B. Karbon Tetraklorida
Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995
Karbon tetraklorida Gambar 2 merupakan cairan jernih mudah menguap, tidak berwarna, dan memiliki bau khas. Senyawa ini memiliki BM 153,82 dan
sangat sukar larut dalam air Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995. Penggunaan senyawa ini antara lain untuk sintesis senyawa organik
terklorinasi, pembuatan cairan pendingin, sebagai fumigan pertanian, serta aplikasi laboratorium U.S. EPA, 2010.
Karbon tetraklorida merupakan molekul sederhana yang jika diberikan kepada berbagai spesies menyebabkan nekrosis sentrilobuler dan perlemakan hati.
Pemejanan secara kronis menyebabkan sirosis hati, tumor hati, dan juga kerusakan ginjal. Hati menjadi target utama dari ketoksikan karbon tetraklorida
karena ketoksikan senyawa ini tergantung pada metabolisme aktivasi oleh sitokrom P-450 CYP2E1. Dosis rendah karbon tetraklorida hanya menyebabkan
perlemakan hati dan destruksi sitokrom P-450. Destruksi sitokrom P-450 terjadi terutama di sentrilobular dan daerah tengah hati. Senyawa ini selektif untuk
isoenzim tertentu, pada tikus diketahui selektif untuk CYP2E1 sedangkan pada isoenzim lain seperti CYP1A1 tidak terpengaruh. Destruksi CYP2E1 tampaknya
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia, yang mana menjadi lebih besar ketika lebih banyak oksigen tersedia Timbrell, 2008.
Gambar 3. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida Timbrell, 2008
Sebagai enzim mikrosomal CYP2E1 akan mempengaruhi aktivasi metabolit dari senyawa yang terbentuk, hal ini dapat meningkatkan atau
mengurangi sifat toksik dari senyawa induk. Dalam hal ini CYP2E1 berfungsi sebagai agen pereduksi dan mengkatalis adisi elektron dan mengakibatkan
hilangnya satu ion klorin sehingga membentuk radikal bebas triklorometil
CCl
3
Gambar 3 yang merupakan metabolit reaktif. Radikal bebas triklorometil ini dengan adanya O
2
akan berubah menjadi radikal bebas trilkorometilperoksi
OOCCl
3
yang lebih reaktif Gambar 3 Gregus dan Klassen, 2001.
Radikal triklorometil yang dihasilkan dapat mengalami salah satu dari beberapa reaksi. Senyawa reaktif tersebut merusak sekitar sitokrom P-450,
termasuk enzim CYP2E1 itu sendiri, dan retikulum endoplasma. Radikal bebas triklorometil dapat berikatan secara kovalen dengan lemak mikrosomal dan
protein, serta akan bereaksi secara langsung dengan membran fosfolipid dan kolesterol yang bersifat toksik. Reaksi radikal bebas triklorometil ini juga akan
menghasilkan kloroform, yang merupakan salah satu metabolit dari karbon tetraklorida. Hasil lain dari reaksi ini adalah radikal lipid yang akan mengaktifkan
senyawa oksigen reaktif selanjutnya mengakibatkan perokaidasi lipid Gambar 3 Timbrell, 2008.
Peroksidasi lipid dapat menyebabkan kerusakan membran sel dan kerusakan mitokondria. Kerusakan ini berupa gangguan integritas membran yang
menyebabkan keluarnya berbagai isi sitoplasma, antara lain enzim ALT. Enzim ALT yang ada di dalam sel akan keluar dan masuk peredaran darah sehingga
jumlah enzim ALT meningkat. Berdasarkan Zimmerman 1999 terdapat peningkatan serum enzim yang berbeda untuk toksikan yang berbeda Tabel. I.
Terjadinya penghambatan sintesis protein juga diakibatkan adanya gangguan keluarnya lipid dari hati yang disebabkan karena hambatan sintesis
lipoprotein yang membawa trigliserida meninggalkan hati sehingga menimbulkan steatosis perlemakan hati. Pada keadaan steatosis ini, struktur retikulum
endoplasma mengalami distorsi, sintesa protein menjadi lambat, selanjutnya akan terjadi penyimpangan dengan cepat terhadap aktivitas enzim yang berada di
retikulum endoplasma Wahyuni, 2005.
Tabel. I Peningkatan relatif dari beberapa serum enzim pada cedera hati
Toxicant Lesion
Degree of increasse in serum enzyme levels
Zona necrosis
steatosis AST
ALT OCT,
SDH CCl
4
+ +
4+ 3+
4+ Thioacetamide
+ -
4+ 3+
4+ Tetracycline
- +
2 +
1+ Ethionine
- +
+ -
+ Phosphorous
+ +
1-2+ 1-2+
1-2+
Zimmerman, 1999. Peningkatan aktivitas serum ALT yang menyebabkan steatosis akibat
induksi karbon tetraklorida mencapai tiga kali lipat dari kondisi normal Tabel I dan peningkatan aktivitas serum AST mencapai empat kali lipat dari kondisi
normal Zimmerman, 1999. Rajendran, dkk. 2009 dalam penelitian daun Mimosa pudica menyebutkan aktivitas serum ALT akibat induksi karbon
tetraklorida mencapai kurang lebih dua kali lipat dibanding kelompok kontrol pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Tubuh manusia sebenarnya mempunyai
sistem pertahanan untuk mengatasi radikal bebas, salah satunya yaitu glutation-S- transferase GSH yang berperan sebagai antioksidan endogen. Jika terdapat
radikal bebas di dalam tubuh, senyawa ini akan menangkap radikal bebas tersebut Timbrell, 2008.
C. Persea americana Mill.