2. Penetapan kadar air serbuk kering biji P. americana Mill.
Serbuk kering biji P. americana Mill. yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance sebanyak 5,0 g kemudian diratakan. Bobot serbuk
kering biji tersebut ditimbang sebagai bobot sebelum pemanasan bobot A, setelah itu dipanaskan pada suhu 105
o
C. Serbuk kering biji P. americana Mill. yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah
pemanasan bobot B. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A dan bobot B yang merupakan kadar air serbuk biji P. americana Mill.
3. Pembuatan dekok biji P. americana Mill.
Serbuk kering biji P. americana Mill. ditimbang sebanyak 8,0 g,
dimasukkan ke dalam panci infusa dan dibasahi dengan 16 mL aquadest, lalu ditambah dengan 100,0 mL aquadest. Selanjutnya dilakukan pemanasan dengan
suhu 90
o
C selama 30 menit. Waktu 30 menit dihitung ketika suhu campuran
mencapai 90
o
C. Setelah 30 menit, campuran tersebut diambil dan diperas
ditambahkan aquadest melalui ampas serbuk biji P. americana Mill. yang terdapat
pada kain flanel hingga diperoleh volume 100 mL.
4. Penetapan dosis dekok biji P. americana Mill.
Penelitian ini menggunakan tiga peringkat dosis dekok biji P. americana Mill. yang diberikan secara p.o. Dosis
360,71 mgkgBB
merupakan dosis rendah, dosis
642,06 mgkgBB
merupakan dosis tengah, dan dosis
1142,86 mgkgBB
merupakan dosis tinggi. menggunakan kain flanel. Bila volume yang didapatkan kurang dari 100 m
, maka
5. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50
Larutan karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50 dimana perbandingan volume karbon tetraklorida dan pelarut adalah 1:1 Janakat dan Al-
Merie, 2002. Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan cara dilarutkan dengan volume yang sama dengan olive oil.
6. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida Pemilihan dosis karbon tetraklorida dilakukan untuk mengetahui
pada dosis berapa karbon tetraklorida mampu menyebabkan kerusakan hati tikus yang ditandai dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST
paling tinggi. Dosis hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie 2002 serta Windrawati
2012 bahwa dosis 2 mLkg BB terbukti mampu meningkatkan aktivitas ALT dan AST serum pada tikus bila diberikan secara i.p.
b. Penetapan waktu pencuplikan darah Untuk mendapatkan waktu pencuplikan darah dilakukan orientasi
dengan tiga ekor tikus. Setiap ekor tikus diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata menggunakan pipa kapiler pada jam ke-0, 24, dan 48
setelah pemejanan karbon tetraklorida. Kemudian diukur aktivitas serum ALT dan AST.
7. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Sejumlah tiga puluh lima ekor tikus dibagi secara acak ke dalam tujuh
kelompok perlakuan masing-masing sejumlah lima ekor tikus.
a. Kelompok I kontrol hepatotoksin diberi larutan karbon tetraklorida : olive oil 1:1 dosis 2 mLkgBB secara i.p.
b. Kelompok II kontrol negatif diberi olive oil dosis 2 mLkgBB secara i.p. c. Kelompok III kontrol positif diberi Curliv
®
plus syrup dosis 4,05 mLkgBB.
d. Kelompok IV kontrol dekok diberi dekok biji P. americana Mill. dosis tinggi
1142,86 mgkgBB
selama enam hari berturut-turut secara p.o. e. Kelompok V dosis rendah diberi dekok biji P. americana Mill. dosis
360,71 mgkgBB
secara p.o sekali sehari selama enam hari berturut-turut. f. Kelompok VI dosis tengah diberi dekok biji P. americana Mill. dosis
642,06 mgkgBB
secara p.o sekali sehari selama enam hari berturut-turut. g. Kelompok VII dosis tinggi diberi dekok biji P. americana Mill. dosis
1142,86 mgkgBB
secara p.o sekali sehari selama enam hari berturut-turut. Pada hari ke tujuh kelompok III, V, VI dan VII diberi larutan karbon
tetraklorida dosis 2 mLkgBB secara i.p. Setelah 24 jam diambil darahnya melalui
8. Pembuatan serum