29
BAB III FAKTOR INTEGRASI TIMOR TIMUR DENGAN INDONESIA
A. Faktor dari Rakyat Timor Timur
Diantara  partai  politik  yang  lahir  di  Timor  Timur,  ada  yang  pro  integrasi yaitu  partai  politik  APODETI.Karena  tujuanya  yang  berbeda,  maka  partai  ini
dikecam  oleh  dua  partai  lainnya.  Namun  APODETI  terus  berjuang  dan mengusahakan bahasa Indonesia diajarkan di Timor Timur. FRETILIN dan UDT
lalu membentuk koalisi, akan tetapi  FRETILIN lebih condong ke komunis maka koalisi  keduanya  berakhir.
1
Ketika  berlangsung  pembicaraan  dekolonisasi  Timor Timur  pada  tanggal  26  Juni  1975  di  Macao,  FRETILIN  memboikot,  sehingga
masa  depan  Timor  Timur  belum  dapat  ditentukan  pada  saat  pembicaraan  itu. Kemudian  keadaan  semakin  memburuk  ketika  pengangkatan  Kolonel  Ramos
Pires menjadi Gubernur baru di Timor Timur pada tanggal 14 November 1974. Ia sendiri  cenderung  kepada  UDT,  tetapi  sebagian  besar  stafnya  pro  komunis
Portugal  sehingga  cenderung  kepada  FRETILIN.  Bahkan  mereka  telah  berpikir untuk menjadikan Timor Timur sebagai pangkalan gerakan Komitern Organisasi
Komunis Internasional.
2
Staf  Pires  yang  berhaluan  komunis  membantu  FRETILIN  dengan persenjataan dan membiarkan partai menguasai Tropas polisi kolonial Portugal.
1
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta, Balai Pustaka, 1993,hlm 488.
2
A, K, Wiharyanto, Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2011, hlm 202-203.
30
Dalam  usahanya  mengalahkan  lawan-lawannya,  FRETILIN  tidak  segan-segan menggunakan  kekerasan.Akibatnya  banyak  orang  yang  pro  UDT  dan  APODETI
marasa  diteror.Mereka  melarikan  diri  menyeberang  ke  Timur  Barat Indonesia.Pada pertengahan 1975 jumlah mereka yang  melarikan diri ke Timur
Barat  mencapai  50.000  orang.Untuk  membantu  mereka  pemerintah  Indonesia menyediakan pangan, bahan bangunan, alat pertanian, dan uang yang dikeluarkan
sampai maret 1976 mencapai dua milyar rupiah.
3
Untuk  mengatasi  kekacauan  di  Timor  Timur,  Portugal  dan  Indonesia melakukan  pertemuan  di  Roma  pada  tanggal  5  November  1975.Pertemuan  itu
menghasilkan  dokumen  yang  disebut  Memorandum  of  Understanding.Dalam dokumen itu kedua Negara mengakui hak semua partai atas Timor Timur.Dalam
kekacauan  di  Timor  Timur  FRETILIN  menggunakan  kekerasan  sehingga  UDT, APODETI,  KOTA  dan  TRABALISTA  menggunakan  senjata  pula.Untuk
menjamin  kemenangan,  kelompok  pro  integrasi  menerima  sukarelawan  dari Indonesia, setelah mereka mengawal kembalinya pengungsi dari Timor Timur ke
kampung  halamannya.  Menghadapi  keadaan  yang  kacau  Kolonel  Pires meninggalkan  Dili,  melarikan  diri  dari  tanggung  jawab  dan  mengungsi  ke  pulau
Atauro. Sadar kedudukannya  yang semakin terdesak dan merasa diberi kesempatan
oleh  Pires  dengan  mengundurkan  diri,  FRETILIN  pada  tanggal  28  November 1975  memproklamasikan  berdirinya  Republik  Demokratis  Timor  Timur  di  Dili.
Dengan Xavier Do Amaral sebagai Presiden.
3
Ibid., hlm. 203.
31
Guna  menghadapi  aksi  FRETILIN  yang  dinilai  sepihak,  maka  UDT, APODETI,  KOTA  dan  TRABALISTA  pata  tanggal  30  November  1975  juga
memproklamasikan  penggabungan  Timor  Timur  kedalam  wilayah  Indonesia  di Balibo.  Proklamasi  tersebut  ditindaklanjuti  dengan  menegakkan  kekuasaan  di
seluruh Timor Timur.
4
Berkat  kerja  sama  yang  baik  dari  keempat  partai  pro  integrasi  ini,  maka pada  pertengahan  Desember  1975  dapat  dikatakan  seluruh  Timor  Timur  sudah
dikuasai  pasukan  gabungan  pro  integrasi,  bahkan  Dili  pun  dapat  direbut  pula. Oleh karena itu, tindakan lanjutan dari gabungan partai yang pro integrasi adalah
mendirikan Pemerintahan Sementara Timor Timur PSTT yang berkedudukan di Dili.Kepala  PSTT  adalah  Arnaldo  dos  reis  Araujo  dan  Xavier  Lopez  da  Cruz
sebagai  wakilnya.Kemudian  dibentuk  pula  DPR  Timor  Timur  sebagai  wakil rakyat  dengan  Guilherme  Maria  Goncalves  sebagai  ketua.  Setelah  merasa
semuanya  jelas  dan  PSTT  merasa  yakin  akan  kedudukannya,  maka  DPR  Timor Timur  yang  beranggotakan  30  orang,  disaksikan  para  anggota  PSTT  dan
undangan  lain,  pada  tanggal  30  Mei  1976  menyelenggarakan  sidang  khusus dengan  pembahasan  tunggal  integrasi  Timor  Timur  dengan  Indonesia.  Dalam
sidang  itu  diputuskan  tiga  keputusan  yaitu,  pertama,  menyampaikan  petisi integrasi kepada Pemerintahan RI di Jakarta, kedua, menyerahkan kepada komisi
khusus  rumusan  petisi  integrasi,  ketiga,  mempercayakan  kepada  ketua  sidang untuk menentukan delegasi.
5
4
Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi CAVR di Timor-Leste, ,Chega Laporan Komisi Penerimaan Kebenaran dan Rekonsiliasi  CAVR di Timor-Leste, Jakarta, PT Gramedia,
2010, hlm 221.
5
A, K, Wiharyanto,op, cit., hlm.204.
32
Dalam waktu singkat petisi integrasi selesai disusun dan pada tanggal 7 Juni 1976  delegasi  petisi  sudah  menyampaikan  pada  pemerintah  Indonesia  di
Jakarta.Presiden  Soeharto  menyambut  baik  petisi  itu  karena  berasal  dari  rakyat Timor  Timur.  Namun,  untuk  ikut  merasakan  yang  dialami  rakyat  Timor  Timur,
pemerintah  Indonesia  mengirim  delegasi  36  orang  dengan  menyertakan  11 perwakilan Negara asing dan 40 wartawan dalam dan luar negri ke Timor Timur.
Berdasarkan  laporan  delegasi  maka  pada  tanggal  9  Juli  1976  pemerintahan Indonesia  menerima  petisi  dan  segera  dengan  RUU  integrasi.  RUU  itu  diterima
oleh  DPR  pada  tanggal  17  Juli  1976  sebagai  UU  No.  7  tahun  1976,  yang menyatakan bahwa Timor Timur secara resmi menjadi Provinsi ke 27.
6
Adapun alasan Indonesia menerima integrasi Timor Timur kedalam wilayah RI,  karena  integrasi  tersebut  merupakan  keinginan  sebagian  besar  masyarakat
Timor  Timur  dan  disaksikan  oleh  dunia  internasional.Hal  itu  juga  diperkuat pengakuan Australia atas integrasi Timor Timur.
7
B. Faktor Dari Pemerintahan Indonesia