Sacher dan McPherson, 2002. Penentuan enzim AST dan ALT adalah cara paling umum untuk mendeteksi kerusakan hati, enzim yang dibebaskan beberapa
kali lipat dalam 24 jam pertama setelah kerusakan Timbrell, 2008. Sebagian besar AST terdapat di hati dan otot rangka, serta tersebar ke
seluruh jaringan. Meskipun enzim ALT terdapat pula pada beberapa bagian jaringan, tetapi konsentrasi terbesarnya pada semua spesies adalah di hati
sehingga ALT merupakan petunjuk yang lebih spesifik terhadap nekrosis hati daripada AST Zimmerman, 1999. Transaminase ini sebagai nilai indeks
kemungkinan kerusakan hati, dalam mendeteksi adanya toksisitas pada hati atau perubahan dalam membran sel hati Edem dan Akpanabiatu, 2006.
5. Evaluasi kerusakan hati
Menurut Plaa dan Charbonneau 2001 uji-uji yang digunakan dalam mengevaluasi kerusakan hati, yaitu uji enzim serum, uji ekskretori hati, perubahan
konstituen hati, dan analisis histologi. a. Uji enzim serum
Untuk mengidentifikasi kerusakan hati, dapat digunakan enzim serum didasarkan spesifikasi dan sensitivitas berbagai tipe kerusakan hati.
Berbagai parameter dapat diukur dalam plasma. Dengan demikian, penentuan AST dan ALT enzim adalah cara paling umum untuk
mendeteksi kerusakan hati, enzim yang dihasilkan beberapa kali lipat dalam 24 jam pertama setelah kerusakan Timbrell, 2008. Namun, ada
sejumlah enzim lain yang dapat digunakan sebagai penanda. Alkalinfosfatase dan gamma-glutamiltranspeptidase -GT, kenaikan
aktivitas enzim-enzim serum tersebut menunjukkan kerusakan kolestatik Plaa dan Charbonneau, 2001.
b. Uji ekskretori hati Zat kimia yang memasuki sirkulasi sistemik dapat diekskresikan
oleh hati dalam bentuk tidak berubah atau diubah di dalam hepatosit. Senyawa seperti bilirubin dan xenobiotika lainnya digunakan untuk
mendeteksi dan menentukan kerusakan hepatik Plaa dan Charbonneau, 2001. Plasma bilirubin juga dapat diukur, yang meningkat pada kerusakan
hati, dan albumin plasma menurun oleh kerusakan hati meskipun juga oleh kerusakan ginjal Timbrell, 2008.
c. Perubahan konstituen hati Zat hepatotoksik yang dapat menyebabkan perubahan struktural
dan fungsional hepatik berguna untuk mendeteksi dan menetapkan besarnya tingkat kerusakan hati yang terjadi. Perubahan efek farmakologis
obat dapat digunakan untuk mendeteksi dan menentukan disfungsi hati Plaa dan Charbonneau, 2001.
d. Analisis histologi Analisis potensi hepatotoksik zat kimia tidak lengkap tanpa
deskripsi histologi kerusakan yang dihasilkan. Ciri-ciri kerusakan hati ditentukan dengan pengamatan mikroskopik cahaya Plaa dan
Charbonneau, 2001.
B. Karbon Tetraklorida