz, dan Mario Carrascalao menyerahkan
petisi tersebut kepada presiden Soeharto. Pada 25 Juni, sebuah misi pencarian fakta para pejabat Indonesia dan
sekelompok diplomat internasional yang terdiri atas sepuluh orang yaitu duta besar Kor
ea Selatan, Malaysia, Suriah untuk Jakarta, Charge d‟Affaires dari Afganistan dan Irak, seta para perwira yang mewakili Panam, Yaman Selatan,dan
India mengunjungi Dili, dengan didampingi wartawan Indonesia dan wartawan asing. Dalam perjalanan selama satu hari tersebut, mereka menghadiri upacara
dimana kepala PSTT Arnaldo dos Reis Araujo menyampaikan pidato, dan kelompok itu mengunjungi beberapa kota yang dekat dengan Dili. Misi itu
melaporkan bahwa pemerintahan yang efektif telah berjalan dengan baik dan Dewan Perwa
kilan Rakyat berjalan sebagai “alat Demokrasi‟‟.Misi itu juga menemukan adanya keinginan untuk melakukan integrasi tanpa melakukan
referendum, yang mereka anggap sebagai mekanisme yang asing bagi orang Timor. Pada 17 Juli 1976, Presiden Soeharto menandatangani Undang-Undang
14
Chega, ibid.,hlm. 239.
24 yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI
meresmikan tindakan Indonesia mengintegrasikan Timor Timor.
15
H. Operasi Keamanan Setelah Peresmian Integrasi